Mengapa Ada Orang yang Tidak Doyan Makanan Tertentu?
https://www.belajarsampaimati.com/2022/09/mengapa-ada-orang-yang-tidak-doyan.html
Ilustrasi/klikdokter.com |
Tetapi, meski terkenal sebagai buah enak, nyatanya ada orang-orang yang justru tidak doyan durian. Mereka bukan tidak suka, tapi tidak doyan, dalam arti tidak akan mau makan durian. Jangankan memakan, bahkan mencium aroma durian saja, mereka bisa mual.
Selain durian, ada banyak makanan lain yang disukai orang-orang, tapi mungkin kita justru tidak doyan. Atau sebaliknya, ada makanan-makanan yang sangat kita sukai, tapi teman kita justru tidak doyan. Mengapa hal semacam itu bisa terjadi?
Jawaban paling meyakinkan terkait hal ini adalah DNA. Jika kita dalam keadaan sehat, dalam arti tubuh kita baik-baik saja, dan dengan sadar tidak doyan suatu makanan, kemungkinan yang mendasari hal itu adalah sekuens DNA pada tubuh kita yang “menolak” makanan tersebut.
Sekuens DNA adalah urutan seperti “resep” yang memberi tahu tubuh kita mengenai bagaimana membuat protein yang penting untuk tubuh. Sekuens DNA inilah yang mempengaruhi selera makan kita, untuk menyukai suatu makanan tertentu, atau justru menjauhi makanan tertentu. Dan karena DNA masing-masing orang berbeda, selera kita terhadap makanan pun berbeda.
DNA dalam tubuh kita membantu menentukan bagaimana kita merasakan dan mencium aroma makanan, sampai memberi pesan ke otak apakah rasa dan aroma itu enak atau tidak. Karenanya, setiap orang merasakan rasa makanan secara berbeda-beda. Inilah kenapa suatu makanan bisa “sangat enak sekali” bagi satu orang, dan bisa “biasa-biasa saja” bagi yang lain.
Ilmuwan pernah melakukan penelitian tentang perbedaan DNA dalam mempengaruhi perasaan seseorang, dan mereka menggunakan objek blue cheese.
Ketika para peserta penelitian itu mencium aroma blue cheese, ilmuwan menemukan bahwa ada senyawa kimia asam isovaleric yang membantu tubuh mereka menentukan bagaimana perasaan mereka terkait aroma itu. Hasilnya, sebagian orang menyebut aroma blue cheese “terasa enak”, sebagian lain menyebutnya “biasa saja”, sementara yang lain malah mual.
Selain DNA dan zat-zat kimia di tubuh kita, latar belakang lain yang bisa menyebabkan seseorang sangat suka atau tidak doyan suatu makanan adalah pengalaman atau lingkungan.
Misalnya, orang yang sejak kecil telah biasa makan pizza, kemungkinan besar akan menganggap pizza sangat enak. Karena lidahnya sudah terbiasa sejak kecil. Sebaliknya, orang yang tidak biasa makan pizza mungkin tidak akan terlalu suka, karena lidahnya tidak terbiasa. Sementara yang lain lagi bisa jadi malah tidak doyan pizza, karena asing dengan makanan itu.
Hmm... ada yang mau menambahkan?