Saya Percaya Ganjar Pranowo

Ilustrasi/gesuri.id
Sedetik pun saya tidak pernah membayangkan bahwa suatu saat saya akan mendukung Ganjar Pranowo menjadi Presiden Indonesia. Dari dulu, saya tidak punya ketertarikan khusus pada politik, dan kalian yang mengenal saya di dunia maya tentu tahu kenyataan itu. Tapi sekarang saya terang-terangan mendukung Ganjar Pranowo, ketika dia menjadi salah satu capres untuk Pemilu 2024 mendatang. Bagaimana semua ini bermula?

Kisahnya dimulai bertahun-tahun lalu. Suatu siang, saya lagi makan di warung langganan, ketika Agus Setiawan [wartawan Suara Merdeka] masuk ke warung itu. Kami berteman akrab, dan kadang makan bareng di warung tersebut. Jadi, ketika bertemu di sana, kami pun lalu ngobrol sambil udud, seusai makan.

Agus bercerita kalau dia akan meliput kedatangan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang akan meninjau pantai Pekalongan. Dia lalu mengajak saya. Tanpa pikiran apa pun, dan karena lagi selo, saya setuju menemani Agus. Peristiwa siang itu kelak akan sangat membekas di benak dan pikiran saya.

Di masa-masa itu, Pekalongan sedang dihajar rob karena air laut naik ke daratan. Tak terhitung banyaknya perkampungan yang “berantakan” gara-gara dibanjiri air laut terus menerus. Sementara banyak jalan raya yang rusak parah akibat hal yang sama. 

Berbeda dengan banjir air sungai yang kadang datang kala musim hujan, banjir rob datang terus menerus, dan memiliki dampak yang sangat merusak karena kandungan garam dalam air. Kayu-kayu rumah dan perabotan jadi rusak, besi pada kendaraan jadi berkarat dan hancur, bahkan jalan raya pun sampai berantakan.

Di antara jalan raya yang rusak sangat parah adalah jalan raya yang menuju ke pantai. Jalan raya itu bersisian dengan sungai, dan terhubung dengan pantai. Akibatnya, ketika rob mulai melanda, jalan raya itu menjadi “korban pertama” akibat limpasan air dari sungai dan banjir rob yang datang dari laut. Praktis, jalan raya itu tergenang banjir nyaris tanpa henti. Dan dampaknya sangat mengerikan; aspal mengelupas, lubang-lubang jalan begitu dalam, kerusakan sangat parah.

Yang jadi masalah pelik, jalan raya yang rusak parah itu ternyata bukan tanggung jawab pemerintah kota (pemkot). Saya kurang paham bagaimana teknisnya, tapi—kalau saya tidak salah nangkep—jalan raya yang rusak parah itu merupakan kewenangan pemerintah pusat, atau pemerintah provinsi. 

Jadi, khususnya di zaman dulu, pantai di Pekalongan merupakan pelabuhan, tempat kapal-kapal besar pengangkut ikan membawa hasil tangkapan ke darat. Karenanya, tiap hari, tak terhitung banyaknya truk yang mengangkut ikan dari sana, dan melewati jalan raya tadi. Truk-truk itu membawa ikan hasil tangkapan dari laut, yang didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia. Jalan raya itulah yang kemudian rusak parah akibat rob.

Karena jalan raya itu bukan kewenangan pemerintah kota, pihak pemkot tidak bisa langsung turun tangan memperbaiki kerusakan di sana. Akibatnya, jalan itu semakin rusak, lubang-lubang di jalan semakin banyak, banjir rob terus menggenangi, dan akibatnya jalan raya itu menjadi jalan yang mati.

Di pinggir jalan raya yang rusak parah itu ada banyak toko, besar dan kecil, warung-warung makan, juga konter-konter pulsa, serta aneka usaha kecil yang dijalankan masyarakat. Karena jalan raya di sana rusak parah dan masyarakat enggan melewatinya, segala macam usaha yang ada di sepanjang jalan itu pun bisa dibilang ikut mati. 

Jalan raya itu terhubung ke pantai. Sementara pantai dalam kondisi rusak parah, akibat air laut yang naik. Di zaman saya kecil dulu, pantai itu sangat indah, tapi belakangan jadi tempat yang mengerikan. Tak ada lagi batas darat dan laut, karena air laut telah sampai ke darat, menggenangi pemukiman-pemukiman di sana, membanjiri sawah, kebun, tambak-tambak ikan, dan, tentu saja, air laut yang naik itu sampai di jalan raya tadi. 

Itu kerusakan lingkungan dalam skala yang masif sekaligus rumit, serta memiliki dampak yang luar biasa besar.

Jadi, ketika Agus Setiawan mengajak saya meliput Ganjar Pranowo yang datang ke pantai untuk meninjau masalah itu, saya pun tertarik. Saya ingin tahu bagaimana cara Gubernur Jawa Tengah akan mengatasi masalah lingkungan yang sangat rumit tersebut. 

Tetapi, jujur saja, waktu itu saya tidak terlalu berekspektasi, karena sudah hafal gaya pejabat yang biasa saya saksikan; kaku, formal, penuh basa-basi, hanya bisa membicarakan hal-hal permukaan, lalu ngomong mutar-mutar untuk menutupi ketidakmampuannya memahami masalah yang ia hadapi.

Ketika kemudian Ganjar Pranowo datang, masyarakat di sekitar pantai menyambutnya dengan antusias. Itulah kali pertama saya menyaksikan langsung sosok Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Kesan pertama yang saya tangkap, dia sosok yang ramah, tidak berjarak dengan masyarakat, hingga siapa pun tidak segan mendekatinya.

Warga menyampaikan keluh kesah mereka, terkait rob yang menggenangi lingkungan dan rumah-rumah, dan Ganjar Pranowo merespons keluhan mereka dengan baik sekaligus santun. Dengan bahasa sederhana, dia menjelaskan langkah-langkah yang akan dilakukan pemerintah untuk mengatasi banjir rob tersebut. Sikapnya jauh dari kesan kaku atau formal seperti umumnya pejabat yang biasa saya saksikan, dan dia berbicara dengan jelas, merakyat, hingga mudah dipahami masyarakat. 

Setelah interaksi dengan masyarakat dan peninjauan lokasi yang waktu itu rusak, ada sesi khusus untuk para wartawan yang saat itu meliput. Acara itu dilakukan di sebuah ruangan, dan Ganjar Pranowo seperti melakukan presentasi di depan para wartawan, yang saat itu menyimak uraiannya mengenai rencana dan langkah-langkah yang akan ia lakukan, untuk mengatasi masalah rob di Pekalongan. 

Saya menyebut “seperti melakukan presentasi”, karena waktu itu dia tidak memegang berkas atau makalah apapun, tapi langsung berbicara, menyampaikan hal-hal yang ada di pikirannya, namun runtut, jelas, dan mampu menjawab setiap pertanyaan wartawan yang hadir saat itu. Dia bahkan bisa berbicara dengan sangat teknis seperti insinyur yang sangat memahami masalah lingkungan, hingga para wartawan puas dengan penjelasannya. Jelas, dia tahu apa masalah yang sedang dihadapinya, sekaligus tahu cara mengatasinya. 

Saya duduk di samping Agus yang menyimak presentasi itu, dan diam-diam terpesona. Seumur-umur, jujur saja, baru kali itu saya menyaksikan pejabat publik yang bisa berbicara dengan penuh wawasan, sistematis, benar-benar memahami masalah yang ia hadapi, serta cara mengatasinya. Dan dia bisa menjelaskan atau mengkomunikasikannya secara tepat sesuai audiens yang ia hadapi. 

Ketika berbicara dengan masyarakat umum, dia berbicara dengan sederhana. Ketika berbicara di hadapan para wartawan yang rata-rata berpendidikan tinggi, dia berbicara dengan lebih teknis, menjelaskan hal-hal relatif rumit, tapi tetap mudah dipahami. Tidak ada kesan kaku, formal, atau hanya menyentuh hal-hal yang sifatnya permukaan. Sebaliknya, yang saya saksikan waktu itu, dia berbicara seperti seorang akademisi atau ilmuwan yang menjelaskan suatu topik dengan santai, mendalam, teknis, namun tetap dapat dipahami orang awam.

Itu menjadi moment kekaguman pertama saya pada Ganjar Pranowo. Dia meruntuhkan “stigma” pejabat yang kaku, formal, dan sulit didekati, yang suka mutar-mutar ketika berbicara. Sebaliknya, dia ramah, mudah didekati, dan to the point ketika menyampaikan pemikirannya, khas orang-orang berpendidikan yang tahu apa yang ia bicarakan. Di balik sikapnya yang santun dan merakyat, dia benar-benar cerdas dan berwawasan!

Waktu itu, saya berbisik pada Agus, “Bayangkan jika orang secerdas ini menjadi presiden...”

Agus tersenyum, mengangguk, mengiyakan khayalan saya. 

Peristiwa itu terjadi bertahun lalu, jauh sebelum ada wacana Ganjar Pranowo jadi capres seperti sekarang. Saya pun menyebut bayangan waktu itu sebagai “khayalan”, karena sedetik pun saya tidak pernah membayangkan kalau Ganjar Pranowo kelak akan benar-benar dicalonkan menjadi presiden Indonesia.

Jadi, ketika akhirnya bayangan saya terbukti, dan Ganjar Pranowo benar-benar dicalonkan sebagai presiden, saya seperti menyaksikan khayalan saya mulai mewujud jadi kenyataan. 

Dan ketika belakangan muncul banyak video yang merekam kedekatan Ganjar Pranowo dengan rakyat, saya tahu betul itu rekaman yang sesungguhnya—bukan sesuatu yang sengaja dibuat untuk memoles citranya—karena saya telah menyaksikan hal yang sama... bertahun-tahun lalu, jauh sebelum ia menjadi calon presiden. Dia memang sosok yang benar-benar merakyat, dengan visi yang jelas, dan wawasan yang menakjubkan.

Sampai di sini, sebagian orang mungkin gatal ingin berkata, “Terus soal presentasi Ganjar Pranowo tadi—soal rencananya melakukan perbaikan atas bencana rob—benar-benar dilaksanakan atau ngomong doang?”

Oh, dia telah membuktikan yang dikatakannya!

Saya tahu yang saya katakan sekarang, karena saya benar-benar menyaksikan dan membuktikannya sendiri. 

Pantai yang didatangi Ganjar Pranowo tadi, dulu benar-benar rusak dalam skala mengerikan. Seperti yang telah saya sebutkan, air laut naik ke darat, dan rob menggenang ke mana-mana. Sebegitu merusak dampak rob tersebut, bukan hanya rumah-rumah yang hancur, tapi juga jalan raya! Sepanjang jalan raya yang menuju pantai benar-benar rusak parah, penuh lubang-lubang besar, dan digenangi banjir rob! Semua usaha/bisnis yang ada di sepanjang jalan itu sekarat, karena rusaknya jalan tersebut.

Lalu perbaikan dilakukan, perlahan namun pasti. Tanggul raksasa dibangun di sepanjang pantai, menahan gempuran ombak laut. Banjir rob yang semula sangat parah, yang menggenangi banyak pemukiman penduduk, akhirnya teratasi. Sepanjang jalan yang rusak kini telah dicor beton hingga mulus dan nyaman digunakan, dan para pemilik toko serta warung-warung di sepanjang jalan itu bisa kembali tersenyum. Sementara pantai yang semula rusak parah kini berubah jadi wahana rekreasi yang didatangi keluarga-keluarga dari berbagai penjuru. 

Jadi, saya tidak punya alasan untuk tidak percaya kepadanya. Karena dia telah membuktikan yang dikatakannya. Pejabat mana pun bisa bicara ndakik-ndakik, atau mutar-mutar sampai langit ketujuh, atau menawarkan setumpuk janji yang terdengar seperti angin sorga, tapi kita lebih membutuhkan pejabat yang membuktikan apa yang ia katakan. Ganjar Pranowo berbicara dengan sederhana, tapi memiliki visi yang jelas, berwawasan, dan, di atas semuanya, dia membuktikan yang dikatakannya.
 
Yang membuat saya sedih, terkait kisah ini, Agus Setiawan—wartawan Suara Merdeka yang membawa saya menyaksikan langsung Ganjar Pranowo dalam kisah tadi—sekitar setahun lalu meninggal, dan tidak sempat menyaksikan khayalan saya menjadi kenyataan. 

Kini, mantan Gubernur Jawa Tengah itu menjadi salah satu calon Presiden Indonesia untuk Pemilu 2024 mendatang. Jika saya harus menjatuhkan pilihan, saya tidak ragu memberikan pilihan saya kepadanya. Karena saya percaya pada Ganjar Pranowo.

Related

Hoeda's Note 7627471888777884446

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item