Pelajaran Dasar Memahami Orang Lain

Ilustrasi/waldenu.edu
Manusia, di mana pun, memiliki ciri khas yang mudah dikenali; semakin luas pengetahuannya, semakin dia bisa berempati. Sebaliknya, semakin sempit pengetahuannya, semakin dia mudah menghakimi. 

Orang-orang yang paling mampu berempati dan memahami orang lain biasanya memiliki pengetahuan luas, khususnya pengetahuan tentang [psikologi] manusia. Sebaliknya, orang-orang yang paling suka menghakimi orang lain biasanya tidak tahu apa-apa soal manusia. Karenanya, cara terbaik untuk dapat memahami orang lain adalah mempelajari psikologi manusia. Dan karena cakupan psikologi sangat luas, mari kita belajar dari sisi yang paling mudah. Yaitu dengan mengenali pola dasar kepribadian manusia.

Secara umum, kepribadian manusia dibagi menjadi dua, yaitu introver dan ekstrover (bahasa Inggris: introvert dan extrovert). Jika kita memahami soal ini sepenuhnya, kita akan jadi orang yang bisa memahami orang lain, sehingga lebih bisa berempati pada siapa pun. Tetapi, jika kita tidak memahami soal ini, kita akan terus salah paham pada orang lain, sehingga lebih suka menghakimi.

Uraian ini saya tulis dengan penjelasan sederhana, sehingga bisa dipahami siapa pun, tapi bacalah perlahan-lahan, agar benar-benar paham.

Introver adalah orang yang mendapatkan energi ketika sendirian. Orang introver menyukai saat-saat sendirian, karena, ketika sendirian, mereka sangat berenergi, khusyuk, kreatif, dan sangat menikmati kesendiriannya. Para penulis, misalnya, kebanyakan orang introver. Karenanya, mereka bisa sendirian sampai sangat lama, saat menulis. Begitu pula pelukis, pemahat, peneliti, atau orang-orang yang pekerjaannya mengharuskan sendirian. Rata-rata mereka introver.

Sekali lagi, introver adalah orang yang mendapatkan energi saat sendirian. Orang introver tidak terlalu suka keramaian, atau acara-acara yang melibatkan banyak orang. Karena, ketika berada di tengah banyak orang, energi mereka akan terkuras. Saat ada di tengah keramaian, orang introver tidak terlalu bisa menikmati keramaian yang ada.

Kebalikan introver adalah ekstrover. Dan orang ekstrover memiliki ciri berkebalikan dengan orang introver. Jika orang introver mendapatkan energi ketika sendirian, orang ekstrover justru mendapatkan energi ketika bersama orang-orang lain. Karenanya, orang ekstrover biasanya supel, pintar bergaul, dan hampir selalu ingin bertemu orang lain. Ketika bersama orang-orang lain, atau berada di keramaian, orang ekstrover akan mendapatkan energi, sehingga dia terus bergairah.

Penyanyi, penceramah, komika, atau orang-orang yang sering jadi pusat perhatian banyak orang, kebanyakan orang ekstrover. Mereka menikmati saat bersama orang-orang lain, dan merasa berenergi ketika berada di tengah banyak orang. Karena itu, orang ekstrover biasanya akan gelisah atau tidak nyaman jika terlalu lama sendirian. Mereka ingin segera bertemu orang lain, siapa pun, karena energi mereka diperoleh dari pertemuan dengan orang-orang lain.

Di antara orang introver [yang suka sendirian] dan orang ekstrover [yang suka keramaian], manakah yang benar? Tidak ada yang benar atau salah, karena ini adalah kepribadian orang per orang yang merupakan pemberian Tuhan.

Sama saja dengan orang kidal. Kebanyakan kita biasa menggunakan tangan kanan untuk melakukan banyak hal, misalnya menulis. Tapi orang kidal berbeda, mereka lebih sering menggunakan tangan kiri untuk melakukan banyak hal, termasuk menulis. Apakah orang kidal berharap jadi kidal? Tidak! Orang yang kidal memang terlahir sebagai kidal, dan dia tidak memintanya. Jadi, kidal itu tidak salah, karena bagian dari takdir Tuhan.

Dengan memahami kenyataan ini, kita tidak lagi menganggap aneh kalau sewaktu-waktu menemukan orang menulis pakai tangan kiri, karena dia memang kidal. Dan itu bukan kesalahan. Dia memang dilahirkan sebagai kidal, dan kita harus memaklumi kalau dia menulis pakai tangan kiri, dan tidak malah menyalahkannya.

Kembali ke introver dan ekstrover. Dua jenis kepribadian itu tidak jauh beda dengan keberadaan orang kidal. Kebanyakan orang adalah ekstrover, yaitu orang-orang yang menyukai kebersamaan dengan orang lain, menikmati keramaian, dan semacamnya. Sementara orang introver—yang menyukai kesendirian—relatif sedikit, mirip orang kidal yang jauh lebih sedikit dibanding orang yang biasa menggunakan tangan kanan.

Yang jadi masalah, karena ini menyangkut kepribadian, orang introver jadi sering disalahpahami, karena dianggap aneh. Misal, kebanyakan orang suka diajak menikmati pesta, atau mengunjungi pasar malam, atau larut dalam keramaian. Tapi orang introver biasanya justru menolak. Mereka lebih suka berdiam di rumah, membaca buku, mempelajari sesuatu, atau mengerjakan hal-hal yang bisa dilakukan sendirian.

Baru sampai di sini saja, kita mungkin sudah melihat betapa “aneh”nya orang introver, kan? Diajak pesta-pesta tidak mau, malah lebih suka berdiam di rumah. Diajak jalan-jalan tidak mau, malah lebih suka membaca buku. Diajak menikmati keramaian tidak mau, malah lebih suka sendirian. Tapi memang begitulah introver, mereka lebih suka kesendirian, ketenangan, dan keheningan.

Karenanya, cara paling mudah untuk tahu apakah kamu seorang introver atau ekstrover adalah dengan menjawab pertanyaan ini:

Umpama kamu ditawari tinggal sendirian di sebuah rumah selama sebulan penuh, dan semua kebutuhanmu disediakan—dari makan dan minum sampai perangkat komputer dan ponsel—tapi kamu tidak boleh keluar sama sekali, dan tidak boleh bertemu orang lain, apakah kamu mampu?

Jika jawabanmu “Tidak”, artinya kamu seorang ekstrover, yaitu orang yang selalu membutuhkan interaksi dengan orang lain. Kamu bisa mati kaku jika harus berdiam di rumah sendirian sampai sebulan, bahkan jika semua kebutuhanmu disediakan. Sebagai ekstrover, kamu merasa perlu bertemu orang lain, karena itulah kebutuhanmu yang paling mendasar!

Sebaliknya, jika jawabanmu untuk tawaran tadi adalah “Ya”, jelas dan gamblang kamu seorang introver, yaitu orang yang menikmati kesendirian. Jangankan cuma sebulan, para introver sejati bahkan mampu sendirian sampai berbulan-bulan, kalau mau, dan akan baik-baik saja. Karena mereka sudah mendapatkan kebutuhannya yang paling dasar, yaitu kesendirian!

Saya begitu yakin saat menulis catatan ini, karena saya seorang introver!

Saya seorang introver, jadi saya tahu apa yang saya rasakan, juga apa yang saya alami. Dan seperti yang telah disinggung tadi, saya sering disalahpahami orang-orang lain, karena dianggap “aneh” atau “berbeda”. Padahal masalahnya sepele, yakni karena saya seorang introver, sementara kebanyakan orang adalah ekstrover. Sayangnya, rata-rata orang tidak memahami hal ini, sehingga mereka mudah menghakimi.
 
Jika saya diminta memilih mendatangi pesta yang ramai dan meriah, atau berziarah ke makam yang sunyi, saya akan memilih yang kedua; berziarah ke makam yang sunyi. Karena saya lebih menyukai kesendirian, menikmati keheningan. Tawaran pesta yang meriah mungkin menarik bagi orang-orang lain yang ekstrover, tapi tidak terlalu menarik bagi orang introver seperti saya.

Omong-omong soal berziarah ke makam yang sunyi, saya kadang berziarah ke Wonobodro, sebuah tempat yang berada di puncak bukit, dan menjadi lokasi pemakaman beberapa orang terkenal. Tetapi, saya justru tidak berziarah ke sana ketika haul. Karena, ketika haul, ribuan orang berdatangan ke makam itu, sehingga suasananya sangat ramai. Saya lebih suka menikmati suasana ziarah yang sunyi.

Teman-teman saya beberapa kali mengajak ke Wonobodro ketika haul, dan saya selalu menolak. Mereka heran, dan mengatakan, “Kamu rajin ziarah ke Wonobodro, tapi malah tidak mau diajak ke sana pas haul. Kok aneh?”

Tepat seperti itulah yang dipikirkan masyarakat kepada orang introver; mereka menganggapnya aneh. Introver itu seperti orang kidal. Jika kebanyakan orang biasa menggunakan tangan kanan, orang kidal menggunakan tangan kiri. Sayangnya, orang-orang bisa berempati pada orang kidal, tapi sulit berempati pada orang introver. Karena mereka memang tidak tahu soal perbedaan kepribadian ini.

Jadi, sekali lagi, manusia dibedakan dalam dua kepribadian dasar, yaitu introver dan ekstrover. Ciri khas introver adalah menyukai kesendirian, dan menikmati keheningan. Sementara ciri khas ekstrover adalah menyukai kebersamaan dengan orang-orang lain, dan menikmati keramaian.

Karena introver lebih sering sendirian, mereka umumnya tampak kaku, atau kurang supel, tapi biasanya mampu memikirkan banyak hal secara mendalam—mereka reflektif dan kontemplatif. Sementara ekstrover, karena terbiasa bersama orang lain, biasanya supel dan ramah, tapi biasanya pula tidak mampu diajak memikirkan segala sesuatu secara mendalam—mereka malas mikir yang berat-berat.

Kalau kamu sedang ada masalah, dan curhat pada seorang introver, respons mereka umumnya, “Mari kita pikirkan masalahmu, dan cari solusi terbaiknya.” Orang introver biasanya teman yang kita datangi ketika butuh saran atau nasihat, karena ia dapat berpikir secara mendalam.

Tetapi, kalau kamu sedang ada masalah, dan curhat pada seorang ekstrover, respons mereka umumnya, “Tidak usah terlalu dipikirkan, nanti kamu stres!” Orang ekstrover biasanya teman yang kita datangi ketika ingin bersenang-senang, karena ia biasanya tidak suka berpikir mendalam.

Sampai di sini, sudah mulai melihat perbedaan dua kepribadian manusia?

Kalau kamu memiliki teman, saudara, famili, tetangga, atau siapa pun, dan tampak “aneh” karena lebih suka sendirian dan sulit diajak ke acara-acara yang ramai atau banyak orang, jangan buru-buru menghakimi atau menuduh macam-macam. Bisa jadi dia seorang introver yang kurang mampu menikmati keramaian, dan lebih suka sendirian.

Selalu ingat kenyataan penting ini: Semakin luas pengetahuan kita, semakin mudah kita berempati pada orang lain. Dan semakin sedikit pengetahuan kita, semakin mudah kita menghakimi orang lain. 

Jangan pernah berhenti belajar, khususnya belajar mengenali diri sendiri dan orang lain. Orang lain tidak harus selalu sama dengan kita, dan itu biasa saja.

Related

Hoeda's Note 8391799094081481760

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item