Bagaimana Sejarah Kekaisaran Persia Safawi?

Ilustrasi/republika.co.id
Kekaisaran Persia Safawi, juga dikenal sebagai Dinasti Safawi atau Kekaisaran Safawi, adalah salah satu kekaisaran yang kuat dan berpengaruh di dunia Islam dan Timur Tengah selama abad ke-16 hingga abad ke-18. Kekaisaran ini didirikan oleh Shah Ismail I pada awal abad ke-16, dan memainkan peran penting dalam sejarah dan perkembangan dunia Islam serta wilayah Timur Tengah. 

Asal usul 

Kekaisaran Safawi berakar dari gerakan sufi di wilayah Persia (sekarang Iran) pada abad ke-14 dan ke-15. Pemimpin awal gerakan ini adalah Sheikh Safi al-Din Ardabili, seorang ulama sufi yang mendirikan ordo Safawiyya. Cucu Sheikh Safi, Ismail I, memainkan peran penting dalam mengubah ordo sufi ini menjadi kekuatan politik yang kuat.

Ismail I, yang lahir pada tahun 1487, mengklaim keturunan Imam Ali, yang oleh penganut Syiah dianggap sebagai pewaris sah Nabi Muhammad. Pada tahun 1501, Ismail I berhasil merebut Tabriz, ibu kota Azerbaijan, dan mengumumkan dirinya sebagai Shah (penguasa) Persia. Dia juga mengadopsi Islam Syiah, dan ini menjadi langkah penting dalam pembentukan identitas agama negara di bawah pemerintahannya. 

Puncak kekuasaan Safawi

Dalam kurun waktu kurang dari satu abad, Kekaisaran Safawi mencapai puncak kejayaannya, di bawah kepemimpinan Shah Abbas I (1588-1629). Selama masa pemerintahan Shah Abbas, Safawi memperluas wilayahnya hingga mencakup sebagian besar wilayah Iran modern, Irak, Azerbaijan, Kaukasus Selatan, dan bagian-bagian dari Anatolia timur (wilayah Turki modern).

Shah Abbas dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana dan berpikiran jauh. Dia melakukan reformasi internal yang meliputi perbaikan administratif, ekonomi, dan militer. Dia juga memindahkan ibu kota ke Isfahan, yang menjadi salah satu pusat seni, budaya, dan arsitektur terbesar di dunia pada saat itu.

Syiahisme sebagai agama negara

Salah satu ciri khas Kekaisaran Safawi adalah pengadopsian Syiahisme sebagai agama negara. Ini adalah konversi massal pertama ke dalam aliran Syiah di dunia Muslim yang sebagian besar Sunni. Keputusan Shah Ismail I untuk mengadopsi Syiahisme menjadi dasar agama resmi Kekaisaran Safawi, membedakan mereka dari Kekaisaran Utsmaniyah yang mayoritas Sunni.

Konflik dengan Kekaisaran Utsmaniyah

Kekaisaran Safawi sering terlibat dalam konflik dengan tetangga Sunni mereka, Kekaisaran Utsmaniyah, yang mendominasi sebagian besar Timur Tengah. Konflik ini, yang dikenal sebagai Perang Utsmaniyah-Safawi, berlangsung selama beberapa abad, dan terutama berkaitan dengan sengketa wilayah perbatasan serta perbedaan agama dan keyakinan politik. 

Salah satu konflik paling terkenal adalah Pertempuran Chaldiran pada tahun 1514, di mana Utsmaniyah berhasil mengalahkan Safawi.

Dampak budaya dan seni

Kekaisaran Safawi juga memberikan kontribusi besar dalam bidang seni dan budaya. Era Safawi dikenal sebagai zaman keemasan seni Persia, dengan perkembangan seni rupa, arsitektur, sastra, dan kerajinan yang luar biasa. Arsitektur Safawi, terutama bangunan-bangunan seperti Masjid Sheikh Lotfollah dan Masjid Masjid Imam di Isfahan, adalah contoh penting dari seni Safawi yang megah.

Kemunduran dan akhir kekaisaran

Meskipun mencapai puncak kejayaan di bawah Shah Abbas I, Kekaisaran Safawi mengalami kemunduran pada abad ke-18. Pemimpin yang lemah dan ketidakstabilan politik, termasuk konflik internal dan invasi asing, semakin melemahkan kekuasaannya. 

Pada tahun 1722, Kekaisaran Safawi diserbu oleh pasukan Afghan, yang menyebabkan kehancuran besar di seluruh wilayah Iran. Meskipun Safawi berhasil memulihkan sebagian wilayahnya, kekaisaran ini tidak pernah pulih sepenuhnya.

Hmm... ada yang mau menambahkan?

Related

Sejarah 4542795154543111910

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item