Sejarah Berulang

Ilustrasi/elshinta.com
Sejarah memang berulang, bagi yang tak mau belajar...

Dulu, ketika Soeharto dipaksa turun tahta oleh desakan rakyat yang marah, dan akhirnya lengser dari kursi presiden dengan reputasi hina, banyak pengamat politik yang menyayangkan. Pada waktu itu, rata-rata mereka mengatakan, “Andai Pak Harto tidak mau lagi dicalonkan pada 1998...

“Andai Pak Harto tidak mau lagi dicalonkan pada 1998, dan dia berhenti jadi presiden untuk digantikan orang lain, sejarah Indonesia akan mencatat namanya dengan tinta emas, dan jutaan rakyat Indonesia akan mengenangnya sebagai pemimpin hebat sekaligus negarawan besar.”

Waktu itu, lewat ketetapan MPR, Soeharto sudah menjadi Presiden lima kali berturut-turut, sejak Indonesia masih morat-marit sampai menjadi negara swasembada pangan, hingga ia dijuluki—atau menjuluki diri—Bapak Pembangunan. Diakui atau tidak, Soeharto punya jasa sangat besar.

Memang benar Soeharto bukan pemimpin tanpa cela—sebenarnya, dia bahkan punya banyak masalah. Tapi rakyat juga sebenarnya tidak terlalu peduli. Ingat, waktu itu informasi belum semasif sekarang. Dan selama rakyat kenyang dan puas, mereka juga tidak peduli siapa yang jadi presiden.

Karenanya, andai waktu itu Soeharto memutuskan berhenti, dan menolak dicalonkan lagi jadi presiden pada 1998, dia akan meninggalkan nama harum sebagai presiden yang telah banyak membangun Indonesia, dan rakyat akan mengenangnya sebagai pemimpin yang usai dengan khusnul khatimah.

Bahkan, bisa jadi, jika Presiden Soeharto digantikan orang lain waktu itu, kemudian kondisi Indonesia memburuk akibat krisis ekonomi, tidak menutup kemungkinan justru rakyat yang akan meminta Soeharto untuk jadi presiden lagi. Ini kata banyak pengamat politik di masa-masa itu.

Sayangnya, nafsu berkuasa telah membutakan akal sehat Soeharto. Dia tidak tahu “kapan harus berhenti”. Dan dia maju lagi, sebagai presiden untuk keenam kalinya, tepat ketika Indonesia sedang [akan] berhadapan dengan krisis besar yang kelak menjungkalkannya dari puncak kekuasaan.

And then, selanjutnya adalah sejarah buruk yang sama-sama kita tahu. Krisis ekonomi mengamuk, kerusuhan besar pecah di mana-mana, ribuan orang tewas dan terluka, sementara Soeharto dipaksa turun... dan sejak itu rakyat Indonesia mengenangnya sebagai pemimpin yang buruk dan jahat.

Dan sejarah berulang... bagi siapa pun yang tak mau belajar sejarah. Orang-orang yang mestinya dikenang sebagai pemimpin hebat dan negarawan besar, justru berakhir dengan nama buruk, reputasi buruk... kenangan buruk. Hanya karena mereka tidak [mau] tahu “kapan harus berhenti”.

Masalah Soeharto, dan pemimpin yang sekarang bermasalah, adalah lupa bahwa mereka memimpin negara demokrasi dan bukan monarki.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 4 November 2023.

Related

Hoeda's Note 7289800266595072283

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item