Apa yang Dimaksud Impostor Syndrome?
https://www.belajarsampaimati.com/2024/05/apa-yang-dimaksud-impostor-syndrome.html
Ilustrasi/graduate.asu.edu |
Impostor syndrome, atau sindrom penipu, merujuk pada perasaan berkepanjangan dan kronis dari ketidakpercayaan diri seseorang terhadap kemampuannya sendiri, dan kekhawatiran bahwa prestasinya hanyalah hasil kebetulan, atau bahwa orang lain akan menemukan bahwa dia sebenarnya tidak kompeten.
Orang yang mengalami impostor syndrome merasa seolah-olah mereka adalah "penipu" dalam perannya, pekerjaan atau prestasinya, meskipun bukti jelas menunjukkan kesuksesan dan kemampuan mereka. Istilah ini pertama kali diusulkan oleh dua psikolog, Pauline R. Clance dan Suzanne A. Imes, dalam makalah penelitian mereka pada 1978.
Ciri-ciri umum impostor syndrome meliputi:
Meragukan diri sendiri: Individu yang mengalami impostor syndrome sering meragukan kemampuan mereka sendiri, dan merasa bahwa mereka tidak sebanding dengan kepercayaan yang orang lain berikan. Mereka cenderung meremehkan prestasi mereka sendiri, dan menganggap keberhasilan mereka sebagai keberuntungan atau hasil kebetulan.
Ketakutan ketahuan: Orang-orang dengan impostor syndrome khawatir bahwa orang lain akan mengetahui mereka sebenarnya tidak sekompeten yang mereka rasakan. Mereka sering kali merasa perlu untuk menyembunyikan ketidakpercayaan diri dengan berpura-pura atau menyembunyikan kelemahan mereka dari orang lain.
Perasaan tidak pantas: Individu dengan impostor syndrome merasa tidak pantas mendapatkan pujian, penghargaan, atau pengakuan atas prestasi mereka. Mereka cenderung meremehkan pencapaian mereka sendiri, dan merasa bahwa prestasi itu seharusnya diberikan kepada orang lain yang lebih layak.
Membandingkan diri dengan orang lain: Penderita impostor syndrome sering membandingkan diri dengan orang lain yang dianggap lebih sukses atau lebih kompeten. Mereka cenderung merasa selalu kalah dan tidak sebanding dengan prestasi orang lain.
Perfeksionisme berlebihan: Seseorang dengan impostor syndrome sering kali memiliki standar yang sangat tinggi dan sulit dipenuhi. Mereka merasa perlu untuk mencapai kesempurnaan dalam segala hal, dan merasa kecewa jika tidak dapat mencapai standar ini.
Rasa takut gagal: Orang dengan impostor syndrome sering kali memiliki ketakutan berlebihan terhadap kegagalan. Mereka merasa bahwa kegagalan akan membuktikan bahwa mereka memang tidak kompeten, dan bahwa orang lain akan menilai mereka negatif.
Impostor syndrome tidak terbatas pada kelompok tertentu, dan dapat mempengaruhi siapa saja, termasuk profesional sukses, mahasiswa berprestasi, seniman, dan pekerja di berbagai bidang. Meskipun banyak orang mengalami perasaan ketidakpercayaan diri sesekali, impostor syndrome jadi masalah ketika perasaan tersebut berlangsung dalam jangka waktu lama dan mengganggu kesejahteraan mental seseorang.
Sebenarnya, perasaan “tidak pede” adalah fenomena psikologis yang umum dan normal, dan banyak orang sukses yang mengalami hal ini. Namun, penting bagi individu yang mengalami impostor syndrome untuk menyadari bahwa perasaan mereka tidak selalu mencerminkan kenyataan, dan, jika perlu, dapat mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional kesehatan mental.
Untuk mengatasi impostor syndrome, beberapa langkah yang dapat diambil adalah:
Mengenali perasaan dan pikiran negatif yang muncul, dan mencoba menggantinya dengan pandangan yang lebih realistis dan positif tentang diri sendiri.
Berbicara dengan seseorang yang dipercaya tentang perasaan impostor syndrome, seperti teman, keluarga, atau rekan kerja.
Berbicara dengan seorang profesional kesehatan mental yang dapat membantu mengidentifikasi dan mengatasi akar penyebab perasaan ketidakpercayaan diri.
Membuat daftar pencapaian dan prestasi pribadi sebagai pengingat bahwa kita memiliki kemampuan yang sebenarnya.
Belajar untuk menerima ketidaksempurnaan, dan menerima bahwa tidak ada yang sempurna.
Menghindari membandingkan diri dengan orang lain, dan fokus pada perkembangan pribadi.
Berbicara secara terbuka tentang perasaan impostor syndrome dengan rekan kerja atau teman sejawat, karena sering kali mereka juga mengalami hal yang sama.
Dengan kesadaran dan dukungan yang tepat, seseorang dapat belajar untuk menghadapi dan mengatasi impostor syndrome, serta mencapai potensi sebenarnya dengan percaya diri dalam kemampuannya sendiri.
Hmm... ada yang mau menambahkan?