Masalah Terbesar Umat Islam
https://www.belajarsampaimati.com/2024/09/masalah-terbesar-umat-islam.html
Ilustrasi/baznaz.go.id |
Setiap kali terjadi keributan antara Israel dan Palestina, aksi boikot kerap dilakukan, khususnya di Indonesia. Jika menengok ke belakang, sepertinya aksi boikot juga kerap dilakukan, ketika terjadi gesekan atau keributan antara suatu pihak dengan pihak lain, bukan hanya Israel-Palestina.
Setiap kali muncul aksi boikot, setiap kali pula ada ajakan yang kira-kira seperti ini, “Boikot produk ini, karena produk kafir,” atau varian semacamnya. Faktanya, produk-produk yang sering jadi korban boikot memang produk kafir, dalam arti bukan produk buatan umat Islam.
Sebut produk apapun yang pernah jadi korban boikot, hampir dapat dipastikan produk nonmuslim. Berikut ini beberapa hal yang pernah dan sedang diboikot gara-gara perang Israel-Palestina; media sosial raksasa (Facebook), perusahaan teknologi (Motorola, IBM, AOL, META, dll), produsen kopi internasional (Starbucks), perusahaan susu dan produk kesehatan (Nestle), perusahaan makanan/minuman (Unilever, Coca-Cola, Burger King, Kraft Heinz, Danone, McDonalds, dll), perusahaan asuransi internasional (AXA Group), produsen pakaian terkenal (Zara, Puma, dll), perusahaan farmasi (Teva), perusahaan mainan edukasi (Edushape, Tiny Love, Rummikub, Interstar, dll), dan sebagainya. Semua perusahaan itu punya pengaruh di dunia, dan milik orang-orang nonmuslim.
Jika aksi boikot bertendensi agama (karena semua itu produk kafir), kenapa umat Islam tidak membangun perusahaan sendiri seperti mereka? Kenapa umat Islam tidak membangun media sosial yang berpengaruh di internet, misalnya, atau membangun perusahaan farmasi besar?
Kenapa umat Islam tidak membangun perusahaan mainan edukasi, perusahaan farmasi, perusahaan teknologi internet, perusahaan makanan dan minuman, perusahaan pakaian, dan lain-lain? Kita hanya aktif memboikot, tapi tidak menciptakan perusahaan sendiri, kenapa?
Andai umat Islam memiliki media sosial raksasa semacam Facebook, misalnya, dan sekarang ingin membela Palestina, cukup gunakan media sosial itu untuk mengkampanyekan kemerdekaan Palestina, dan dunia akan mendengarkan. Itu jauh lebih mudah dan lebih efektif daripada memboikot Facebook. Kenapa umat Islam tidak membuatnya?
Andai umat Islam memiliki perusahaan makanan dan minuman raksasa, dan sekarang ingin membantu Palestina, caranya sangat mudah. Cukup kirimkan makanan dan minuman dalam jumlah besar ke sana, dan pastikan rakyat Palestina tidak sampai kekurangan makanan dan minuman.
Andai umat Islam memiliki perusahaan pakaian, dan sekarang ingin membantu Palestina, caranya juga sangat mudah. Cukup kirimkam pakaian dalam jumlah besar ke sana, untuk memastikan semua rakyat Palestina memakai pakaian yang layak. Kenapa tidak bikin perusahaan?
Andai umat Islam memiliki perusahaan transportasi internasional yang dapat diandalkan, urusan pengiriman makanan dan minuman, pakaian, serta aneka bantuan kebutuhan lainnya, tidak akan terlalu repot. Itu sangat mudah, dan jauh lebih efektif daripada aksi memboikot.
Jadi, kenapa umat Islam tidak membuat media sosial, tidak membangun perusahaan makanan dan minuman, tidak menjadi produsen pakaian dalam skala besar, tidak mengendalikan teknologi dan internet, pendeknya tidak menguasai dunia?
Jawabannya, karena kita didoktrin agar tidak mikir dunia!
Inilah masalah terbesar umat Islam dari dulu sampai sekarang. Kita terus menerus didoktrin untuk memikirkan akhirat, alam kubur, surga dan neraka, tapi kita dibuat lupa bahwa kita saat ini hidup di dunia! Akibatnya, angan kita seperti mengawang-awang ke langit, tapi kaki tidak memijak bumi.
Kita terus menerus diminta ikut ngaji, tapi isi pengajiannya cuma doktrinasi dan nasihat-nasihat standar yang rata-rata orang sudah tahu. Mereka tidak bisa membicarakan ilmu pengetahuan, karena mereka sendiri tidak tahu. Dan ketika ada orang yang memilih belajar fisika, biologi, matematika, atau semacamnya, malah dituduh “belajar ilmu dunia yang tidak ada manfaatnya”.
Ada orang khusyuk belajar dan melakukan penelitian, dituduh tuulul amal atau panjang angan-angan. Ada orang bekerja keras untuk membangun masa depan, dituduh khubbud dunya atau cinta dunia. Ada orang menerangkan sesuatu secara ilmiah, malah dihina “tidak usah muluk-muluk”. Sementara mereka yang koar-koar menuduh dan menghina hanya sibuk koar-koar, tapi tidak menghasilkan apa-apa, selain hanya gembar-gembor lewat toa.
Umat Islam dibuat bodoh dan terbelakang, justru oleh para pemuka agamanya! Umat Islam dibuat tak berdaya dan digilas zaman, justru oleh para ulamanya.
Akibatnya adalah yang sekarang terjadi. Semua kemajuan dunia—dari kemajuan teknologi, kesehatan, sampai kemajuan bisnis—dimiliki dan dikuasai orang-orang nonmuslim, sementara umat Islam hanya sebatas memakai, atau, seperti sekarang, memboikot. Sangat menyedihkan.