Zendaya dan Subjektivitas Kecantikan Wanita

Ilustrasi/awbi.org
Ketika film Spider-Man yang diperankan Tom Holland rilis, banyak orang—khususnya penggemar Spider-Man—yang menggilainya. Popularitas serial film itu juga mendongkrak nama pasangan Spider-Man, yang diperankan Zendaya (nama lengkapnya Zendaya Mare Stoermer Coleman).

Zendaya adalah perempuan kelahiran California, Amerika, 1 September 1996, dan sepertinya serasi menjadi pasangan Tom Holland, yang memerankan Spider-Man. Banyak orang, dan mungkin mayoritas penggemar Spider-Man, yang menganggap Zendaya sangat cantik—meski kita tidak bisa menutup kemungkinan adanya sebagian orang lain yang berpendapat sebaliknya.

Kalian, yang membaca catatan ini, mungkin menganggap bahkan meyakini Zendaya sangat cantik. Anggapan atau kepercayaan itu bisa timbul karena preferensi pribadi, atau bisa pula karena pengaruh sosial. Dalam arti, karena orang-orang di sekitarmu—khususnya teman-temanmu—menganggap Zendaya cantik, kamu lalu ikut dalam konsensus yang menganggap Zendaya cantik.

Tapi bagaimana jika ternyata ada orang-orang yang punya pendapat berbeda, dan menganggap Zendaya biasa-biasa saja, atau bahkan tidak cantik?

Mari kita mulai dengan pertanyaan ini: Apakah kecantikan wanita bisa diukur secara objektif? 

Jawabannya bisa. Sains bahkan memiliki “ukuran pasti” mengenai kecantikan. Dalam perspektif sains, wanita disebut cantik—secara objektif—jika proporsi wajahnya benar-benar simetris. Itu tentu saja definisi yang “kering”, khas sains. Tapi itu jadi ukuran pasti, jika kita ingin meyakinkan diri apakah seorang wanita cantik atau tidak menurut sains. Rumusnya sederhana; semakin simetris wajah seorang wanita, semakin cantiklah dia.

Contoh paling terkenal wanita yang dianggap cantik oleh sains adalah Amber Heard—ya, Amber Heard yang itu, mantan istri Johnny Depp. Dalam ukuran sains, wajah Amber Heard sangat mendekati simetris, sehingga sains pun menganggap dia cantik. Jika kalian setuju ya silakan, jika tidak setuju juga tidak apa-apa. 

Jadi, sains menganggap Amber Heard sebagai wanita cantik, secara objektif. Tetapi, seperti yang saya sebut barusan, kalian boleh setuju dan boleh tidak. Karena setiap orang memiliki preferensi pribadi mengenai kecantikan wanita, dan inilah yang menyebabkan cara kita memandang dan menilai kecantikan bisa sangat subjektif dan berbeda. 

Seorang wanita bisa jadi sangat cantik bagi sebagian orang, namun dianggap biasa-biasa saja oleh sebagian lain. Manakah yang benar dan salah dalam hal itu? Jika ukurannya adalah preferensi pribadi, tentu tidak ada yang benar dan salah, wong itu sesuatu yang jelas subjektif.

Kembali ke Zendaya. Banyak orang, dan mungkin termasuk kalian, yang menganggap Zendaya sangat cantik. Di media sosial, saya bahkan sering menemukan komentar berisi puja-puji pada kecantikan Zendaya, seolah dia wanita dengan kecantikan sempurna—tiada duanya di dunia. Tetapi, bagi saya pribadi, Zendaya biasa-biasa saja, untuk tidak menyebut “tidak cantik”.

Terus terang, saya sangat kecewa ketika mendapati Zendaya menjadi pasangan Peter Parker dalam film Spider-Man. Karena, dalam perspektif saya, pasangan superhero haruslah seorang mbakyu. Sementara Zendaya sama sekali tidak memancarkan aura mbakyu! Karenanya, jika saya diminta menyebutkan film Spider-Man yang paling mengecewakan, jawaban saya mutlak; Spider-Man yang diperankan Tom Holland! Karena pasangannya tidak memancarkan aura mbakyu!

Coba ingat film superhero atau bahkan antihero kontemporer Hollywood mana pun yang pernah kita tonton, dan kita pasti akan menemukan fakta tak terbantahkan ini; semua pasangan superhero adalah mbakyu! Maksud saya, wanita yang memancarkan kedewasaan. Dari Superman, Batman, Iron Man, Green Lantern, Deadpool, Hulk, Captain America, Thor, sampai Spider-Man sebelum Tom Holland. 

Mengapa pasangan superhero harus wanita dewasa yang memancarkan aura mbakyu? Karena, dalam perspektif saya—dan mungkin juga dalam perspektif para sineas Hollywood—superhero sebenarnya alter ego seorang bocah! Semua superhero menyimpan jiwa bocah di dalam dirinya, dan menjadi superhero adalah cara merepresentasikan jiwa bocah yang tak mungkin mereka tunjukkan sebagai laki-laki dewasa. Dan semua bocah merindukan mbakyu, seorang wanita dewasa—bukan cewek remaja! 

Jadi, berdasarkan perspektif ini, saya menganggap Zendaya tidak layak menjadi pasangan Spider-Man, karena dia tidak memancarkan aura mbakyu. Dan karena dia tidak memancarkan aura mbakyu, maka saya tidak menganggapnya cantik. So, cantik dalam perspektif saya adalah wanita yang memancarkan aura mbakyu! Kalian boleh memperdebatkan soal ini sampai kiamat, kalau mau, dan prinsip saya soal ini tidak akan berubah!

Di luar fakta bahwa kecantikan bisa dinilai secara objektif—bahkan sains memiliki ukuran atau patokan yang pasti—saya percaya bahwa definisi kecantikan adalah soal perspektif, dan itu bisa sangat subjektif. Preferensi orang per orang terhadap kecantikan tidak bisa digeneralisasi, sehingga cantik bagi saya mungkin tidak bagi kalian, atau sebaliknya.

Karenanya, saya tidak akan heran jika ada pria yang memuja pasangannya sebagai “wanita tercantik di dunia”, meski teman-temannya sesama pria mungkin tidak berpendapat sama. Karena nyatanya kecantikan bisa sangat subjektif, tergantung siapa yang memandang, dengan berbagai perspektif yang berbeda. Bahkan, sebenarnya, justru berbahaya jika definisi kecantikan harus memiliki patokan sama yang harus disepakati semua orang. 

Bayangkan saja kalau kita semua harus menyepakati bahwa “cantik adalah seperti X”, misalnya. Betapa akan kacaunya kehidupan, karena semua pria akan berusaha mencari wanita yang “seperti X”, dan mereka bisa tidak bahagia sampai mati jika ternyata jodohnya adalah wanita yang “tidak seperti X”. Di sisi lain, para wanita akan berusaha sekuat tenaga untuk mengubah diri mereka “menjadi seperti X”, dan hasilnya mayoritas wanita di dunia “seperti X”. Tidak ada lagi keragaman, tidak ada lagi kebebasan pilihan—karena semua wanita akan tampak sama! Benar-benar dunia yang kacau dan aneh!

Kita patut bersyukur memiliki kebebasan pribadi untuk menetapkan preferensi dan pilihan pada hal-hal tertentu. Terkait topik catatan ini, kita perlu menerima kenyataan bahwa definisi cantik bisa sangat berbeda untuk orang per orang, dan itu biasa saja. 

Sebagian pria, misalnya, punya kecenderungan pada wanita belia yang lucu, dan menganggap seperti itulah yang cantik. Sebagian pria lain punya kecenderungan pada wanita dewasa yang matang, dan menganggap seperti itulah yang cantik. Tidak ada yang benar atau salah di sini, karena memang sepenuhnya subjektif. Namanya juga preferensi pribadi. 

Dan begitulah kehidupan kita sebenarnya; penuh keragaman, perbedaan perspektif, karena orang per orang memiliki latar hidup dan cara pikir berbeda-beda.

Related

Hoeda's Note 6591114687300190575

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item