Bagaimana Masa Kecil dan Masa Remaja Adolf Hitler?

Ilustrasi/intisarionline.grid.id
Adolf Hitler adalah anak pasangan Alois Hitler dan Klara Pölzl. Sebenarnya, Adolf Hitler anak keempat, tapi ketiga kakaknya telah meninggal sebelum dia lahir. Hitler juga punya adik, tapi meninggal pada usia 6 tahun, ketika Adolf Hitler berusia 10 tahun.

Masa kecil Adolf Hitler tidak bisa dibilang menyenangkan. Ayahnya, Alois Hitler, adalah seorang pegawai pemerintahan (di bidang bea cukai), yang bisa menafkahi keluarga dengan cukup layak, tapi memiliki temperamen sangat buruk; kasar, angkuh, tukang selingkuh, dan ringan tangan pada istri serta anaknya. Di waktu senggang, Alois juga lebih suka nongkrong di bar, daripada bersama keluarganya.

Karena latar belakang itu, Adolf Hitler lebih dekat dengan ibunya. Karena latar belakang keluarganya pula, Adolf Hitler tumbuh jadi anak yang pemalu, sulit bergaul, dan sering sakit-sakitan. 

Diam-diam, perangai buruk ayahnya yang kasar menurun pada diri Adolf Hitler, namun dalam bentuk tak terduga. Karena seringnya dihardik, dipukuli, dan dianiaya ayahnya, Adolf Hitler tumbuh besar dengan jiwa pemberontak yang diam-diam tumbuh dalam tubuh kecilnya. Adolf kecil jadi sosok yang mau menang sendiri, sekaligus tak suka diatur.

Sifat itu sudah tampak jelas ketika ia masih kecil, ketika bermain dengan teman sebaya di tempat tinggalnya. Saat main perang-perangan, misalnya, Adolf Hitler telah menunjukkan kepiawaiannya dalam memimpin, mengancam, sekaligus memaksa.

Seperti pegawai pemerintahan umumnya, khususnya di masa itu, ayah Adolf Hitler menginginkan anaknya bersekolah dengan baik, agar juga bisa menjadi pegawai pemerintah. Tapi Adolf Hitler tidak menyukai sekolah, yang menurutnya terlalu banyak aturan. Sebaliknya, dia menyatakan ingin jadi seniman. Saat ayahnya tahu impian tersebut, Adolf kecil dianiaya habis-habisan.

Akhirnya, Adolf Hitler baru bisa mengekspresikan minatnya pada seni, setelah ayahnya wafat pada 1903. Tanpa mempedulikan sekolahnya yang terbengkalai dan tanpa mempertimbangkan mendiang ayahnya yang ingin dia jadi pegawai, Adolf Hitler pergi ke Wina, Austria, untuk belajar seni.

Terkait hal itu, Klara Pölzl, ibunda Adolf Hitler, tidak terlalu mempersoalkan. Bagaimana pun, dia tahu putranya kurang berprestasi di sekolah, dan satu-satunya kepandaian Hitler hanya menggambar. Jadi, ketika Hitler berusia 16 tahun dan memutuskan keluar dari sekolahnya untuk belajar jadi seniman di Wina, Klara menganggap jadi seniman sepertinya peluang yang realistis untuk anaknya.

Di Wina, Hitler remaja berambisi mewujudkan cita-citanya menjadi seniman. Ia menekuni seni lukis, arsitektur, hingga seni musik. Mungkin dia benar-benar akan jadi seniman yang berhasil, andai tidak sempat membaca majalah-majalah politik.

Sebelumnya, Adolf Hitler sangat suka membaca majalah-majalah bergambar, terkait kesenian. Namun, di Wina, dia juga mulai mengenal majalah-majalah politik, bahkan belakangan menjadi pembaca setia surat kabar Deutsches Volksblatt yang cenderung rasis terhadap orang-orang Yahudi. Hitler juga membaca buku-buku karya Charles Darwin, Friedrich Nietzsche, Gustave Le Bon, hingga Arthur Schopenhauer.

Ketika Perang Dunia I meletus, Hitler bergabung dengan angkatan perang, dan mendapat pangkat Kopral. Itu menjadi jalannya memasuki dunia politik. Selanjutnya adalah sejarah yang sama-sama kita tahu.

Pada 30 Januari 1933, Adolf Hitler, anak pemalu dari keluarga toksik, berhasil menjadi Kanselir Jerman, dan belakangan mengobarkan perang paling dahsyat di abad ke-20 yang menyebabkan hilangnya puluhan juta nyawa manusia.

Hmm... ada yang mau menambahkan?

Related

Tokoh 3164036705165773705

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item