Kasus Pembantaian McDonald yang Sangat Brutal
https://www.belajarsampaimati.com/2021/06/kasus-pembantaian-mcdonald-yang-sangat.html
Ilustrasi/ichi.pro |
Pembantaian McDonald adalah kasus penembakan brutal yang menyebabkan banyak orang tewas, terluka, dan menciptakan kegegeran yang luar biasa di Amerika. Kisah ini bahkan lebih berdarah dibanding film-film aksi ala Hollywood yang biasa kita tonton. Pelaku pembantaian yang kejam ini bernama James Oliver Huberty.
James Oliver Huberty lahir di Canton, Ohio, pada 11 Oktober 1942. Ayahnya bernama Earl V. Huberty, dan ibunya bernama Icle Huberty. James menderita polio, dan kondisi itu menjadikannya sulit berjalan secara normal.
Pada 1962, ketika berusia 20 tahun, James melanjutkan pendidikan di Malone College dan mengambil jurusan sosiologi, sebelum akhirnya memutuskan pindah ke Pittsburg Institute of Mortuary Science di Pittsburg, Pennsylvania. Tiga tahun kemudian, dia bertemu Etna Markland, yang juga mahasiswi di Malone College, dan mereka menikah.
Tidak lama setelah menikah, James membuka jasa rumah duka, setelah mendapat sertifikasi dalam hal pengawetan jenazah. Sayangnya, usaha itu hanya bertahan dua tahun, sampai kemudian James harus berupaya mendapat pekerjaan lain.
James dan istrinya lalu memutuskan pindah ke Massillon, Ohio, dan di sanalah dua anak perempuan mereka lahir pada 1972 dan 1974.
Entah karena watak aslinya atau karena tuntutan hidup yang berat, James kerap melakukan kekerasan pada istri dan anak-anaknya. Dalam keluarganya, James memiliki riwayat melakukan KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga. Hal itu diketahui setelah Etna melaporkannya pada Canton Department of Children and Family Services, karena saat itu James membuat rahang Etna patah.
Saat bercakap-cakap dengan istrinya, James sering menyatakan bahwa kebangkrutan yang dialaminya—juga masalah ekonomi yang dialami orang-orang lain—disebabkan oleh kebijakan pemerintah Amerika. James juga meyakini bahwa Uni Soviet akan melancarkan serangan ke Amerika kapan saja. Karena itu, dia pun bertekad untuk menyiapkan pertahanan diri, sebagai jaga-jaga jika sesuatu yang buruk terjadi.
Upaya “menyiapkan diri” yang dilakukan James adalah membeli makanan dalam jumlah besar, yang ia sebut sebagai persediaan. Selain itu, dia membeli enam buah senjata, yang ia sebut sebagai persiapan jika kekacauan muncul sewaktu-waktu. Berdasarkan kesaksian tetangganya, rumah James dipenuhi senjata api, dan James bisa meraih senjata-senjata itu kapan pun ia inginkan.
Jika mengobrol dengan para tetangga, James sering menyatakan ketidakpercayaannya pada pemerintah Amerika, karena menurutnya, “pemerintah tidak memperlakukanku dengan baik”, dan “pemerintah sengaja mempersulit hidupku dan orang-orang lain yang senasib denganku”.
Pada Oktober 1983, James dan keluarganya pindah ke daerah Tijuana, Meksiko. Dalam kepindahan itu, dia meninggalkan makanan yang pernah dibelinya sebagai persediaan, namun dia membawa semua senjata api yang dimilikinya.
James cukup bisa berbicara menggunakan bahasa Spanyol, namun dia dikenal cukup pendiam dan sering menampakkan wajah cemberut. Meski begitu, ia dan keluarganya bisa membaur bersama para tetangga dengan baik.
Tiga bulan kemudian setelah itu, James beserta istri dan dua anaknya pindah lagi ke daerah San Ysidro, San Diego. Mereka sempat menyewa apartemen dengan dua kamar tidur di Cottonwood Apartments, namun kemudian pindah ke apartemen di Averil Road, yang jaraknya hanya satu blok dari restoran McDonald’s. Selama di San Ysidro, James bekerja sebagai sekuriti.
Pada 15 Juli 1984, James mengatakan pada Etna, istrinya, bahwa mungkin dia memiliki masalah mental. Karena itu, dua hari kemudian, pada 17 Juli, James menghubungi sebuah klinik kesehatan mental, dan membuat janji untuk melakukan pertemuan dengan dokter di klinik tersebut.
Entah James benar-benar bertemu dengan dokter di klinik itu atau tidak, yang jelas setelah itu Etna melihat perubahan pada diri James. Suaminya waktu itu tampak puas dan gembira. Setelah makan malam, James bahkan mengajak keluarganya untuk bersepeda di taman terdekat, lalu mengajak istrinya untuk menonton film bersama—sesuatu yang tak pernah ia lakukan sebelumnya.
Keesokan paginya, pada 18 Juli, James juga mengajak keluarganya untuk pergi ke San Diego Zoo, dan menyempatkan makan siang di restoran McDonald’s di daerah Clairemont.
Beberapa saat setelah kembali ke rumah, James berpamitan pada istrinya. Ketika istrinya bertanya dia akan pergi ke mana, James menjawab akan pergi berburu manusia. James juga sempat berpamitan pada Zelia, anak perempuan tertuanya, dan mengatakan bahwa dia tidak akan kembali.
Kemudian, dengan mengendarai sedan Mercury Marquis miliknya, James pergi menuju San Ysidro Boulevard. Dia mendatangi dua tempat pertama, yaitu Big Bear Supermarket dan kantor pos setempat.
Sekitar pukul 15.50 sore, James memarkir mobilnya di pelataran parkir restoran McDonald’s San Ysidro. Waktu itu, ia membawa pistol semi otomatis 9mm Browning HP, sebuah 9mm Uzi carbine, sebuah senapan Winchester 1200 12 gauge pump-action, dan sebuah tas berisi ratusan amunisi untuk berbagai jenis senjata yang dibawanya.
Lalu dia berjalan memasuki restoran McDonald’s, yang waktu itu sedang penuh pengunjung. Ada sekitar 50 pengunjung yang sedang makan di restoran itu—pria, wanita, muda, tua, juga anak-anak.
Di restoran itu, tiba-tiba James mengarahkan senapannya pada seorang karyawan restoran yang berumur 16 tahun, bernama John Arnold. Tetapi, entah kenapa, senapan itu tidak mengeluarkan peluru ketika dipicu. Karena hal itu, Guillermo Flores, asisten manajer restoran itu, sempat berkata pada John Arnold, “Hei, John, orang ini ingin menembakmu.”
Menurut penuturan John Arnold, waktu itu tidak terjadi apa-apa ketika James memicu pelatuk senjatanya, karenanya Guillermo Flores mengira ia sedang melakukan lelucon yang tidak menyenangkan.
Karena senjatanya tampak tidak berfungsi, James memeriksanya. Ketika itu, Neva Caine, manajer restoran, sedang berjalan menuju service counter tempat Arnold saat itu berdiri.
Saat itu pula, James menembakkan senapannya ke langit-langit restoran, sebelum mengarahkan tembakannya pada Neva Caine, yang langsung tewas seketika. Setelah itu, James langsung menembak Arnold di bagian dadanya. (Belakangan, Arnold berhasil selamat, sehingga bisa menuturkan peristiwa itu).
Melihat Caine dan Arnold tertembak, seorang pengunjung restoran, benama Victor Rivera (25 tahun), tampak panik dan meminta agar James berhenti menembak. Tapi James segera menghujani Rivera dengan 14 kali tembakan, dan menyuruhnya untuk diam.
Orang-orang dalam restoran segera berlindung di bawah meja dan di balik service counter. James, yang masih berdiri dengan senjatanya, tiba-tiba mengarahkan pandangannya pada enam wanita dan anak-anak mereka, yang sedang merangkul satu sama lain.
Lalu James memicu senapannya, dan tembakan mengarah pada Maria Colmenero-Silva, yang saat itu berumur 19 tahun, di bagian dadanya. James juga menembak Claudia Perez, yang berumur 9 tahun, di bagian perut, pipi, betis, pinggul, kaki, dada, punggung, ketiak, dan kepala, menggunakan senjata jenis Uzi miliknya.
Dengan senjata yang sama, James melukai wanita lain, Imelda (15 tahun). Kemudian, menggunakan senjata lain, James menembak Aurora Penã yang berumur 11 tahun. Penã rupanya hanya terluka di bagian kaki, karena sempat dihalangi bibinya yang sedang hamil, bernama Jackie Reyes, dan James menembak si bibi 18 kali menggunakan Uzi.
Carlos Reyes, bayi berusia 8 bulan, meringkuk di samping tubuh ibunya, dan James menembak bayi malang itu di punggungnya.
Setelah itu, James membalikkan tubuh, lalu menembak Laurence Versluis (62 tahun), kemudian menarget korban-korban berikutnya yang merupakan sebuah keluarga. Mereka sedang berada di dekat area bermain, mencoba menghalangi anak-anak mereka yang berlindung di bawah meja, dengan badan mereka.
Blythe Regan Herrera (31 tahun) mencoba melindungi anaknya yang berumur 11 tahun, bernama Mateo. Namun keduanya ditembak di bagian kepala berkali-kali. Suami Blythe, Ronald Herrera, yang saat itu melindungi seorang anak laki-laki berumur 12 tahun, bernama Keith Thomas, terkena delapan kali tembakan di bagian perut, dada, lengan, dan kepala. Sedangkan Thomas sempat tertembak di bagian bahu, lengan, pergelangan tangan, dan sikut kiri. Ronald dan Thomas mampu bertahan hidup dari insiden tersebut.
Di dekat mereka, ada dua wanita. Guadalupe Del Rio (24 tahun) bersandar pada tembok, dilindungi oleh temannya, Arisdelsi Vuelvas Vargas (31 tahun). Del Rio ditembak beberapa kali di bagian punggung, perut, dada, dan leher. Sedangkan Vargas ditembak satu kali di kepala bagian belakang. Vargas meninggal keesokan harinya, setelah sempat dibawa ke rumah sakit.
James melangkah ke tempat lain, dan membunuh Hugo Velasquez Vasquez (45 tahun), dengan satu kali tembakan di bagian dada.
Kabar kekacauan di restoran itu pun seketika menjalar ke mana-mana. Masyarakat sekitar menelepon 911, dan sepasukan polisi bersama SWAT datang ke lokasi keributan. Mereka langsung melakukan penutupan area sepanjang enam blok dari lokasi penembakan, dan mendirikan pos komando yang berjarak dua blok dari sana.
Ada 175 personil polisi yang waktu itu terjun ke lokasi, dengan satu tim SWAT yang dikerahkan ke setiap lokasi strategis, agar bisa memantau insiden penembakan yang sedang terjadi.
Yang menjadi masalah waktu itu, polisi dan orang-orang di luar tidak tahu berapa banyak orang yang menembak di dalam restoran. Banyaknya senjata yang digunakan James menjadikan polisi berpikir ada lebih dari satu orang yang memegang senjata di dalam sana. Karenanya, mereka pun memikirkan taktik agar bisa masuk dan menangkap si penembak, tanpa harus membahayakan orang lain.
Sementara itu, di halaman restoran yang kini terisolasi—karena beberapa blok di sana telah ditutup polisi—seorang wanita bernama Lydia Flores memarkir mobilnya di area parkir. Namun, dia sempat melihat ke kaca restoran dan mendengar suara tembakan.
Ketika dia melihat James dengan senjatanya, Flores segera memutar mobilnya, dan sempat menabrak sebuah pagar. Dari situ, dia berusaha bersembunyi bersama anaknya yang berumur 2 tahun, hingga insiden penembakan selesai.
Di waktu yang hampir bersamaan, tiga anak laki-laki, yang ketiganya berumur 11 tahun, juga terjebak di blok tersebut. Mereka menaiki sepeda, dan berencana membeli minuman. Mereka sempat mendengar teriakan, yang membuat mereka ragu untuk masuk ke dalam restoran. Namun, sebelum tiga anak laki-laki itu berlalu, James telah memberondong mereka dengan senapan dan Uzi.
Joshua Coleman, salah satu anak laki-laki itu, langsung jatuh ke tanah ketika tertembak di bagian punggung, lengan, dan kaki. Anak laki-laki kedua, Omarr Alonso Hernandez, ditembak berkali-kali di bagian punggung. Sementara anak laki-laki ketiga, David Flores Delgado, juga menerima beberapa tembakan di bagian kepala. Coleman mampu bertahan, namun Hernandez dan Delgado langsung tewas di tempat.
Perhatian James kemudian mengarah pada sepasang suami istri bernama Miguel Victoria Ulloa (74 tahun), dan Aida Velasquez Victoria (69 tahun). Ketika Miguel akan membukakan pintu untuk istrinya, James langsung menembak Aida, tepat di bagian wajah.
Menurut penuturan salah satu korban yang selamat, Miguel terlihat memeluk istrinya, dan mengelap darah yang mengalir di wajahnya. Kemudian Miguel berteriak sambil mengumpat kasar pada James, tapi James langsung menembaknya di bagian kepala.
Sekitar pukul 16.10 sore, sepasang suami istri dari Meksiko, Astolfo dan Maricela Felix, mengendarai mobil menuju bagian service area. Mereka sempat mengira restoran tersebut sedang direnovasi, dan mengira James yang melangkah menuju mobil mereka sebagai salah satu tukang yang bekerja di sana.
Mendapati sepasang suami istri itu, James langsung menembakkan senapan dan Uzi pada mereka dan bayi mereka, Karlita, yang waktu itu berumur 4 bulan. Maricela terluka di bagian wajah, lengan, dan dada. Karena luka tersebut, mata kirinya buta, dan tangannya tidak bisa digerakkan secara permanen. Karlita, si bayi, sempat kritis karena terluka di bagian leher, dada, dan perut. Sedangkan Astolfo terluka di bagian dada dan kepala.
Ketika Astolfo dan Maricela berusaha menjauh dari James, Karlita—si bayi—sempat diselamatkan oleh seorang wanita, dan segera dibawa ke rumah sakit. Sedangkan suami wanita tersebut membantu Astolfo dan Maricela untuk menyelamatkan diri menuju ke bangunan terdekat.
Belakangan, beberapa korban yang bertahan mengatakan bahwa James sempat menyalakan radio portabel yang dibawanya, untuk mencari berita tentang penembakan yang dilakukannya, sebelum menggantinya dengan saluran musik, dan kembali melakukan penembakan.
Sesaat setelah melukai pasangan suami istri Meksiko tadi, James pergi ke area dapur restoran, dan mendapati lima orang karyawan restoran bersembunyi di sana. James mengeluarkan tembakan, dan menewaskan Paulina López (21 tahun), Elsa Borboa-Fierro (19 tahun), dan Margarita Padilla (18 tahun), serta melukai Alberto Leos (17 tahun).
Margarita Padilla sempat menyuruh temannya, Wendy Flanagan (17 tahun), untuk melarikan diri sebelum terkena tembakan. Bersama empat karyawan lainnya, Flanagan bersembunyi di ruang bawah tanah.
Ketika James mendengar Joan Pérez (19 tahun) sedang mengerang kesakitan, ia langsung menembaknya di bagian kepala hingga Joan tewas seketika di antara temannya, Gloria González (22 tahun), dan seorang wanita muda bernama Michelle Carncross.
Aurora Penã, yang hanya terluka di bagian kaki, sempat membuka matanya, dan melihat James sedang menatap ke arahnya sambil mengumpat. James juga melempar sebungkus kentang goreng padanya, dan menambah tembakan di bagian lengan, leher, dan dada. Penã tetap bisa bertahan, walaupun dia harus dirawat lebih lama dari korban yang lain.
Walaupun polisi sudah mendirikan pos komando yang jaraknya hanya dua blok dari lokasi penembakan, mereka tetap belum yakin berapa banyak penembak yang ada di dalam restoran. Karena saat itu James menggunakan berbagai macam senjata, dan menembak secara cepat. Selain itu, kaca jendela restoran sudah hancur oleh tembakan, jadi pantulan dari pecahan kaca membuat polisi kesulitan untuk melihat keadaan di dalam restoran.
Seorang sniper (penembak jitu) dari SWAT diposisikan berada di atas atap gedung kantor pos, yang letaknya bersebelahan dengan restoran McDonald’s. Sniper itu diberi wewenang untuk melumpuhkan James.
Pada pukul 17.17 sore, sniper SWAT berhasil mendapat pandangan ke tubuh James, dari leher ke bawah, tanpa terhalang apa pun. Ia tidak melihat wajah James, tapi melihat pria itu memegang senjata, sehingga yakin kalau dia pelaku penembakan. Kemudian, dengan satu kali tembakan di bagian dada, James jatuh seketika ke lantai, dan tewas dalam hitungan detik.
Insiden mencekam yang berlangsung selama 78 menit itu menghabiskan 245 butir peluru, menewaskan 20 orang (17 orang di antaranya terbunuh dalam restoran, dan 3 orang lainnya terbunuh di luar restoran). Selain itu, 20 orang lainnya terluka, dan satu orang meninggal keesokan harinya.
Para korban, yang berumur antara 8 bulan hingga 74 tahun, kebanyakan merupakan orang Meksiko atau campuran Amerika-Meksiko.
Sebagai bentuk duka cita, pihak McDonald’s memberikan santunan kepada korban yang masih bertahan, sebesar 1 juta dolar. Selain itu, Joan Kroc, yang merupakan janda pemilik McDonald’s, juga menambahkan santunan sebesar 100 ribu dolar.
Usai insiden penembakan itu, restoran yang menjadi lokasi insiden diperbarui dan direnovasi oleh pemerintah setempat, meski restoran tersebut tidak akan dibuka lagi. Bahkan restoran McDonald’s yang baru dibangun tidak jauh dari lokasi sebelumnya, juga tidak pernah dibuka.
Selain itu, di sana dibangun sebuah monumen berbentuk 21 pilar heksagonal berwarna putih, dan terbuat dari marmer. Tiap pilar memiliki tinggi yang berbeda. Roberto Valdes, yang menjadi perancang monumen itu, menyatakan bahwa 21 pilar heksagonal mewakili setiap orang yang meninggal. Ketinggian yang berbeda mewakili usia orang-orang yang jadi korban. Mereka terikat bersama dengan harapan bahwa komunitas masyarakat, dalam tragedi seperti ini, akan tetap bersatu, seperti yang mereka lakukan.
Beberapa minggu setelah insiden penembakan terjadi, Etna—istri James—dan kedua anaknya harus tinggal di tempat lain, karena mereka diusir oleh tetangga dan penduduk sekitar. Etna juga menerima santunan dari pihak McDonald’s.
Sementara mayat James, si pelaku penembakan, dikremasi pada 23 Juli 1984, dan abunya disimpan di rumahnya di Spring Valley, Ohio, setelah keluarganya dipindahkan ke sana. Pada 2003, Etna meninggal karena kanker payudara.
Kasus penembakan itu telah menjadi salah satu kasus kejahatan paling brutal dalam sejarah modern Amerika, yang terus dikenang hingga sekarang. Pelaku dan semua korban teridentifikasi, dan mereka telah diurus dengan layak. Tempat kejahatan itu berlangsung sudah diperbarui, sehingga bekas-bekasnya sudah tak tampak. Dan untuk mengenang peristiwa itu, sekaligus sebagai penghormatan pada para korban, sebuah monumen telah didirikan.
Yang belum selesai hanyalah jawaban untuk satu pertanyaan; mengapa James Oliver Huberty melakukan pembantaian itu?