Elon Musk Makin Tajir, Kita Makin Pusing
https://www.belajarsampaimati.com/2023/07/elon-musk-makin-tajir-kita-makin-pusing.html
Ilustrasi/disway.id |
Orang-orang di Twitter lagi meributkan kebijakan Twitter—maaf, kebijakan Elon Musk—yang kini membatasi scrolling. Jika sebelumnya pengguna Twitter bebas scrolling di Twitter selama atau sesering apapun, sekarang tidak bisa lagi, karena adanya pembatasan.
Elon Musk, pemilik Twitter, menyatakan hal itu terang-terangan lewat tweet-nya, “Untuk mengatasi pengikisan data dan manipulasi sistem tingkat ekstrem, kami telah menerapkan batasan sementara.”
Sebagai awam, saya tidak tahu apa itu “pengikisan data” dan “manipulasi sistem tingkat ekstrem”. Intinya, karena dalih tersebut, sekarang pengguna Twitter tidak bisa leluasa lagi main Twitter. Karena masing-masing akun akan mendapat pembatasan dalam hal membaca tweet.
Mengutip Elon Musk, akun terverifikasi (yang ditandai centang biru) dibatasi untuk membaca 6.000 posting per hari. Akun yang belum terverifikasi (seperti rata-rata akun kita) hanya boleh membaca 600 posting per hari. Sementara akun baru yang belum diverifikasi (maksudnya akun yang baru dibikin) hanya bisa membaca 300 posting per hari.
Apa arti “membaca posting” yang dimaksud Elon Musk dalam pemberitahuan itu? Sepenangkapan saya, “membaca posting” yang dimaksud Elon adalah “memindai posting” atau aktivitas scrolling timeline yang biasa kita lakukan di Twitter. Karena sistem Twitter—tolong ralat kalau saya keliru—tentu tidak bisa membedakan apakah suatu posting dibaca atau hanya sekadar dipindai. Sistem Twitter hanya bisa menghitung berapa posting yang telah “dilewati” oleh pemindaian akun per akun.
Rata-rata kita, yang menggunakan akun “belum terverifikasi” hanya diizinkan membaca 600 posting per hari. Membaca 600 posting per hari mungkin terdengar banyak sekali, khususnya jika posting yang lewat di timeline kita adalah thread utuh yang ditulis oleh akun-akun terverifikasi. Itu sudah mirip membaca 600 halaman buku saku. Tapi apa iya kita benar-benar membaca posting per posting? Sejujurnya, saya yang hobi membaca saja tidak melakukannya!
Ketika masuk Twitter, saya hanya memindai posting-posting yang muncul di timeline, dan hanya membaca posting-posting atau tweet-tweet yang saya anggap penting, yang kebetulan lewat di timeline. Tapi saya lebih banyak melihat fofo-foto kucing, menonton video-video kucing, atau hal-hal semacamnya. Hampir tidak pernah saya membaca tweet per tweet atau posting per posting secara utuh yang ada di timeline. Selain malas, waktu saya di Twitter juga tidak terlalu lama, wong cuma sak ududan.
Tetapi bahkan “cuma sak ududan” itu, kalau dihitung-hitung, bisa mencapai 600 posting lebih. Karena yang saya lakukan cuma memindai, jadi tidak memakan banyak waktu. Dan jika saya yang hanya masuk Twitter sebentar saja bisa kena pembatasan karena telah mencapai kuota 600 posting, apalagi orang-orang lain yang menghabiskan lebih banyak waktu di Twitter?
Rata-rata, kalau kita mengakses Twitter lewat smartphone, ada dua-tiga tweet/posting yang muncul di layar. Kalau masing-masing dua tweet saja yang tampil di layar smartphone, dan kita melakukan scrolling 300 kali, jatah kita sudah habis!
Dan 300 scrolling itu tidak terasa, apalagi timeline kita dijejali banyak iklan, yang tentunya akan ikut dihitung sebagai “posting yang dibaca”. Belum lagi kalau kita menemukan thread menarik, lalu juga membaca tweet-tweet komentarnya. Ini bahkan belum membicarakan pengguna yang nulis tweet/posting, lalu mendapat komentar, dan perlu merespons. Jatah “600 posting” itu tidak seberapa.
Banyak orang di Twitter yang marah dengan kebijakan baru tersebut, karena rasanya seperti represi—saya tidak yakin istilah ini tepat atau tidak. Maksud saya, Elon Musk seperti ingin membatasi kebebasan bicara warga dunia, dan, jika ingin pembatasan itu dilonggarkan, syaratnya harus bayar! Bayar ke siapa? Ya ke Elon Musk!
Terkait pembatasan yang sekarang diberlakukan di Twitter, ada sesuatu yang saya pikirkan.
Fitur pembatasan sebenarnya telah ada di Twitter sejak dulu, dan diberlakukan pada akun-akun yang melakukan “hal-hal mencurigakan” versi sistem Twitter. Misal, kita me-reply banyak tweet sekaligus dalam satu waktu. Bagi Twitter, perilaku semacam itu akan dianggap spam, dan akun kita akan dibatasi oleh sistem Twitter. Jika kita sampai mengalami pembatasan tiga kali, akun akan di-banned.
Sekarang, dengan fitur pembatasan yang baru, apakah sistem semacam itu masih akan berlaku? Maksud saya begini. Kita lagi asyik scrolling timeline Twitter, dan tak terasa mencapai 600 posting, lalu kena pembatasan. Setelah itu, kita tidak bisa lagi main Twitter, dan harus menunggu sampai beberapa lama. Setelah pembatasan itu selesai, kita main Twitter lagi, asyik scrolling lagi, dan tanpa sadar kena pembatasan lagi. Jika sampai tiga kali kena pembatasan, apakah akun kita juga akan di-banned?
Sejak ada pembatasan scrolling posting di Twitter, saya memikirkan hal itu, karena yang melakukan pembatasan adalah sistem Twitter, dan sistem itu hanya mengikuti instruksi awal; tiga kali melanggar pembatasan, langsung banned!
Semoga yang saya pikirkan tersebut tidak relevan. Tapi, kalau ada jurnalis yang kebetulan membaca catatan ini, tolong tanyakan/pastikan hal ini pada pihak Twitter, agar kita bisa lebih damai bermain Twitter, tanpa khawatir tiba-tiba akun kita di-banned hanya gara-gara tak sengaja kena pembatasan jatah kuota.
Secara pribadi, sebenarnya, saya tidak keberatan berlangganan Twitter Blue agar akun saya terverifikasi, sehingga bisa lebih bebas di Twitter. Tapi, sejauh ini, saya pikir buat apa? Saya hanya masuk Twitter beberapa menit, dan hanya sekadar melihat-lihat kabar/tweet baru yang kebetulan melintas di timeline. Kalau butuh nulis panjang, saya juga bisa melakukannya di blog atau di situs ini. Jadi, sampai sekarang saya belum melihat urgensi langganan Twitter Blue, dan sepertinya Elon Musk juga sudah terlalu kaya!
Eh, sebentar.
Ada yang ngasih tahu, kebijakan Elon Musk terkait pembatasan tadi hanya akan diberlakukan sementara. Jadi, ada kemungkinan peraturan terkait pembatasan tersebut akan dicabut suatu waktu kelak, dan kita bisa kembali leluasa scrolling Twitter. Tapi, jujur saja, saya mikir, “Apa iya?”