Kasus Peti Mati yang Berpindah Tempat dan Posisi
https://www.belajarsampaimati.com/2021/03/kasus-peti-mati-yang-berpindah-tempat.html
Ilustrasi/grid.id |
Sir Arthur Conan Doyle adalah penulis serial detektif dengan tokoh Sherlock Holmes yang sangat terkenal. Melalui kisah-kisah Sherlock Holmes, Sir Arthur Conan Doyle mengajak para pembacanya untuk berpetualang dalam misteri demi misteri yang aneh, menarik, sekaligus membingungkan.
Di dunia nyata, Sir Arthur Conan Doyle ternyata juga pernah menghadapi kasus serupa, meski dia tidak mampu menjelaskannya secara gamblang seperti dalam kisah-kisah detektif yang ditulisnya.
Peristiwa misteri di dunia nyata itu terjadi di Barbados, Kepulauan Karibia, tepatnya di Distrik Christ Church, dekat Kota Oistins, di ujung selatan Pulau Barbados. Di tempat itu ada sebuah keluarga pengusaha gula yang makmur, bernama James Elliot Walronds.
Seperti umumnya keluarga kaya di masa itu, keluarga Walronds juga membangun tempat pemakaman sendiri, khusus untuk keluarganya. Pemakaman pribadi di masa itu berupa ruang di bawah tanah, yang digunakan untuk meletakkan peti-peti mati anggota keluarga yang meninggal.
James Elliot Walronds membangun tempat pemakaman itu dari susunan pahatan batu sedemikian rupa, dengan pintu penutup yang terbuat dari marmer pualam terpilih. Makam itu sangat kokoh dan bagus, sehingga lebih mirip miniatur benteng.
Pada makam itu pernah terdapat tulisan, “Yang Mulia James Elliot, Esq., meninggal pada 14 Mei 1724, putra Yang Mulia Richard Elliot, Esq. dan suami Elizabeth, putri Yang Mulia Thomas Walronds, Esq.”
Namun, tidak diketahui pasti apakah James Elliot memang dikubur di tempat itu. Sebab bekas peti mati atau bekas jasadnya tidak ada di sana. Makam batu di bawah tanah itu ditemukan kosong pada 31 Juli 1807, saat jenazah Thomasina Goddard akan dimakamkan di sana.
Awal misteri
Pada tahun 1808, makam batu di bawah tanah itu diambil alih oleh keluarga Thomas Chase, seorang petani yang juga makmur dan kaya, bahkan memiliki banyak budak (di masa itu, perbudakan masih diizinkan di beberapa tempat). Thomas Chase tidak hanya dikenal kaya, tapi juga kejam pada budak-budaknya.
Makam batu milik keluarga itu pertama kali digunakan oleh Thomas Chase, saat putrinya, Mary Anna Maria Chase, meninggal dalam usia 2 tahun. Peristiwa pemakaman itu terjadi pada 22 Februari 1808, dan jenazah ditempatkan pada peti mati berbasis timah, yang lalu diletakkan di makam batu bawah tanah.
Pada 6 Juli 1812, putri tertua Thomas Chase, yakni Dorcas Chase, meninggal dunia, menyusul adiknya. Isu yang beredar di masa itu menyebutkan kalau Dorcas mati bunuh diri karena stres akibat perlakuan kejam ayahnya. Entah isu itu benar atau tidak, yang jelas Dorcas dimakamkan di tempat sama seperti adiknya, yaitu di makam batu bawah tanah, dengan peti mati yang sama terbuat dari timah.
Kini, di kompleks makam batu itu ada dua peti mati yang terletak bersisian, berisi jenazah dua putri Thomas Chase.
Sekitar sebulan setelah Dorcas meninggal, tepatnya pada 9 Agustus 1812, Thomas Chase meninggal. Pihak keluarga pun mempersiapkan penguburannya. Jenazah Thomas Chase dimasukkan ke peti meti yang terbuat dari kayu, dan akan disemayamkan di makam batu bersama dua putrinya. Di saat itulah, sesuatu yang sangat aneh terjadi.
Ketika pintu makam batu dibuka, keadaan di dalamnya sudah berubah, dan tampak aneh. Dua peti mati anak-anak perempuan Thomas Chase telah berubah posisi. Jika semula diletakkan secara horizontal (tidur), kini berubah vertikal (berdiri), dengan bagian kepala ada di bawah. Yang membingungkan, di area makam itu tidak terlihat jejak atau bekas keberadaan manusia—semuanya tampak bersih. Tanah makam itu berpasir. Sehingga jika ada orang pernah masuk ke sana, jejaknya akan terlihat.
Dengan bingung dan terheran-heran, keluarga Thomas Chase bersama orang-orang lain merapikan kembali dua peti mati tadi ke posisi semula. Kemudian, peti mati Thomas Chase diletakkan bersisian dengan dua peti anak perempuannya. Setelah itu, pintu penutup makam, yang terbuat dari pualam berat, ditutup kembali.
Empat tahun kemudian, pada 25 September 1816, makam itu kembali dibuka. Kali ini untuk pemakaman Samuel Brewster Ames, anggota keluarga Chase termuda, yang meninggal pada usia 11 bulan. Ketika mereka memasuki kompleks makam, sesuatu yang aneh rupanya telah terjadi. Susunan tiga peti mati di dalam makam batu itu sudah berubah dan berantakan.
Peti mati Thomas Chase, yang sangat berat sehingga membutuhkan 8 orang untuk mengangkatnya, tampak tersandar ke dinding dalam makam. Sementara peti-peti mati anak perempuannya kembali berdiri seperti dulu. Peristiwa itu pun menggemparkan masyarakat di sana.
Sekali lagi, peti-peti mati itu dirapikan kembali, diletakkan seperti semula, dan peti mati Samuel Ames ditempatkan bersisian dengan tiga peti mati sebelumnya. Sejak itu, keanehan yang terjadi di kompleks makam keluarga itu menjadi gunjingan para penduduk. Mereka penasaran dan bertanya-tanya, apa yang telah terjadi di makam itu, hingga peti-peti mati bisa berubah tempat sendiri.
Lalu, pada 17 Juli 1819, salah satu anggota keluarga Chase meninggal, kali ini Thomassina Clarke. Seperti anggota keluarga yang lain, ia pun akan dimakamkan di kompleks makam keluarga. Kabar kematian itu santer diberitakan dari mulut ke mulut. Saat jenazah Thomassina akan disemayamkan, para penduduk berkerumun di sekitar kompleks makam, ingin tahu apakah keanehan yang terjadi dulu akan kembali terjadi.
Ternyata, kejadian aneh dan misterius itu masih terulang. Ketika pintu makam dibuka, peti-peti mati di dalam makam tampak sudah berpindah tempat dalam keadaan yang berantakan. Sekali lagi, orang-orang merapikan peti-peti mati di sana, hingga tersusun rapi seperti semula.
Mau tidak mau, peristiwa aneh terkait peti-peti mati di kompleks makam itu pun tersiar ke mana-mana, dan seketika menghebohkan masyarakat Distrik Christ Church. Kabar tak sedap tersiar, jenazah keluarga Chase tak diterima bumi. Sementara sebagian lain bisik-bisik mengenai kemungkinan kutukan yang menimpa keluarga itu.
Kehebohan peristiwa itu akhirnya membuat Gubernur Barbados, Lord Combermere, merasa perlu menangani persoalan tersebut, untuk menenteramkan warga di wilayahnya, khususnya karena wilayah Barbados termasuk daerah yang sangat taat beragama. Isu soal supranatural adalah isu yang sensitif.
Maka, pada tahun itu juga (1819), Lord Combermere melakukan pemeriksaan ke makam misterius, bersama beberapa orang. Saat pintu makam dibuka, dia menyaksikan sendiri dengan mata kepalanya, bahwa peti-peti mati di makam sudah kembali berantakan, kecuali peti jenazah Thomasina Clarke yang mulai melapuk.
Gubernur pun memerintahkan sejumlah orang untuk merapikan posisi peti-peti jenazah keluarga Chase. Ia mengawasi langsung pekerjaan itu, memastikan semuanya telah rapi, hingga akhirnya pintu makam ditutup kembali. Untuk menyakinkan seluruh penduduk, ia menempatkan Segel Gubernur di pintu makam.
Apakah masalah itu kemudian selesai? Tidak! Sejak itu, para penduduk yang tinggal di sekitar kompleks makam itu melaporkan, mereka sering mendengar suara-suara gaduh dan misterius yang berasal dari makam batu. Akhirnya, pada 18 April 1820, ditemani para pejabat daerah dan walikota, Lord Combermere kembali melakukan pemeriksaan ke kompleks makam tersebut.
Segel Gubernur yang mengunci pintu makam terlihat masih utuh, dan sama sekali tidak rusak. Namun, ketika mereka telah membuka pintu makam dan memasukinya, mereka mendapati peti-peti mati di dalamnya sudah berantakan kembali. Gubernur tercengang, karena ia sudah menyaksikan sendiri bahwa peti-peti itu semula sudah dirapikan.
Pemeriksaan intensif pun dilakukan, untuk menemukan kemungkinan apa yang menjadi penyebab peti-peti mati bisa bergerak dan berubah posisi. Namun hasilnya nihil, karena sama sekali tidak ada jejak apa pun yang ditemukan. Lapisan pasir yang menutupi lantai tampak masih utuh tanpa ada jejak apa pun.
Belakangan, setelah menuliskan kasus itu dalam laporan resmi, Gubernur memutuskan untuk mengosongkan makam tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan isu soal arwah penasaran dan isu lain yang buruk di wilayahnya. Sejak itu, makam batu tersebut kosong dan tetap terbuka hingga hari ini.
Apa yang telah terjadi?
Misteri yang terjadi pada makam batu keluarga Thomas Chase menjadi salah satu misteri terkenal di dunia, karena tidak pernah terpecahkan, dan karena terkait dengan kemungkinan supranatural.
Saat ini, kompleks tersebut menjadi salah satu tempat yang banyak dikunjungi wisatawan. Sebagian mereka yang tertarik dengan hal-hal supranatural mencoba memecahkan misteri yang pernah terjadi sana, namun sejauh ini bisa dibilang sia-sia. Tak ada yang bisa menjawab secara pasti apa yang telah terjadi makam itu.
Ketika kasus misterius itu sedang santer dibicarakan, berbagai teori dan spekulasi pun bermunculan. Sebagian orang menyatakan, ada kemungkinan makam keluarga Thomas Chase dirusak oleh para budak yang dendam kepadanya. Namun, teori atau spekulasi itu sulit diterima, karena tidak ada jejak sama sekali di makam.
Jika memang ada orang atau beberapa orang masuk ke sana—dengan tujuan untuk merusak makam—pasti jejaknya akan terlihat, khususnya setelah pintu makam dikunci dengan Segel Gubernur. Tapi nyatanya segel itu tetap utuh dan sama sekali tak terlihat pernah dibuka.
Teori lain menyatakan bahwa ada kemungkinan banjir membuat peti-peti di sana berpindah posisi. Namun teori itu pun terbantah, mengingat peti-peti di sana tidak hanya berpindah posisi, tapi sampai ada yang berdiri. Teori lain lagi menyatakan bahwa gempa mungkin menjadikan susunan peti-peti itu berpindah tempat. Namun penduduk yang tinggal di sana tidak satu kali pun pernah merasakan gempa.
Belakangan, saking misteriusnya kasus itu, sampai Sir Arthur Conan Doyle—penulis serial detektif Sherlock Holmes—diundang ke sana untuk membantu memecahkan kasus tersebut. Namun, Conan Doyle tidak mampu memberikan penjelasan yang memuaskan. Bahkan ia pun bingung dengan kasus itu!
Kini, setelah 200 tahun berlalu, setelah sejumlah wartawan, peneliti, hingga penulis, datang ke sana dan melakukan berbagai pemeriksaan dan penelitian, tetap belum ada yang bisa menjelaskan apa yang mungkin terjadi pada kasus misterius itu. Tidak ada yang bisa menjelaskan bagaimana peti-peti di kompleks makam keluarga itu bisa bergerak dan berpindah sendiri.