Bagaimana Kisah Enuma Elish atau Epik Penciptaan?

Ilustrasi/thetorah.com
Kisah Enuma Elish, yang dikenal sebagai "Epik Penciptaan" dari Babilonia, dimulai dengan keadaan kosmos yang masih kacau. Pada awalnya, hanya ada dua entitas primordial: Apsu, yang mewakili air tawar, dan Tiamat, yang melambangkan air asin. Dari perpaduan antara Apsu dan Tiamat, berbagai dewa dan makhluk muncul. Namun, dengan munculnya dewa-dewa baru, Apsu dan Tiamat merasa terganggu dan merencanakan untuk menghancurkan mereka. Konflik ini menjadi inti dari narasi, menggambarkan ketegangan antara generasi dewa yang lebih tua dan yang lebih muda.

Ketika Apsu dan Tiamat memutuskan untuk membasmi dewa-dewa baru, para dewa yang terancam mulai merasa panik. Mereka berkumpul dan mencari solusi untuk menghadapi ancaman ini. Dalam pertemuan tersebut, dewa-dewa sepakat bahwa mereka memerlukan seorang pahlawan yang kuat untuk melawan Tiamat. 

Marduk, dewa muda yang memiliki kekuatan dan kecerdasan luar biasa, menawarkan diri untuk melawan Tiamat dengan syarat dia akan diakui sebagai pemimpin para dewa jika berhasil mengalahkannya. Tawaran ini diterima, dan Marduk siap bertarung. 

Marduk mempersiapkan diri dengan senjata yang kuat dan strategi yang cerdik. Ia menciptakan angin dan petir untuk membantunya dalam pertempuran melawan Tiamat. Pertarungan antara Marduk dan Tiamat adalah momen kunci dalam Enuma Elish, di mana Marduk menghadapi Tiamat yang merupakan simbol kekacauan. 

Dalam pertempuran yang sengit, Marduk berhasil mengalahkan Tiamat dengan menggunakan jaring dan panahnya. Setelah mengalahkan Tiamat, Marduk membelah tubuhnya menjadi dua bagian, yang lalu ia gunakan untuk menciptakan langit dan bumi.

Setelah penciptaan dunia, Marduk merasa perlu untuk menciptakan makhluk yang dapat melayani para dewa. Ia memutuskan untuk menciptakan manusia dari darah dewa yang kalah, sehingga manusia dapat berfungsi sebagai pelayan dewa-dewa dan menjaga keseimbangan di dunia. Tindakan ini menunjukkan hubungan antara manusia dan dewa dalam pandangan Babilonia, di mana manusia dianggap sebagai makhluk yang diciptakan untuk memenuhi tujuan ilahi.

Kisah Enuma Elish tidak hanya berfungsi sebagai narasi penciptaan, tetapi juga memiliki fungsi liturgis yang penting. Teks ini dibaca selama perayaan Akitu, festival Tahun Baru Babilonia, untuk merayakan kekuasaan Marduk dan memperkuat posisi Babilonia sebagai pusat kekuasaan dan spiritualitas. Pembacaan kisah ini selama festival membantu masyarakat Babilonia mengingat dan menghormati penciptaan dunia dan peran penting Marduk di dalamnya.

Dalam konteks yang lebih luas, Enuma Elish mencerminkan pandangan dunia Mesopotamia, di mana kekacauan dan ketertiban saling berhadapan. Kisah ini menggambarkan bahwa meskipun ada kekacauan, ada harapan untuk keteraturan dan penciptaan. Masyarakat Babilonia percaya bahwa melalui perjuangan dan pengorbanan, keseimbangan dapat dicapai, dan dunia dapat dipertahankan dalam keadaan teratur.

Hmm... ada yang mau menambahkan?

Related

Mitologi 388490634574748768

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item