Mengapa Harga Berlian Selalu Turun Ketika Dijual Kembali?
https://www.belajarsampaimati.com/2022/06/mengapa-harga-berlian-selalu-turun.html?m=0
Ilustrasi/mediaini.com |
Emas dan berlian terkenal sebagai barang berharga mahal. Tapi ada perbedaan yang sangat mencolok antara emas dan berlian. Kalau kita menyimpan emas, harganya akan terus naik, mengikuti inflasi. Ketika dijual kembali, harganya akan lebih mahal dibanding saat dulu kita membeli. Tapi kalau kita menyimpan berlian, harganya akan turun ketika dijual kembali. Bagaimana hal aneh itu bisa terjadi?
Pada dasarnya, berlian sebenarnya berbeda dengan emas. Meski sama-sama terkenal sebagai barang mahal, berlian lebih eksklusif, dalam arti peminatnya jauh lebih sedikit dibanding emas. Di sisi lain, emas adalah barang langka, sementara jumlah berlian bisa dibilang berlimpah.
Jadi, harga berlian mestinya tidak mahal. Pertama, ia bukan barang langka. Kedua, peminatnya terbatas. Dua kondisi itu mestinya menjadikan berlian sebagai barang murah. Tapi kenapa berlian memiliki harga mahal saat kita ingin membelinya?
Untuk memahami hal itu, kita perlu flashback ke masa lalu, dan melihat bagaimana permainan bisnis berperan dalam mengangkat—sekaligus menjatuhkan—harga berlian.
Di masa lalu, setidaknya sampai tahun 1800-an, berlian memang sangat langka, sulit diperoleh, karena hanya ada segelintir tempat di dunia yang memilikinya. Setiap tahun, di masa itu, dunia hanya memproduksi beberapa kilogram berlian. Karena hal itulah, harga berlian sangat mahal.
Tetapi, pada pertengahan abad ke-19, tambang berlian besar ditemukan di Orange River, Afrika Selatan, dan peristiwa itu mengubah sejarah berlian di dunia. Sejak itu, setiap tahun dunia memproduksi berlian dalam hitungan ton.
Kenyataan itu menampar para pengusaha di bidang berlian. Mereka segera sadar bahwa yang menjadikan berlian sangat mahal karena kelangkaannya. Jika kemudian ada pasokan berlian sampai berton-ton ke pasar dunia, bisa dipastikan harganya akan jatuh. Mereka harus melakukan sesuatu!
Para pengusaha dan investor berlian lalu bersatu, dan pada 1888 membentuk perusahaan gabungan dengan nama De Beers Consolidated Mines, Ltd, atau yang populer disebut De Beers. Perusahaan gabungan itu memiliki satu misi penting; mengontrol produksi berlian, agar harganya tetap terkendali.
Nama De Beers sangat terkenal, khususnya di dunia berlian, karena mereka menguasai 80-90 persen pasar berlian mentah dunia, hingga awal abad 21. Sejak awal berdiri, mereka mengontrol produksi berlian, hingga jumlah berlian yang beredar di pasar dunia selalu terbatas. Tujuannya jelas, agar orang mendapat kesan bahwa berlian adalah barang langka, sehingga harganya mahal.
Tetapi, upaya itu rupanya tidak seberhasil yang mereka harapkan. Mulanya, orang-orang memang membeli berlian dengan harga mahal, dan bisnis berlian terus berputar. Tapi ada satu titik ketika jumlah berlian di dunia sudah sangat banyak—dimiliki orang-orang yang membelinya—sementara De Beers masih terus memproduksi. Ketika itu terjadi, perlahan tapi pasti harga berlian tetap turun, bahkan jatuh.
Menghadapi masalah itu, De Beers memikirkan cara lain agar dunia tetap menerima berlian sebagai barang mahal. Untuk tujuan itu, mereka menyewa N.W. Ayer, biro iklan top di Amerika. Permintaan De Beers sederhana; buatlah orang-orang tetap tertarik membeli berlian!
N.W. Ayer pun menyusun konsep kampanye. Pertama, mereka meminta De Beers membuat cincin tunangan bermata berlian. Kedua, mereka meminta para selebritas mengenakan berlian. Dan akhirnya, ketiga, mereka menciptakan slogan yang kelak sangat melekat, “A diamond is forever”.
Iklan itu sangat sukses, dan terkenal di seluruh dunia. Permintaan berlian pun meningkat pesat. Harapan De Beers tercapai. Harga berlian terangkat. Seiring dengan itu, image berlian sebagai barang mahal pun terjaga.
Tetapi, bagaimana pun, berlian sebenarnya bukan barang langka. Permainan bisnis dan iklan mungkin memang dapat mengatrol harga berlian, bahkan menciptakan image tertentu seperti yang diinginkan, tapi hukum ekonomi tetap berlaku; jika pasokan berlimpah, harga akan turun. Karena kenyataan itulah, harga berlian selalu jatuh saat kita ingin menjualnya kembali.
Jika kita membeli emas, harganya akan sama di mana pun. Tak peduli kita membelinya di mana pun, dan menjualnya [kembali] di mana pun. Harga emas juga cenderung terus naik, mengikuti inflasi. Hal ini terjadi karena jumlah emas sangat langka di dunia. Karenanya, banyak orang menggunakan emas sebagai instrumen investasi, atau setidaknya menjaga nilai kekayaan mereka.
Hal berbeda terjadi pada berlian. Kita mungkin membeli berlian dengan harga mahal. Tapi jika kelak kita ingin menjualnya kembali, harganya bisa dipastikan akan turun. Penyebabnya sederhana; berlian bukan barang langka!
Di Amerika Serikat, toko-toko berlian bahkan hanya mau menjual berlian, tapi tidak mau membeli berlian bekas. Artinya, warga AS bisa membeli berlian dengan mudah, tapi bukan hal mudah untuk bisa menjualnya kembali. Kalau pun ada yang mau membeli berlian bekas, harganya pasti jatuh.
Bagaimana dengan Indonesia? Toko-toko berlian di Indonesia umumnya bersedia membeli berlian yang pernah mereka jual, tapi harganya dipotong rata-rata 20 persen dari harga pembelian. Jadi patokannya bukan harga berlian pada saat penjualan sekarang, tapi harga saat pembelian dulu.
Berdasarkan kenyataan dan latar belakang ini, ada baiknya kita tidak menjadikan berlian sebagai investasi, karena ia berbeda dengan emas. Meski sama-sama mahal, harga emas terus naik, dan kita bisa mendapat keuntungan saat menjualnya kembali, sementara berlian sebaliknya.
Hmm... ada yang mau menambahkan?