Apa yang Terjadi Pada Produk Fashion Mahal yang Tak Laku?

Ilustrasi/beautified.co.id
Produk fashion, semacam baju, tas, dan sepatu, umumnya memiliki segmen pembeli yang spesifik. Karenanya ada produk fashion yang murah, dan ada produk fashion yang mahal. Produk fashion yang mahal biasanya memiliki merek-merek yang telah terkenal, bahkan identik dengan golongan tertentu (dalam hal ini kalangan atas).

Pertanyaannya, apa yang terjadi pada produk-produk mahal yang tidak laku terjual? Dikemanakan barang-barang itu?

Perusahaan dan gerai fashion mana pun selalu berusaha menjual produk jualannya agar benar-benar habis. Jika ada barang yang tak laku terjual, mereka akan menurunkan harganya dengan cara memberi diskon, bahkan diskon besar, agar barang itu laku terjual, dan habis. Tapi selalu ada kemungkinan sebagian barang benar-benar tidak laku terjual, apa pun alasannya.

Ketika hal semacam itu terjadi, sebagian perusahaan akan melakukan daur ulang produk yang tidak laku tadi, dan menjadikannya produk baru yang berbeda. Tapi urusan daur ulang ini sangat rumit, karena sumber daya yang dibutuhkan jauh lebih besar dibanding memproduksi barang yang benar-benar baru. 

Mendaur ulang produk-produk fashion sangat sulit, bahkan membutuhkan biaya mahal dibandingkan menghasilkan produk yang benar-benar baru dari bahan mentah (belum jadi). Karena setiap bahan pakaian, sepatu, dan tas, umumnya mengandung komposisi serat kain yang berbeda satu sama lain. Karena latar ini pula, sangat jarang produsen fashion yang mau repot-repot mendaur ulang.

Jadi, apa solusi lain yang lebih masuk akal? 

Sebagian kita mungkin akan berpikir, apa salahnya jika produk-produk yang tak laku disumbangkan ke masyarakat yang membutuhkan? Toh itu produk sisa yang tidak laku, dan menyumbangkan barang-barang itu tidak akan sampai merugikan produsen. 

Pertimbangan semacam itu memang masuk akal. Masalahnya, menyumbangkan produk-produk fashion mahal ke masyarakat yang membutuhkan akan menghasilkan masalah yang tak terbayangkan. Bagaimana pun, produk-produk fashion mereka sudah terkenal identik dengan kalangan atas. Ada banyak orang mau membeli produk mereka yang mahal, karena membutuhkan mereknya sebagai identitas. Apa jadinya jika produk-produk fashion mahal itu tiba-tiba dipakai pemulung dan semacamnya?

Karena alasan itu, produsen fashion memilih tidak menyumbangkan produk-produk yang tak laku, demi tetap menjaga image produk mereka yang identik dengan kalangan atas.

Jadi, apa solusi lain yang lebih masuk akal? Jawabannya sederhana; dibakar dan dimusnahkan!

Mereka tidak memilih daur ulang produk, karena itu mahal sekaligus rumit. Mereka tidak memilih menyumbangkannya ke masyarakat yang membutuhkan, karena itu akan merusak image produk mereka yang high class. Jadi, solusi paling mudah adalah membakar dan memusnahkannya. Dengan cara itu, brand image mereka akan tetap terjaga, begitu pula harga jual produk mereka. Kita sama-sama tahu, banyak orang yang bangga jika mengenakan produk-produk fashion dengan merek tertentu.

Membakar produk yang tak laku terjual memang solusi yang paling mudah sekaligus murah. Sayangnya, itu juga merupakan solusi yang paling tidak ramah lingkungan.

Latar belakang ini jadi salah satu alasan kenapa industri fashion kerap dituding sebagai salah satu industri yang paling merusak lingkungan di dunia. 

Hmm... ada yang mau menambahkan?

Related

Umum 2541691029933543790

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item