Dolph Lundgren Versus Albert Einstein
https://www.belajarsampaimati.com/2023/08/dolph-lundgren-versus-albert-einstein.html
Ilustrasi/blikk.hu |
Adakah orang genius yang juga memiliki tubuh berotot? Ada, yang paling terkenal adalah Dolph Lundgren, aktor Swedia yang membintangi film-film action.
Dolph Lundgren memiliki IQ 160, setara dengan Albert Einstein. Dia fasih berbicara dalam tujuh bahasa, memiliki gelar master di bidang teknik kimia dari University of Sydney, mendapatkan beasiswa penuh dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), bahkan menjadi anggota MENSA, organisasi yang berisi orang-orang paling genius di dunia.
Tetapi, meski otaknya sangat cerdas, Dolph Lundgren tidak ingin jadi ilmuwan atau akademisi. Dia ingin jadi atlet. Jadi, alih-alih memanfaatkan otaknya untuk berpikir di bidang akademis, dia justru menghabiskan waktunya untuk membentuk tubuh dan berlatih bela diri. Hasilnya, dia menjadi pemegang Dan III sabuk hitam karate pada Kyokushin Karate, dan memenangi kejuaraan Eropa pada 1980-1981. Satu tahun kemudian, pada 1982, dia memenangi kejuaraan angkat besi di Australia, juga ikut berkompetisi secara internasional dalam binaraga.
Setelah itu, Lundgren menjajal keberuntungan di dunia film, dan membintangi film-film action. Belakangan, kita pasti mengenalnya saat menonton Expendables, yang juga dibintangi Jason Statham dan Sylvester Stallone. Dalam The Expendables 2, bahkan ada dialog yang sengaja ditujukan untuk mengolok-olok Dolph Lundgren, dan penonton yang paham siapa Dolph Lundgren pasti cekikikan.
Dalam salah satu adegan, bocah-bocah Expendables terjebak dalam reruntuhan bangunan, dan tak bisa keluar. Dolph Lundgren, yang berperan sebagai Gunnar Jensen, membuat sesuatu untuk menjebol dinding agar mereka bisa keluar.
Jason Statham (Lee Christmas) bertanya, “What you doing, Gunner?”
Dolph Lundgren (Gunnar Jensen) menjawab, “I’m making a bomb. You mind?”
Sylvester Stallone (Barney Ross) ikut menyahut, “A maniac with brains.”
Tepat seperti itulah Dolph Lundgren; “A maniac with brains”. Karena nyatanya dia memang genius, tapi malah fokus berkarier di dunia akting. Padahal, umpama Dolph Lundgren memanfaatkan kemampuan otaknya untuk fokus pada bidang keilmuan, tidak menutup kemungkinan dia telah menjadi ilmuwan terkenal dunia, bahkan mungkin pula mendapatkan Nobel.
Tetapi begitulah, masing-masing orang memilih jalan hidupnya sendiri, dan mereka lalu memfokuskan dirinya untuk sesuatu yang mereka pilih. Meski memiliki otak yang hebat, Dolph Lundgren memilih menjadi aktor film action, dan ia pun menghabiskan hidupnya untuk melatih fisik dan berakting. Meski tidak menjadi ilmuwan, tapi dia tentu bahagia menjalani kehidupan yang dipilihnya.
Mungkin akan bagus sekali andai Dolph Lundgren bisa menjadi aktor film action terkenal sekaligus ilmuwan hebat. Tapi hal semacam itu sulit diperoleh rata-rata orang, bahkan oleh orang segenius Dolph Lundgren, karena manusia memiliki waktu yang terbatas. Inilah yang menjadikan rata-rata kita sulit untuk dapat memiliki semuanya, dan mau tak mau harus memilih.
Dolph Lundgren memilih menjadi aktor film action. Karena itu pilihannya, ia pun menghabiskan waktunya sehari-hari untuk melatih fisik agar terus bugar, demi penampilan yang prima. Dia fokus pada hal itu, hingga, meski memiliki otak yang sangat hebat, dia tidak sempat menggunakannya. Hasilnya, dunia mengenal Dolph Lundgren sebagai aktor dengan tubuh berotot, bukan sebagai ilmuwan.
Mungkin Dolph Lundgren juga berangan-angan menjadi aktor sekaligus menjadi ilmuwan. Tetapi, angan-angan itu tak kesampaian, karena waktu yang terbatas. Jika dia memecah fokusnya untuk melatih fisik dan melakukan penelitian ilmiah, kemungkinan besar dia malah tidak menjadi apa-apa. Jadi, mau tidak mau, dia harus memilih salah satu, lalu menggunakan seluruh waktu dan energinya untuk sesuatu yang ia pilih. Dan jadilah dia sosok berotot yang menjadi aktor film action.
Di sisi lain, ada orang-orang yang kebetulan juga memiliki otak yang hebat, lalu fokus menggunakan otaknya, dan menjadi ilmuwan, peneliti, akademisi, atau semacamnya. Mereka memanfaatkan otaknya yang hebat, dan fokus pada bidang keilmuan, hingga jadilah mereka ilmuwan terkenal.
Karena mereka fokus pada kemampuan otaknya, mereka pun biasanya mengabaikan penampilan fisiknya. Karenanya, sangat jarang—bahkan mungkin hampir tidak pernah—kita menyaksikan ilmuwan yang memiliki tubuh berotot. Lagi-lagi, karena waktu yang terbatas, hingga orang tidak bisa memiliki segalanya. Karena hal itu pula, kebanyakan ilmuwan atau orang-orang yang dikenal genius biasanya memiliki penampilan fisik yang biasa saja—sebagian mereka bahkan kadang tampak culun, atau kurus, atau malah gemuk.
Secara IQ, Dolph Lundgren dan Albert Einstein itu setara. Tapi Dolph Lundgren memiliki tubuh berotot, dan tinggi besar. Bahkan ketika dia mengenakan kemaja, sosok kekarnya tak bisa disembunyikan. Sementara Albert Einstein menjadi ilmuwan berpengaruh di dunia, tapi tampilan fisiknya tampak “berantakan”. Dia bahkan mungkin tidak pernah menyisir rambutnya sendiri.
Kita mungkin tidak memiliki IQ sehebat Dolph Lundgren atau Albert Einstein. Tapi kita menghadapi hal yang sama dalam hidup. Yaitu pilihan, dan waktu yang terbatas. Bahkan orang dengan kemampuan sehebat apa pun, tetap dibatasi oleh waktu... dan inilah masalahnya!
Kita bisa memilih menjadi apa pun, bermimpi meraih cita-cita, atau mengejar karier di suatu bidang yang kita cintai. Tapi kita juga memiliki waktu yang terbatas, sebagaimana yang dihadapi Dolph Lundgren dan Albert Einstein. Karenanya, sebagaimana mereka, kita juga butuh fokus pada satu hal yang kita cintai, lalu menggunakan seluruh energi dan waktu yang kita miliki untuk hal itu.
Dolph Lundgren mungkin tidak sempat membaca banyak buku, tapi dia menjadi aktor terkenal dengan modal tubuh yang kekar. Albert Einstein mungkin tidak pernah nge-gym, tapi dia menjadi ilmuwan dengan modal otak dan pembelajaran yang tekun. Mereka tidak bisa menjadi aktor sekaligus ilmuwan, atau menjadi ilmuwan sekaligus aktor. Dan jika mereka saja tidak bisa, apalagi kita?
Saya tidak bermaksud mengecilkan potensi siapa pun, juga tidak bermaksud menafikan keberadaan orang-orang di luar sana yang mungkin bisa meraih banyak hal di bidang berbeda dengan kesuksesan yang sama. Saya menulis catatan ini sebagai refleksi kesadaran bahwa kita mungkin tidak sehebat yang mungkin kita pikirkan, dan ada baiknya untuk menyadari hal itu sedari awal.
Karena kesadaran itu pula, saya pun konsisten dan fokus pada sesuatu yang memang saya minati, yang bisa saya lakukan, dan yang saya nyaman menjalaninya. Saya tidak berharap jadi artis, tidak bermimpi menjadi atlet, juga tidak pernah berkhayal jadi selebritas. Saya hanya menjalani sesuatu yang saya pilih, memfokuskan waktu dan energi untuk itu, dan menikmatinya—belajar, membaca buku, berpikir, dan bekerja dalam hening.
Saya tidak bisa menjadi Dolph Lundgren, dan terus terang saya juga tidak ingin menjadi seperti dia. Begitu pun, saya tidak bisa menjadi Albert Einstein, karena saya jelas tidak akan bisa seperti dirinya. Tetapi, saya bisa menjadi diri saya sendiri, versi terbaik diri saya yang bisa saya capai. Dan, saya pikir, itu saja sudah baik.