Apa Itu Apokrifa dan Apa Fungsinya?

Ilustrasi/dictio.id
Apokrifa adalah kumpulan teks-teks yang tidak dimasukkan ke dalam kanon (kitab suci resmi) agama tertentu, terutama dalam konteks agama Kristen dan Yahudi. Kata "apokrifa" berasal dari bahasa Yunani, "apokryphos", yang berarti "tersembunyi" atau "rahasia", dan digunakan untuk merujuk pada teks-teks yang dianggap tidak memiliki otoritas religius yang sama seperti kitab suci yang diakui. Penamaan ini menunjukkan bahwa teks-teks ini dianggap sebagai tambahan atau ekstra dalam tradisi agama.

Apokrifa dalam Kekristenan

Dalam konteks Kekristenan, "Apokrifa" merujuk pada sejumlah teks yang tidak dimasukkan ke dalam Perjanjian Baru (bagian dari Alkitab Kristen). 

Perjanjian Baru adalah bagian yang paling penting dari Alkitab Kristen dan berisi ajaran dan kisah kehidupan Yesus Kristus serta ajaran dan tindakan para rasul. Namun, ada beberapa teks yang tidak dimasukkan ke dalam kanon Perjanjian Baru, tetapi masih memiliki nilai historis dan teologis yang signifikan.

Beberapa contoh Apokrifa Kristen yang terkenal termasuk "Injil Tomas", "Injil Maria", dan "Injil Filipsus". Selain itu, ada juga surat-surat, seperti Surat kepada Laodikia dan Surat kepada Paulus dan Thecla. 

Apokrifa Kristen ini, meskipun tidak dianggap kitab suci resmi, sering dipelajari untuk memahami perkembangan awal Kekristenan, berbagai aliran teologis, dan berbagai pandangan yang muncul di kalangan umat Kristen awal.

Apokrifa dalam Yudaisme

Dalam Yudaisme, "Apokrifa" merujuk pada teks-teks yang tidak dimasukkan ke dalam kanon Alkitab Ibrani (Tanakh). Tanakh adalah kitab suci Yahudi yang terdiri dari Taurat (Torah), Nabi-nabi (Nevi'im), dan Tulisan-tulisan (Ketuvim). Banyak teks lain yang ditulis dalam bahasa Ibrani atau Aram yang tidak dimasukkan ke dalam kanon Tanakh.

Salah satu contoh yang paling terkenal adalah "Kitab Yudit" (Book of Judith), yang berisi kisah seorang wanita Yahudi yang menyelamatkan kota bangsanya dari pengepungan oleh pasukan Asyur. Kitab Yudit ini terdapat dalam kanon Alkitab Katolik dan beberapa denominasi Kristen lainnya, tetapi tidak dianggap sebagai kitab suci dalam Yudaisme. 

Selain itu, ada kitab-kitab lain seperti "Kitab Maccabeus Pertama dan Kedua" yang merekam sejarah Pemberontakan Makabe, yang juga tidak termasuk dalam kanon Tanakh.

Perbedaan pendekatan denominasi Kristiani

Pendekatan terhadap Apokrifa dalam denominasi-denominasi Kristen berbeda. Beberapa denominasi, seperti Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Timur, mengakui beberapa teks Apokrifa sebagai bagian dari kanon Alkitab mereka. Ini termasuk buku-buku seperti Tobit, Wisdom of Solomon, Sirach (Ecclesiasticus), dan beberapa lainnya.

Namun, banyak denominasi Kristen Protestan, seperti Gereja Anglikan, Lutheran, dan banyak denominasi Injili, tidak mengakui Apokrifa sebagai kitab suci resmi dan menganggapnya sebagai literatur tambahan yang berguna untuk pemahaman konteks sejarah dan teologi Kristen awal, tetapi bukan sebagai otoritas dalam ajaran mereka.

Pentingnya Apokrifa

Meskipun teks-teks Apokrifa tidak diakui sebagai kitab suci resmi dalam beberapa tradisi agama, ia masih memiliki nilai yang signifikan dalam pemahaman sejarah, budaya, dan teologi agama. Apokrifa memberi wawasan tentang pemikiran dan kepercayaan umat Kristen dan Yahudi awal, serta bagaimana pemikiran dan keyakinan tersebut berkembang seiring waktu.

Selain itu, beberapa teks Apokrifa juga berfungsi sebagai sumber sejarah yang penting. Ia dapat memberikan informasi tentang peristiwa dan budaya pada zaman kuno yang sulit ditemukan dalam sumber-sumber lain. Misalnya, Kitab Maccabeus menggambarkan Pemberontakan Makabe dan perjuangan Yahudi untuk mempertahankan kemerdekaan mereka dari kekuasaan Yunani Seleukia.

Hmm... ada yang mau menambahkan?

Related

Umum 3395167362825436545

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item