Kasus Hilangnya Seluruh Penduduk Desa Eskimo
https://www.belajarsampaimati.com/2021/04/kasus-hilangnya-seluruh-penduduk-desa.html
Ilustrasi/pixabay.com |
Di Kanada, ada sebuah tempat bernama Nunavut, dan di sana terdapat sebuah danau bernama Angikuni. Di dekat danau itu ada sebuah desa yang dulu dihuni orang-orang Eskimo, yang lenyap secara misterius. Sampai saat ini, hilangnya seluruh penduduk desa itu masih menjadi misteri yang tak terjawab.
Kisah misteri ini terjadi pada November 1931, dan dimulai oleh seorang laki-laki bernama Joe Labelle, seorang furtrapper (orang yang pekerjaannya menjebak binatang liar untuk diambil bulunya). Pada waktu itu, Joe Labelle baru selesai dari pekerjaannya, dan berniat istirahat di desa Eskimo di dekat danau Angikuni.
Sebelumnya, Joe Labelle sudah biasa melewati desa itu, sehingga orang-orang di sana pun sudah biasa melihatnya, dan mereka juga biasa saling menyapa ramah. Karenanya, ketika mendatangi desa tersebut, Joe Labelle pun berharap mendapat sambutan ramah dari penduduk.
Namun yang ia temui di luar dugaan. Bukan sambutan ramah yang ia terima, tapi desa itu telah kosong tanpa penghuni satu pun. Seluruh penghuni desa telah menghilang tanpa jejak, dan kelak peristiwa itu menjadi salah satu misteri dunia yang tak terpecahkan.
Saat memasuki desa, malam itu, Joe Labelle sudah merasa waswas, karena desa tampak sangat sunyi, tanpa suara apa pun. Ia mendapati perapian yang menyala di sana, dan menghampirinya, berharap akan menemukan seseorang, namun yang ia temukan hanya api dengan panci berisi masakan yang sudah gosong di atasnya.
Ia kemudian berkeliling dan memasuki semua pondok yang ada di sana, berharap menemukan seseorang, namun tak ada seorang pun. Ia justru menemukan persediaan makanan di desa yang masih lebih dari cukup. Ia juga sama sekali tidak menemukan jejak kereta dan jejak kaki apa pun di sekitar desa itu.
Di pondok-pondok yang dimasukinya, Joe Labelle menemukan berbagai hal biasa—seperti umumnya kehidupan sehari-hari di mana pun. Ada baju yang tampaknya sedang dijahit, dengan benang dan jarum yang menempel, ada makanan dan minuman di meja yang tampaknya sedang dinikmati penghuni pondok, dan lain-lain. Tapi tidak ada seorang pun di dalam pondok!
Setelah yakin seluruh penduduk desa itu benar-benar lenyap, Joe Labelle kemudian memutuskan untuk pergi ke kantor telegram, yang letaknya cukup jauh dari sana. Dengan ketakutan, dia mengirim telegram untuk meminta tolong kepada Royal Canadian Mounted Police (RCMP).
Beberapa jam kemudian, para anggota RCMP berdatangan ke sana. Dalam perjalanan menuju Angikuni, mereka sempat beristirahat di pondok milik penduduk lokal bernama Armand Laurent, yang lokasinya tidak terlalu jauh dari desa yang dilaporkan Joe Labelle. Mereka menanyakan kepada pemilik pondok, apakah melihat sesuatu yang aneh belakanganan ini.
Laurent menjawab bahwa ia dan anak-anaknya melihat objek aneh bercahaya, terbang di langit, beberapa hari yang lalu. Benda itu, menurut Laurent, berubah bentuk di depan mereka, dari silinder menjadi mirip peluru, dan terbang menuju arah Angikuni.
Setelah sampai di desa dekat danau Angikuni, para anggota RCMP tidak hanya mendapati kebenaran laporan Joe Labelle—bahwa penduduk desa itu telah lenyap secara misterius—tapi juga menemukan sesuatu yang lebih mengerikan. Seluruh kuburan yang ada di desa itu telah dibongkar, dan seluruh jasad di dalamnya telah menghilang!
Mereka menyusuri kawasan tersebut, berharap menemukan sesuatu yang dapat dijadikan petunjuk mengenai apa yang telah terjadi. Sekitar 200 meter dari kawasan desa, mereka menemukan 7 ekor anjing yang tergeletak mati dengan ekspresi ketakutan. Penemuan anjing-anjing mati tidak memberi petunjuk apa pun, bahkan membuat kasus makin tampak membingungkan.
Pada 28 November 1931, kasus itu tercium pers, dan seorang wartawan bernama Emmett E. Kelleher menerbitkan berita di koran Le Pas, Manitoba. Sehari kemudian, koran Halifax Herald juga menerbitkannya dalam artikel berjudul Tribe Lost in Barrens of North Village of Dead Found by Wandering Trapper, Joe Labelle.
Sejak itu, wilayah pemukiman yang ditinggalkan di Angikuni resmi disebut “Village of The Dead” atau Desa Kematian.
Meski telah mendapat liputan pers, kasus itu semula belum terlalu menarik perhatian, karena yang meliput hanya koran lokal. Belakangan, pada 1966, kasus misteri itu mendapat sorotan dan perhatian luas setelah ditulis oleh Frank Edwards dalam sebuah buku berjudul Stranger than Science. Kemudian, pada 1984, kisah misterius ini juga masuk dalam acara The World’s Greatest UFO Mysteries.
Apa yang sebenarnya terjadi di desa Angikuni sekian puluh tahun yang lalu? Ke mana para penduduk di sana menghilang tiba-tiba... dan mengapa? Sayangnya, tidak ada yang bisa memberi jawaban atas pertanyaan penting itu, sampai kini.