Ganjar Pranowo Menginap di Rumah Wanita Penjual Es
https://www.belajarsampaimati.com/2023/09/ganjar-pranowo-menginap-di-rumah-wanita.html
Ilustrasi/jatengprov.go.id |
Noviana kaget, bingung, juga gembira, ketika mendengar kalau Ganjar Pranowo—iya, Ganjar Pranowo yang itu—akan menginap di rumahnya. Salah satu tetangganya, di antara ibu-ibu, menyahut, “Bejo kowe, Nduk, omahe diinepi Pak Ganjar. (Beruntung kamu, Nak, rumahnya mau diinapi Pak Ganjar.)”
Hari itu Noviana membersihkan rumahnya, dibantu para tetangga, untuk menyambut kedatangan Ganjar Pranowo yang akan menginap. Noviana ingin memastikan rumahnya benar-benar layak saat Ganjar benar-benar datang. “Gimana ya, warga desa seperti saya kedatangan tamu spesial, seorang pemimpin yang mau menginap di rumah saya,” ujar Noviana.
Noviana adalah wanita yang tinggal di Desa Tanjunganom, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati. Sehari-hari, dia bekerja sebagai penjual es, sementara suaminya, Agung, bekerja sebagai tukang las. Mereka orang-orang desa yang sederhana, menjalani kehidupan bersahaja... sampai kemudian mendapat kabar kalau Ganjar Pranowo, yang waktu itu menjabat Gubernur Jawa Tengah, akan datang dan menginap di rumah mereka.
“Waktu dapat kabar Pak Ganjar mau menginap, saya ndredek (gemetar) dan nggak percaya. Kok bisa ada pemimpin mau tidur di sini bersama rakyatnya. Wah, pokoknya nggak tahu harus ngomong apa,” ujar Noviana, saat menceritakan kabar itu.
Dan Ganjar Pranowo akhirnya benar-benar datang. Malam hari, Ganjar datang ke Desa Tanjunganom di Pati, dan menuju ke rumah Noviana. Di hadapan Noviana dan para warga yang berkumpul di sana, Ganjar menyapa ramah, “Niki griyane, Bu? Sae sanget niki. Kula nunut nyipeng mriki, nggih. (Ini rumahnya, Bu? Bagus sekali ini. Saya numpang menginap di sini, ya.)”
Dalam kunjungan itu, Ganjar beramah tamah dengan penduduk di sana, duduk lesehan di atas tikar, mendengarkan aspirasi warga, dan para penduduk begitu menikmati bisa ngobrol dengan gubernur mereka. Belakangan, Ganjar Pranowo benar-benar menginap di rumah Agung dan Noviana.
Agung dan Noviana bukan hanya senang Ganjar Pranowo menginap di rumah mereka, tapi juga sangat berterima kasih karena berkat Ganjarlah mereka bisa memiliki rumah. Ya, pasangan Agung dan Noviana termasuk warga yang menerima bantuan dari program Ganjar Pranowo, “Tuku Lemah Oleh Omah”. Program perumahan rakyat yang digagas Ganjar itu benar-benar dirasakan manfaatnya oleh warga. Sementara kedatangan Ganjar ke desa di Pati, hingga menginap di sana, dalam rangka mengecek langsung program tersebut.
Agung, suami Noviana, menceritakan, “Kalau tidak dibantu Pak Ganjar, sampai sekarang saya masih tinggal bersama orang tua.”
Ketika Ganjar Pranowo mulai menduduki jabatan Gubernur Jawa Tengah, tugas besar yang langsung dihadapinya adalah persoalan kemiskinan. Waktu itu, angka kemiskinan di Jateng relatif tinggi, mencapai 4,8 juta jiwa, atau sebanyak 14,44 persen dari total penduduk. Ganjar memikirkan cara mengatasi masalah itu secara tepat, sekaligus bisa berdampak panjang, yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Memberi makan gratis pada warga mungkin terdengar hebat, tapi itu terlalu utopis, dan hanya mengenyangkan sementara. Harus ada cara yang lebih baik.
Belakangan, yang dilakukan Ganjar adalah melakukan rehab atau perbaikan pada rumah-rumah warga di Jateng yang tidak layak huni. Program itu membutuhkan kerja sama dan gotong royong dari berbagai pihak, tapi yang jelas program itu belakangan menunjukkan hasilnya.
Pada periode pertama kepemimpinannya, sebanyak 725 ribu rumah milik warga sudah direhab. Ratusan ribu rumah yang semula kondisinya memprihatinkan diubah menjadi hunian yang lebih baik, lebih sehat, bersih dan nyaman untuk ditinggali. [Program rehab rumah ini kemudian terus berjalan, dan telah memperbaiki lebih dari 1,5 juta rumah.]
Dengan rumah yang nyaman ditinggali, warga akan dapat beristirahat dengan tenang setelah bekerja seharian. Jika warga bisa istirahat dengan tenang dan nyaman, mereka akan dapat berpikir lebih baik. Dan jika orang dapat berpikir lebih baik, mereka akan mulai menemukan cara-cara kreatif untuk mengembangkan hidupnya.
Faktanya, program perbaikan rumah yang dijalankan pemerintahan Ganjar di Jawa Tengah mendapat banyak apresiasi. Tapi langkah Ganjar belum selesai. Dia memang telah membantu memperbaiki rumah-rumah warga agar lebih baik, lebih sehat, dan lebih nyaman ditinggali. Lalu bagaimana dengan warga yang tidak atau belum memiliki rumah?
Ganjar Pranowo teringat masa lalunya, ketika masih tinggal bersama keluarganya. Ganjar punya beberapa saudara, dan dulu, saat masih tinggal bersama orang tua, mereka hidup pas-pasan, dan merasakan berapa sulitnya memiliki rumah. Waktu itu mereka tinggal di rumah kontrakan, dan keluarga Ganjar bahkan pernah diusir dari kontrakan karena tak kunjung membayar, akibat ketiadaan uang.
Ingatan itu membekas dalam ingatan Ganjar, dan ia membayangkan rakyat yang dipimpinnya juga pasti banyak yang mengalami hal serupa. Dari situlah kemudian ia menggagas program yang kelak akan sangat berpengaruh di Jawa Tengah, yaitu “Tuku Lemah Oleh Omah”. Ganjar tidak ingin tragedi pengusiran yang dulu dialami keluarganya juga terjadi pada banyak orang lainnya.
“Tuku Lemah Oleh Omah” adalah program pemerintah Jawa Tengah di bawah inisiasi Ganjar Pranowo, yang memungkinkan warga untuk memiliki rumah setelah membeli atau memiliki tanah. Jika warga memiliki tanah namun tidak memiliki biaya untuk membangun rumah, pemerintah Jateng akan membangunkan rumah yang layak, secara gratis. Tanpa embel-embel DP nol persen.
Lalu bagaimana dengan warga yang tidak punya rumah dan juga tidak punya tanah? Kalau begitu, Pemprov Jateng akan membantu warga bersangkutan untuk mendapat kredit di bank buat membeli tanah. Nantinya, warga hanya mengangsur pembayaran tanah, sementara rumahnya dibangun dengan biaya pemerintah Jawa Tengah. Rumah Agung dan Noviana, dalam kisah tadi, yang dikunjungi Ganjar hingga menginap di sana, adalah salah satu rumah yang dibangun berdasarkan program ini.
Dan bukan hanya mereka yang telah mendapat kemudahan dalam memiliki rumah, berkat adanya program Ganjar Pranowo. Sejak digulirkan pada tahun 2020, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah memberikan ratusan rumah bantuan lewat program “Tuku Lemah Oleh Omah”.
Berdasarkan data Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi Jawa Tengah, program ini telah membangun 200 unit rumah pada 2020. Setahun berikutnya, pada 2021, program ini membangun 186 rumah, lalu meningkat jadi 253 pada 2022, dan meningkat pesat jadi 615 unit rumah pada 2023, dengan target 1.024 unit. Dalam perspektif para pengamat, ratusan rumah yang dibangun untuk masyarakat itu adalah bukti nyata kebijakan Ganjar yang sangat pro-rakyat.
Selain membangun rumah untuk kalangan “wong cilik”, pemerintah Jawa Tengah bahkan sampai membuatkan semacam “perumahan” lengkap dengan jalan dan sistem drainase, hingga mushala, dalam satu kompleks. Setidaknya, hal itu telah dinikmati para petani gula di Desa Karangsari Kabupten Cilacap.
Di sana, ada 58 keluarga yang tinggal di petak-petak tak layak huni yang mereka bangun seadanya, karena tidak ada biaya. Petak-petak bangunan itu mereka buat di atas lahan yang semula berupa hutan. Pemerintah Jateng lalu turun tangan. Dimediasi Kepala Desa, warga bermusyawarah dengan pemilik lahan di sana, guna memastikan bahwa tanah luas miliknya siap dijual untuk dijadikan perumahan komunitas. Pemilik lahan kemudian sepakat untuk menjual tanahnya.
Setelah tanah luas itu dibeli warga—dengan dibantu kreditnya ke bank—pemerintah Jateng membangun puluhan rumah untuk para petani di sana, hingga mirip kompleks perumahan yang terpadu. Dan para petani itu bisa langsung masuk ke rumah tersebut tanpa pusing mikir DP. Untuk melengkapi perumahan itu, Pemprov Jateng juga membangun jalan, sistem drainase, hingga mushala untuk ibadah warga.
Hal serupa juga dialami Komunitas Paguyangan Bersemi di Kabupaten Brebes. Anggota kelompok itu rata-rata berprofesi sebagai pedagang asongan, sopir, maupun buruh harian. Kebanyakan mereka tinggal di kontrakan, atau hidup bersama orang tua. Belakangan, Pemprov Jateng membangun perumahan untuk mereka, dan warga hanya membayar harga tanahnya.
Rumah-rumah di Brebes itu juga dibangun ala perumahan, terletak di sudut Desa Paguyangan. Lingkungan perumahan itu bahkan dilengkapi taman yang asri, dan di bagian depannya terdapat papan besar, dengan tulisan, “Paguyangan Bersemi”.
Program “Tuku Lemah Oleh Omah” telah menyentuh banyak warga di berbagai tempat di Jawa Tengah. Dari Cilacap sampai Pemalang, dari Brebes sampai Pekalongan, dari Wonosobo sampai Magelang.
Program itu melengkapi program bantuan renovasi rumah yang menunjukkan keseriusan Ganjar dalam memerangi kemiskinan di Jateng. Dan tepat seperti yang dipikirkan Ganjar Pranowo, program itu terbukti berkontribusi dalam upaya menurunkan kemiskinan. Jika orang dapat beristirahat dengan tenang setelah bekerja keras, mereka akan dapat menjalani kehidupan dengan lebih baik, dapat berpikir lebih baik, dan akhirnya dapat menemukan cara-cara kreatif untuk meningkatkan diri.
Meminjam ungkapan Profesor Saratri Wilonoyudho, pakar demografi Universitas Negeri Semarang, kepemimpinan Ganjar yang kreatif dan responsif makin memudahkan dalam mewujudkan program yang tepat sasaran. Ia mengatakan, “Ibarat dokter, diagnosanya tepat, sehingga memberi obatnya juga tepat sasaran. Itulah yang terjadi di Jateng.”
Jika merujuk data Badan Pusat Statistik Jateng, faktanya kemiskinan di Jawa Tengah memang terus berkurang. Dari 2013 hingga 2019, warga miskin di provinsi ini mengalami jumlah penurunan terbanyak, hingga mencapai 1.093.220 jiwa. Lebih dari satu juta orang terangkat dari kemiskinan!
Pada September 2020, situasi memang sedikit berbeda, kemiskinan di Jateng sempat naik hingga 11,84 persen akibat pandemi Covid yang melumpuhkan banyak sektor perekonomian. Namun, di tahun berikutnya, pada September 2021, pemerintah berhasil memulihkan kembali menjadi 11,25. Kemudian, pada Maret 2022, angka kemiskinan kembali mengalami penurunan menjadi 10,93 persen.
Jadi, apakah Ganjar berhasil menurunkan kemiskinan di Jawa Tengah selama kepemimpinannya? Statistik sudah menunjukkan.
Orang yang sok tahu kadang ngomong seenaknya, “Tapi di Jawa Tengah kok masih banyak orang miskin?” Ya kalau mau ngomong begitu, di Indonesia sampai sak ndunyo juga sik akeh wong melarat! Jangankan di Jawa Tengah, di seluruh dunia juga masih banyak orang miskin! Bukan begitu cara melihatnya, dan karena itulah kita perlu mempelajari statistik. Lebih dari itu, menurunkan kemiskinan juga tidak semudah menurunkan genteng dari atap rumah!
Well, ketika menulis catatan ini, saya teringat pada diskusi Ganjar Pranowo dengan para mahasiswa di Universitas Indonesia. Nauval, salah satu mahasiswa, bertanya, “Jika Bapak kelak jadi Presiden Indonesia, apakah Bapak akan jadi petugas partai atau petugas rakyat?”
Dengan santai, Ganjar Pranowo mengatakan, “Nauval, kamu mengikuti saya selama sepuluh tahun jadi Gubernur?”
Nauval menjawab, “Mengikuti.”
Ganjar Pranowo menegaskan, “Oke, saya petugas siapa?”
Tepuk tangan mahasiswa bergemuruh. Tanpa penjelasan, mereka segera tahu jawabannya. Program-program Ganjar Pranowo di Jawa Tengah yang pro-rakyat adalah bukti yang nyata.
Tentu saja, uraian dalam catatan ini baru membahas satu program. Karenanya, di waktu-waktu mendatang, saya akan menuliskan program-program lain yang telah digagas dan dijalankan Ganjar selama menjabat Gubernur Jawa Tengah, dan kita akan melihat bersama-sama bahwa Ganjar Pranowo benar-benar melakukan yang ia katakan, “Jabatan hanya mandat, tuanku adalah rakyat.”