Bagaimana Asal Usul Pengeras Suara Toa?
https://www.belajarsampaimati.com/2024/10/bagaimana-asal-usul-pengeras-suara-toa.html?m=0
Ilustrasi/tribunnews.com |
Alat pengeras suara, yang sering kali dikenal dengan sebutan Toa, sebenarnya berasal dari nama depan perusahaan Jepang yang memproduksinya. Perusahaan tersebut adalah Toa Electric Manufacturing Company, yang didirikan di Kobe pada 1 September 1934 oleh Tsunetaro Nakatani.
Lahir pada 10 Agustus 1890, Nakatani, setelah menjalani wajib militer dan memiliki minat pada fotografi, tertarik dengan mikrofon dan kemudian memutuskan untuk membuat alat pengeras suara.
Sejak pembuatan speaker terompet pertamanya pada 1934, Toa dikenal sebagai produsen alat pengeras suara yang berkualitas. Buku Electronics Buyers' Guide (1964) menyebut bahwa orang-orang telah menggunakan pengeras suara Toa sejak pertama kali diproduksi.
Setelah Perang Dunia II, meski Jepang mengalami kekalahan pada 1945, yang menyebabkan gangguan pada banyak perusahaan termasuk Toa, perusahaan ini berhasil bangkit kembali pada 1947. Toa kemudian mengembangkan pengeras suara berbentuk terompet yang desainnya masih mirip dengan produk Toa yang beredar di pasaran saat ini.
Selain pengeras suara terompet, pada 1954 Toa juga meluncurkan megafon listrik pertama di dunia, yaitu EM-202. Produk ini terus disempurnakan dan menjadi alat penting dalam demonstrasi.
Di Indonesia, produk Toa mulai dipasarkan oleh PT Galva, sebuah perusahaan yang didirikan oleh pengusaha keturunan Tionghoa asal Bangka, Uripto Widjaja. Awalnya, PT Galva memproduksi merek lokal bernama Galindra, namun berubah arah setelah bekerja sama dengan Toa. Pada 1960-an, PT Galva mulai fokus memasarkan produk pengeras suara merek Toa di Indonesia.
Kerja sama tersebut berkembang, dan pada 1975 PT Galva bersama Toa mendirikan pabrik dengan total investasi sekitar satu juta dolar AS. Kerja sama ini melahirkan PT Toa Galva Industries. Sebelum pembangunan pabrik ini, Toa telah menguasai 90% pasar pengeras suara di Indonesia. Kini, 'Toa' telah menjadi istilah umum yang digunakan untuk menyebut alat pengeras suara di Indonesia.
Hmm... ada yang mau menambahkan?