Bagaimana Umar bin Khattab Menaklukkan Al-Quds?
https://www.belajarsampaimati.com/2023/10/bagaimana-umar-bin-khattab-menaklukkan.html?m=0
Ilustrasi/jernih.co |
Penaklukan Yerusalem (Al-Quds) oleh Umar bin Khattab, juga dikenal sebagai Umar al-Faruq, adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah awal Islam, yang terjadi pada tahun 637 M. Penaklukan ini merupakan hasil kampanye militer yang dipimpin oleh tentara Muslim yang kuat, di bawah komando Khalifah Umar bin Khattab.
Latar belakang
Sebelum penaklukan Yerusalem, wilayah Palestina dan kota suci Yerusalem berada di bawah kendali Kekaisaran Romawi Timur (Byzantium). Selama masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar, pasukan Muslim telah berhasil mengalahkan pasukan Byzantium dalam beberapa pertempuran, seperti Pertempuran Ajnadayn pada tahun 634 M.
Setelah wafatnya Abu Bakar, kepemimpinan Khalifah jatuh kepada Umar bin Khattab, yang kemudian melanjutkan kampanye militer untuk memperluas wilayah Islam.
Pertempuran Yarmuk (636 M)
Pertempuran Yarmuk adalah pertempuran besar yang berlangsung antara pasukan Muslim dan pasukan Byzantium di wilayah Yarmuk, yang sekarang terletak di perbatasan antara Suriah dan Yordania.
Pertempuran ini adalah salah satu pertempuran terbesar dalam sejarah, dan berakhir dengan kemenangan besar bagi pasukan Muslim. Setelah keberhasilan ini, pasukan Muslim mulai menjajah wilayah-wilayah Byzantium di Levant, termasuk Palestina dan Yerusalem.
Perundingan dengan Patriark
Sebelum menyerbu Yerusalem, Umar bin Khattab memutuskan untuk mengirim utusan untuk bernegosiasi dengan penduduk kota, termasuk Sophronius, Patriark Yerusalem saat itu.
Patriark dan warga Yerusalem bersikeras untuk hanya menyerah kepada Khalifah Umar secara pribadi. Umar bin Khattab dengan rendah hati menerima permintaan mereka, dan melakukan perjalanan menuju Yerusalem.
Kedatangan Umar bin Khattab
Kedatangan Khalifah Umar bin Khattab ke Yerusalem adalah salah satu momen penting dalam sejarah penaklukan ini. Ia tidak datang dengan sikap angkuh atau memaksa, tetapi memasuki kota dengan sikap rendah hati dan merendahkan diri.
Saat memasuki Yerusalem, Umar hanya didampingi seorang pengawal, dan duduk di luar Gereja Makam Kudus (Church of the Holy Sepulchre), menunggu waktu ibadah shalatnya. Ini menunjukkan penghormatan Umar terhadap tempat-tempat suci berbagai agama.
Penyerahan damai
Setelah bertemu dengan Sophronius, Patriark Yerusalem, dan berbicara dengan warga kota, Umar bin Khattab menawarkan perjanjian damai yang sangat adil. Dalam perjanjian itu, warga Yerusalem dijamin kebebasan beragama dan perlindungan atas properti dan gereja-gereja mereka.
Umar juga menjamin keselamatan penduduk kota serta kebebasan mereka untuk menjalankan ibadah sesuai agama mereka. Semua ini dijamin dengan ketentuan yang diakui dan disepakati oleh kedua belah pihak.
Penyerahan kota
Setelah perjanjian damai disepakati, Yerusalem diserahkan kepada pasukan Muslim. Pada saat penyerahan, Umar bin Khattab memasuki kota tanpa menaikkan bendera Islam atau tanda-tanda kemenangan yang mencolok.
Dia tetap merendahkan diri dan berperilaku dengan sikap yang santun dan hormat terhadap warga kota. Penaklukan ini berlangsung tanpa pertumpahan darah, dan diiringi oleh sikap saling pengertian dan toleransi.
Penghormatan terhadap tempat suci
Ketika Umar bin Khattab memasuki Gereja Makam Kudus, dia menolak untuk melakukan ibadah shalat di dalam gereja tersebut, agar tidak mengganggu umat Kristen yang sedang beribadah. Ini adalah contoh nyata penghormatan dan toleransi yang dia tunjukkan terhadap tempat-tempat suci agama lain.
Penaklukan Yerusalem oleh pasukan Muslim di bawah komando Umar bin Khattab adalah contoh terbaik dari bagaimana Islam mendukung toleransi, perlindungan terhadap hak-hak agama minoritas, dan sikap yang penuh penghormatan terhadap tempat-tempat suci.
Keberhasilan penaklukan ini juga memiliki dampak yang signifikan dalam perkembangan sejarah Islam di wilayah Levant, dan pengaruh Islam dalam menciptakan masyarakat multikultural di daerah tersebut.
Hmm... ada yang mau menambahkan?