Amien Rais dan Ribut-ribut Soal VPN
https://www.belajarsampaimati.com/2023/09/amien-rais-dan-ribut-ribut-soal-vpn.html
Ilustrasi/detik.com |
Amien Rais menyulut keributan di Twitter, gara-gara punya “visi” yang mengejutkan terkait upaya memberantas pornografi di negeri ini. Visi itu tertuang dalam sebuah tweet, berbunyi, “Yang setuju, like and share! Partai Ummat jika nanti menang dan dikasih amanah untuk jadi decision maker, pornografi akan kita berantas!!! VPN kita matikan. Insha Allah Indonesia bebas pornografi!”
Tweet itu dilengkapi poster mini, dengan tulisan, “Matikan VPN. Insha Allah 90% masalah pornografi selesai!”
Kita tentu mengapresiasi keinginan Amien Rais yang ingin memberantas pornografi di Indonesia, dan itu sungguh keinginan mulia. Yang jadi masalah, keinginan adalah satu hal, tapi cara untuk mencapai keinginan adalah hal lain, dan keduanya harus tepat, sinkron, agar keinginan tercapai, dan tidak ngawur.
Memberantas pornografi di Indonesia adalah keinginan. Lalu bagaimana cara Amien Rais akan mewujudkan keinginan itu? Jika merujuk pada tweet-nya, cara yang akan dilakukan Amien Rais adalah “mematikan” VPN, agar warga Indonesia tidak bisa lagi mengakses pornografi.
Kedengarannya canggih, tapi tidak ilmiah, dan belakangan malah jadi bahan tertawaan orang-orang di Twitter.
Ini adalah contoh bagaimana keinginan yang baik tidak akan jalan—bahkan jadi bahan tertawaan—ketika tidak dilatari rencana yang tepat dan pengetahuan yang cukup. Dalam konteks modern, keinginan bahkan harus diwujudkan dengan cara yang relevan sesuai perkembangan zaman.
Amien Rais ingin memberantas pornografi dengan cara mematikan VPN. Patut ditanyakan, apakah dia benar-benar tahu apa itu VPN? Oh, saya tidak akan menjelaskannya di sini, karena para pengguna internet mestinya tahu apa itu VPN, dan akan terdengar “lucu” kalau saya harus repot-repot menjelaskannya.
Dalam pikiran Amien Rais, mungkin, VPN itu semacam “pintu gerbang” menuju film porno dan foto-foto telanjang. Karenanya, Amien Rais mungkin berpikir bahwa dengan mematikan VPN, maka Indonesia akan terbebas dari pornografi. Pikiran yang logis, andai yang dipikirkan Amien Rais memang benar. Sayangnya, pikirannya keliru. Karena VPN bukan seperti yang ia pikirkan.
Secara pribadi, saya sangat memaklumi ketidakmampuan Amien Rais dalam memahami kemajuan teknologi, dalam konteks ini fungsi VPN. Bagaimana pun, Amien Rais adalah intelektual cemerlang pada zamannya—saya menyaksikan masa mudanya, ketika ia menjadi salah satu orang terdepan pada era Reformasi, menulis banyak artikel tentang politik di masa itu, sampai melakukan orasi di berbagai tempat—salah satu tokoh penting Indonesia pada akhir 1990-an. Tetapi, rupanya, lompatan teknologi bergerak jauh lebih cepat, melampaui usia Amien Rais.
Bagaimana pun, Amien Rais sekarang sudah sepuh. Dan sementara usianya merangkak perlahan, lompatan teknologi melesat secepat kilat. Bukan hanya Amien Rais, banyak orang sepuh lain yang juga “tergagap” dalam memahami cepatnya laju teknologi saat ini, yang bergerak amat sangat cepat. Jangankan orang-orang yang sudah sepuh, bahkan orang-orang yang relatif muda pun banyak yang tidak mampu mengikuti cepatnya laju teknologi.
Ada bapak-bapak yang usianya baru 50-an, tapi benar-benar “tidak paham” apa itu internet. Dia punya beberapa anak, dan suatu hari dia mengeluh, “Aku sangat khawatir, anak-anakku sekarang megang ponsel, dan bisa mengakses internet.”
Rupanya, dan yang mengejutkan, bapak-bapak itu menganggap internet hanya berisi hal-hal porno. Dalam bayangan dia, internet adalah tempat yang isinya cuma film porno, foto porno, dan segala hal yang porno. Karena pemahamannya itu pula, dia mengira anak-anaknya mengakses internet untuk membuka hal-hal porno.
Kenapa dia sampai berpikir bahwa internet hanya berisi hal-hal porno? Ternyata, dia pertama kali mengenal internet ketika mengakses foto-foto porno! Setelah itu sudah, dia tidak pernah mengakses internet lagi, jadi tidak tahu apa itu internet.
Mungkin terdengar konyol, tapi rupanya bapak-bapak itu masih punya sesuatu yang jauh lebih konyol. Ternyata, bukan hanya internet yang ia asosiasikan dengan hal-hal porno, tapi juga film! Jadi, tiap mendengar ada orang “nonton film”, yang ada dalam pikirannya adalah “nonton film porno”.
Bagaimana hal gila semacam itu bisa terjadi? Ternyata jawabannya sama saja, karena bapak-bapak itu rupanya doyan nonton film porno! Jadi, kalau dengar ada orang nonton film, yang ada dalam pikirannya adalah film porno. Dia tidak tahu bahwa yang disebut “film” itu bisa film action, film fiksi-ilmiah, film drama, film sejarah, film dokumenter, bahkan film religi, yang bisa ditonton secara streaming lewat internet! Ya Tuhan, dia bahkan tidak tahu apa itu streaming!
Kita yang masih muda, atau generasi milenial ke bawah, mungkin tertawa mendengar fenomena semacam itu. Tapi itu realitas yang terjadi di dunia saat ini, khususnya di Indonesia. Ada banyak orang, khususnya yang sudah tidak muda lagi, yang tidak mampu memahami teknologi terkini, sehingga mengasumsikan banyak hal berdasarkan ketidaktahuannya. Seperti Amien Rais yang tidak paham apa itu VPN, atau seperti bapak-bapak tadi yang menganggap internet hanya berisi hal-hal porno.
Jadi, bagaimana Amien Rais bisa sampai pada pemikiran bahwa “mematikan VPN” akan dapat memberantas pornografi?
Saya tidak tahu bagaimana alur pikirannya. Tapi mungkin Amien Rais punya keyakinan atau pola pikir seperti bapak-bapak tadi, lalu menyandarkan pemikirannya pada pengetahuan yang ia yakini, sementara keyakinannya ternyata keliru. Bukti bahwa pikiran memang harus di-update, dan keyakinan bisa kedaluwarsa.
Bagi anak-anak muda zaman sekarang, VPN malah jarang digunakan untuk mengakses pornografi. Karena, kalau memang mau mengakses pornografi, tanpa VPN pun bisa! Sebaliknya, VPN justru sering digunakan untuk hal-hal di luar pornografi.
Fenomena Amien Rais dan ribut-ribut soal VPN adalah bukti nyata adanya gap yang sangat lebar antara manusia dengan kemajuan teknologi, dan generasi tua dengan generasi muda. Banyak hal yang sekarang ada dalam kehidupan modern yang tidak dipahami orang-orang zaman dulu. Sayangnya, dalam banyak kasus, ada orang-orang tua yang memaksakan pikirannya pada kehidupan anak-anak muda, tanpa menyadari pikirannya telah kedaluwarsa.
Orang-orang tua memiliki zaman mereka sendiri, dan zaman itu jauh berbeda dengan zaman anak-anak muda di masa kini. Ketika orang tua menggunakan paradigma zamannya untuk memandang apalagi sampai mendikte zaman sekarang, keributan ala VPN terjadi.
Salah satu “penyakit umum” orang tua adalah membanggakan atau bahkan mengglorifikasi generasinya. Kita pasti sering mendengar orang-orang tua yang berkata, “Zaman dulu jauh lebih baik daripada zaman sekarang. Orang-orang kuno jauh lebih hebat dibanding orang-orang sekarang. Kehidupan bapakmu, kakekmu, buyutmu, jauh lebih sulit dan lebih berat daripada kehidupanmu sekarang, bla-bla-bla...”
Agar tidak terjadi debat dan keributan, mari kita sepakati itu benar. Bahwa zaman dulu lebih baik dari zaman sekarang, bahwa orang-orang kuno lebih hebat dari orang-orang sekarang, bahwa kehidupan bapak dan kakek dan buyut kita lebih sulit dan lebih berat daripada kehidupan orang sekarang. Mari kita sepakati itu benar.
Tetapi, kalaupun itu memang benar, lalu apa relevansinya dengan orang-orang zaman sekarang? Relevansi! Itulah yang sering terlewat dari pikiran orang-orang tua yang masih ingin hidup di masa lalu, membangga-banggakan masa lalu, dan tidak sadar kalau mereka kini hidup di masa sekarang.
Orang-orang zaman dulu tidak bisa membawa apalagi memaksa orang-orang zaman sekarang untuk hidup seperti di zaman dulu. Karena, sehebat apapun zaman dulu, zaman itu sudah berlalu di belakang. Yang bisa dilakukan orang-orang zaman dulu adalah terus bergerak maju, mengikuti perkembangan zaman, agar bisa relevan dengan orang-orang zaman sekarang.
Kalau kita orang tua dan punya anak, kita tidak bisa memaksa anak kita menjalani hidup di zaman kita, karena zaman kita sudah berlalu. Yang bisa kita lakukan, kitalah yang mengikuti zaman anak kita, agar bisa mendidik anak sesuai zamannya.
Jadi, jika Amien Rais atau siapapun ingin memberantas pornografi di Indonesia, kita mengapresiasi keinginan itu, bahkan akan mendukungnya kalau perlu. Tetapi, cara yang digunakan harus sesuai perkembangan zaman, agar relevan dan tidak ngawur. Artinya, Amien Rais atau siapapun harus meng-upgrade pikirannya terlebih dulu, agar wawasan dan pengetahuannya selaras dengan kemajuan zaman. Setelah itu terjadi, kita akan sama-sama tahu bagaimana cara terbaik dan relevan memberantas pornografi.
Tentu saja, caranya bukan mematikan VPN.