Kasus Laut Setan di Jepang yang Membingungkan
https://www.belajarsampaimati.com/2021/05/kasus-laut-setan-di-jepang-yang.html
Ilustrasi/blastingnews.com |
Bermuda Triangle atau Segitiga Bermuda sudah terkenal sebagai kawasan yang angker, karena dipercaya telah melenyapkan banyak kapal dan pesawat yang melintas di sana. Tapi tempat itu rupanya bukan satu-satunya, karena di perairan Jepang juga ada kawasan serupa, yang disebut Dragon’s Triangle atau Segitiga Naga. Namun, karena keangkerannya, kawasan itu juga terkenal dengan sebutan Devil’s Sea atau Laut Setan.
Perairan misterius yang disebut Laut Setan itu merupakan daerah lautan yang tenang di Laut Pasifik, 100 km sebelah selatan Tokyo, terletak di antara pulau Iwojima dan Pulau Miyake. Dari daratan Jepang, kawasan ini cukup jauh.
Tak jauh beda dengan Segitiga Bermuda, Laut Setan di Jepang diketahui telah “melenyapkan” banyak kapal dan pesawat yang melintas di sana. Antara tahun 1950 dan 1954 saja, di kawasan itu telah hilang 9 kapal besar, tanpa meninggalkan bekas.
Pada tahun 1955, pemerintah Jepang mengirim ekspedisi dengan membawa sejumlah pakar menuju daerah tersebut, menggunakan kapal Kawamaru. Tujuannya untuk mempelajari apa yang ada di tempat itu, hingga banyak kapal dan pesawat yang lenyap di sana. Tapi malang, Kapal Kawamaru beserta seluruh penumpang yang dikirim ke sana malah lenyap tanpa pesan dan tanpa bekas.
Akhirnya, atas fenomena-fenomena aneh tersebut, pemerintah Jepang pun mengumumkan Laut Setan sebagai kawasan berbahaya, dan tidak boleh didekati. Larangan itulah yang menjadikan Laut Setan berhenti memakan korban, karena tidak ada lagi yang berani mendekat ke sana.
Ivan Sanderson, seorang ilmuwan Amerika, sangat tertarik dengan fenomena di Laut Setan di Jepang, karena melihat kesamaan yang aneh dengan Segitiga Bermuda yang terkenal. Ia lalu mempelajari kedua lokasi itu dan melakukan penelitian.
Berdasarkan penelitiannya, ia melihat bahwa Segitiga Bermuda maupun Laut Setan di Jepang menempati lokasi yang sama di peta. Dua daerah tersebut terletak persis di garis bujur antara 30 dan 40 derajat sebelah utara khatulistiwa, dan luasnya hampir sama.
Berdasarkan fakta itu, Sanderson lalu melanjutkan pengamatannya pada kawasan-kawasan lain, dan dia menemukan bahwa terdapat 12 tempat sejenis di dunia ini, yang menempati lokasi sama di peta, seperti Segitiga Bermuda dan Laut Setan. Dua tempat di antaranya ada di kutub utara dan kutub selatan, sedangkan sepuluh lainnya terbagi dalam dua jajar. Jajaran pertama terletak pada garis bujur 40 derajat sebelah utara, dan jajaran kedua terletak pada garis bujur 40 derajat selatan khatulistiwa.
Masing-masing tempat itu terpisah sekitar 72 derajat pada garis lintang. Tempat-tempat tersebut, di samping di kutub utara dan selatan, antara lain adalah dua daerah yang terletak di daratan. Satu di utara gurun pasir Afrika, dan satu lagi di daerah pegunungan barat laut India.
Sanderson mengamati bahwa sebagian besar daerah tersebut memiliki kemiripan satu sama lain, di antaranya letak yang berada di kawasan yang bertemu arus panas dan dingin, dan tempat-tempat tersebut dipandang sebagai titik simpul, karena mengarahkan arus air atas dan bawah pada arah yang berlawanan. Kemudian, suhu yang berbeda tersebut, menurut Sanderson, dapat menimbulkan gelombang magnetik yang menjadi biang keladi semua kecelakaan.
Teori yang diajukan Sanderson terdengar masuk akal, tapi para ilmuwan lain membantahnya.
Menurut para ilmuwan lain, tidak ada suatu apa pun yang membuktikan bahwa pertemuan dua aliran air yang berlawanan arah dan dengan suhu yang berbeda dapat menghasilkan gelombang magnetis di bumi.
Selain itu, teori Sanderson juga tidak bisa menjawab pertanyaan; ke mana hilangnya kapal-kapal dan pesawat yang melintas di Segitiga Bermuda atau di Laut Setan? Kapal-kapal itu memiliki ukuran sangat besar, yang tidak mungkin lenyap begitu saja tanpa bekas apa pun. Kalau memang berbagai peristiwa “kecelakaan” yang terjadi di tempat-tempat itu disebabkan fenomena bumi, mestinya kapal-kapal itu bisa ditemukan, bahkan meski hanya puing atau serpihannya.
Tapi kapal-kapal itu lenyap tanpa bekas... dan teori Sanderson—yang bahkan terdengar sangat masuk akal—tidak bisa menjawab ke mana lenyapnya.