Mengapa Dinasti Sassaniyah Berkonflik dengan Bizantium?

Ilustrasi/grid.id
Konflik antara Dinasti Sasaniyah (Kekaisaran Sassaniyah) dan Kekaisaran Romawi Timur (Kekaisaran Bizantium) adalah salah satu konflik paling berlarut-larut dalam sejarah dunia kuno. Konflik ini berlangsung selama berabad-abad dan memiliki berbagai penyebab yang rumit. 

Berikut beberapa faktor utama yang memicu dan memelihara konflik antara kedua kekaisaran itu.

Persaingan wilayah: Salah satu penyebab utama konflik antara Sassaniyah dan Bizantium adalah persaingan wilayah. Kedua kekaisaran ini memiliki klaim atas wilayah yang serumpun di Timur Tengah, termasuk wilayah Mesopotamia (sekarang bagian dari Irak), Armenia, dan Kaukasus. Persaingan ini menciptakan ketegangan yang berkepanjangan, karena keduanya ingin memperluas kendali mereka atas wilayah-wilayah ini.

Kontrol atas lintasan dagang utama: Kawasan Timur Tengah adalah jalur perdagangan utama dalam perdagangan dunia kuno. Kedua kekaisaran bersaing untuk mengendalikan rute perdagangan penting yang menghubungkan Asia Tengah, Timur Tengah, dan Eropa. 

Kontrol atas jalur perdagangan ini memiliki implikasi ekonomi yang besar, termasuk pengumpulan pajak dari perdagangan lintas batas dan kekayaan yang berasal dari perdagangan internasional.

Isu agama: Perbedaan agama antara kedua kekaisaran juga memainkan peran penting dalam konflik. Kekaisaran Sassaniyah menganut Zoroastrianisme, agama resmi mereka, sementara Kekaisaran Bizantium adalah pengikut Kristen Ortodoks. 

Selama periode ketegangan, muncul perselisihan agama, termasuk konversi paksa dan persekusi terhadap minoritas agama di wilayah yang dikuasai oleh salah satu kekaisaran. Ini menyebabkan ketegangan religius yang dalam antara dua kekaisaran.

Pertempuran untuk kedaulatan Armenia: Armenia adalah salah satu wilayah yang sangat bergolak dalam konflik antara Sassaniyah dan Bizantium. Armenia adalah negara yang strategis dan kaya sumber daya alamnya. 

Kedua kekaisaran berusaha mempengaruhi pemerintahan Armenia dan menariknya ke dalam kubu mereka. Ini menghasilkan konflik berkelanjutan di Armenia, dengan berbagai pemberontakan dan perubahan pemerintahan yang dipicu oleh campur tangan kedua kekaisaran.

Konflik kepemimpinan: Kekuasaan dalam kedua kekaisaran ini sering berpindah tangan, dan ada kalanya terdapat pemimpin yang agresif atau ambisius yang ingin memperluas wilayah mereka dengan cara apapun. Ini menciptakan situasi di mana serangan militer dan perang dapat meletus dengan mudah. Contohnya adalah raja Sassaniyah seperti Shapur I dan Kavadh I, serta kaisar Bizantium seperti Justinian I yang terlibat dalam upaya ekspansi wilayah yang ambisius.

Sistem sekutu: Kedua kekaisaran memiliki sekutu dan negara klien di wilayah yang berpotensi menjadi sumber konflik. Mereka sering mendukung pemberontak dan kelompok lokal yang bersedia menjadi alat kebijakan mereka dalam persaingan wilayah. Ini memperumit konflik dan memperluas pertempuran di seluruh wilayah Timur Tengah.

Perang berkepanjangan: Konflik antara Sassaniyah dan Bizantium berlangsung selama berabad-abad, menciptakan salah satu konflik terpanjang dalam sejarah dunia kuno. Perang-perang antara kedua kekaisaran ini, seperti Perang Romawi-Persia (603-628 M), memakan banyak sumber daya dan menyebabkan kerusakan besar di wilayah yang terlibat.

Walaupun konflik antara Sassaniyah dan Bizantium adalah konflik yang berkepanjangan, peristiwa kunci yang menciptakan titik akhirnya adalah penaklukan Arab pada abad ke-7 M. Kedua kekaisaran melemah secara signifikan akibat perang yang berkelanjutan dan konflik internal, yang memudahkan penaklukan oleh pasukan Arab yang berkembang pesat. Penaklukan ini mengakhiri kedua kekaisaran tersebut dan membawa kebangkitan dunia Islam.

Hmm... ada yang mau menambahkan?

Related

Sejarah 8524368440022489312

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item