Apa Itu Periode Amarna dalam Sejarah Mesir Kuno?

Ilustrasi/wikiwand.com
Periode Amarna adalah periode yang menarik dalam sejarah Mesir Kuno yang terjadi pada abad ke-14 SM, selama pemerintahan firaun yang kontroversial bernama Akhenaten. Periode ini terkenal karena perubahan dramatis dalam bidang agama, politik, dan seni yang mempengaruhi dan mengubah masyarakat Mesir Kuno.

Akhenaten, yang pada awal pemerintahannya dikenal sebagai Amenhotep IV, adalah firaun dari Dinasti ke-18. Ia memperkenalkan perubahan yang sangat signifikan dengan memutuskan untuk meninggalkan agama politeistik tradisional Mesir dan menggantikannya dengan agama monoteistik yang menghormati dewa Aten—matahari terdiskretisasi sebagai entitas ilahi yang tunggal. Ini dikenal sebagai Atenisme.

Dalam upayanya menyebarkan Atenisme, Akhenaten memerintahkan penutupan kuil-kuil dewa dan dewi tradisional, menghentikan penyembahan mereka, dan mengalihkan sumber daya dan perhatian ke kuil Aten di kota yang ia bangun sendiri, yang dikenal sebagai Amarna. Ia bahkan mengubah nama sendiri untuk mencerminkan kepercayaan barunya, dengan menambahkan "Aten" ke namanya.

Perubahan agama ini juga membawa konsekuensi politik. Akhenaten mengonsolidasikan kekuasaan di tangannya, dan mengurangi peran para imam kuil tradisional yang telah memegang pengaruh yang besar dalam masyarakat Mesir. Dia memindahkan pusat pemerintahan dari Thebes ke Amarna dan mengurangi peran para bangsawan dan imam-imam kuil yang kuat. Akhenaten juga mendorong pemujaan pribadi kepada Aten, dan diyakini bahwa ia menjadi perantara langsung antara dewa matahari dan rakyatnya.

Di bidang seni, periode Amarna juga menyaksikan perubahan signifikan. Gaya seni yang dikenal sebagai "seni Amarna" muncul, menampilkan pahatan dan lukisan yang menggambarkan kehidupan sehari-hari yang lebih realistis, dengan penggambaran firaun dan keluarganya dalam bentuk yang lebih alami dan tidak idealis. Sentuhan feminin dan keintiman juga ditampilkan dalam seni Amarna, dengan penekanan pada bentuk tubuh yang lembut dan keindahan alami.

Namun, periode Amarna tidak bertahan lama setelah kematian Akhenaten. Setelah masa pemerintahan yang singkat, putra Akhenaten yang masih kecil, Tutankhamun, naik tahta. Ia mengembalikan agama politeistik tradisional Mesir dan mengembalikan kekuasaan para imam kuil serta mengembalikan ibu kota ke Thebes. Seiring waktu, Amarna diabaikan dan ditinggalkan, dan kuil-kuil Aten dihancurkan.

Periode Amarna memiliki pengaruh yang signifikan dalam sejarah Mesir Kuno. Meskipun hanya berlangsung sekitar 20 tahun, perubahan yang terjadi pada masa itu memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kehidupan politik, agama, dan seni pada masa itu. Ini juga memicu diskusi ilmiah yang luas tentang perubahan sosial, budaya, dan agama yang terjadi pada periode tersebut.

Hmm... ada yang mau menambahkan?

Related

Sejarah 276033067579725104

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item