Apa Arti Cognitive Dissonance atau Disonansi Kognitif?
https://www.belajarsampaimati.com/2023/07/apa-arti-cognitive-dissonance-atau.html
Ilustrasi/biologydictionary.net |
Cognitive dissonance atau disonansi kognitif adalah fenomena psikologis yang terjadi ketika seseorang mengalami ketidakcocokan antara keyakinan, nilai, atau sikap yang dimiliki, dan tindakan yang diambil atau fakta yang diamati. Hal ini menyebabkan ketegangan dan ketidaknyamanan mental, yang mendorong individu untuk mencari cara mengurangi disonansi kognitif tersebut.
Teori disonansi kognitif dikembangkan oleh psikolog sosial, Leon Festinger, pada 1957. Menurut teori ini, ketika seseorang memiliki dua keyakinan atau sikap yang bertentangan dengan tindakan yang diambilnya, maka akan muncul perasaan tidak nyaman dan tidak seimbang di dalam diri individu tersebut. Ketidakcocokan ini menciptakan kebutuhan untuk menghilangkan atau mengurangi disonansi kognitif yang dirasakannya.
Ada beberapa strategi yang sering digunakan untuk mengurangi disonansi kognitif. Pertama, individu dapat mengubah keyakinan atau sikap mereka agar sesuai dengan tindakan yang diambilnya.
Misalnya, jika seseorang merokok namun mengetahui bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan, dia mungkin merasakan disonansi kognitif. Untuk menguranginya, dia bisa mencari informasi yang meragukan dampak negatif merokok, atau meyakinkan diri sendiri bahwa keuntungan sosial atau psikologis dari merokok lebih penting daripada risiko kesehatan.
Strategi kedua adalah dengan mencari informasi baru yang mendukung keyakinan atau tindakan yang ada. Seseorang dapat mencari pembenaran atau alasan yang mendukung tindakannya, dan mengabaikan atau mengurangi bobot informasi yang bertentangan. Misalnya, seseorang yang membeli barang mahal yang sebenarnya tidak diperlukan, dapat mencari ulasan positif tentang barang tersebut dan mengabaikan ulasan negatifnya.
Selain itu, individu juga dapat menghindari situasi atau informasi yang memperkuat disonansi kognitif. Mereka mungkin menghindari orang-orang atau situasi yang dapat mengingatkan mereka pada ketidakcocokan, atau mencari kelompok yang memiliki keyakinan serupa untuk mengurangi konflik kognitif.
Dalam beberapa kasus, orang juga dapat menggunakan strategi rasionalisasi atau penjelasan diri untuk mengurangi disonansi kognitif. Mereka bisa mencari alasan atau pembenaran untuk tindakan yang bertentangan dengan keyakinan mereka, sehingga mengurangi rasa ketidaknyamanan.
Misalnya, orang yang tidak mengikuti praktik konservasi energi, meskipun percaya pada perlunya melindungi lingkungan, mungkin merasakan disonansi kognitif. Namun, mereka bisa berargumen bahwa kontribusi individu mereka tidak signifikan dibandingkan masalah lingkungan yang lebih besar, atau bahwa tindakan konservasi energi bukan tanggung jawab mereka.
Disonansi kognitif merupakan fenomena psikologis yang kompleks dan dapat mempengaruhi persepsi, sikap, dan perilaku seseorang. Dalam upaya mengurangi ketegangan mental yang dihasilkan oleh disonansi kognitif, orang cenderung mencari konsistensi dan keseimbangan dalam keyakinan dan tindakan mereka.
Hmm... ada yang mau menambahkan?