Kasus Pembunuhan Misterius di Kamar Hotel Nomor 1046

Ilustrasi/istimewa
Semua tampak biasa-biasa saja, dan aktivitas di Hotel President, di Kansas City, juga tampak biasa-biasa saja. Orang-orang masuk dan keluar dari hotel itu, para petugas hotel sibuk mengantarkan tamu-tamu ke kamarnya, petugas lain hilir mudik menyediakan aneka kebutuhan tamu—mengambil handuk kotor, membersihkan kamar, dan lain-lain—sementara petugas di front desk tak henti tersenyum ramah pada tamu-tamu yang menginginkan kamar untuk istirahat.

Pada Rabu, 2 Januari 1935, sekitar pukul 13.20 siang, seorang pria memasuki Hotel President. Pria itu berusia sekitar 20 sampai 30-an, berambut cokelat, dan berpakaian rapi dengan jas hitam. Dia memasuki hotel sendirian, dan mendaftar di hotel itu dengan nama Roland T. Owen. Petugas hotel memberinya kamar 1046.

Randolph Propst, seorang bellboy, mengantarkan Owen ke kamarnya. Menurut Propst, sepertinya Owen waktu itu hanya membawa barang berupa sikat gigi, pasta gigi, dan sisir. 

Berdasarkan catatan hotel, Owen akan menginap di Hotel President selama lima hari. Mary Soptic, petugas kebersihan hotel, mengatakan bahwa Owen mengizinkannya membersihkan kamar saat pria itu ada di dalam kamar, tapi Owen memintanya untuk tidak mengunci pintu setelah dia selesai, karena sebentar lagi temannya akan datang. Soptic juga mengatakan bahwa Owen hanya menyalakan satu lampu di meja.

Staf hotel lain juga mengatakan hal yang sama, ketika mereka memasuki kamar Owen. Pria itu tidak keberatan petugas hotel membersihkan kamarnya meski dia ada di dalamnya, asal pintu kamar tidak dikunci dari luar setelah petugas itu selesai. Belakangan, mereka menyatakan bahwa Owen terlihat khawatir atau ketakutan akan sesuatu, dan dia selalu meminta kamarnya dalam keadaan gelap.

Pukul 16.00 sore, seperti biasa, Soptic kembali ke kamar Owen dengan membawa handuk bersih. Ketika memasuki kamar, waktu itu, dia melihat Owen sedang duduk di dalam gelap, berpakaian lengkap, dan saat itu pintu dalam keadaan tidak dikunci. Dan lagi-lagi dengan lampu yang tidak dinyalakan. 

Saat meletakkan handuk di meja, Soptic sempat melihat sebuah catatan di selembar kertas.

Keesokan harinya, 3 Januari sekitar pukul 10.30 pagi, Soptic kembali lagi untuk membersihkan kamar Owen. Waktu itu, Soptic mendapati pintu kamar dikunci dari luar, dan dia berpikir mungkin Owen menguncinya ketika dia keluar. Ternyata, Owen sedang duduk di dalam kamar. Itu berarti ada seseorang yang sudah menguncinya dari luar. 

Ketika Soptic sedang berada di kamar, dia sempat mendengar Owen berbicara dengan seseorang di telepon, “Tidak, Don. Aku tidak mau makan. Aku tidak lapar. Aku baru saja sarapan.”

Owen mengulang kalimat yang sama, “Tidak. Aku tidak lapar.”

Soptic kembali lagi sekitar pukul 16.00 sore untuk mengantarkan handuk bersih. Ketika sampai di depan kamar Owen, dia mendengar suara dua laki-laki sedang berbicara di dalam kamar. Saat mengetuk pintu, Soptic mendengar suara dari dalam menjawab dengan kasar, “Siapa itu?” 

Soptic menjelaskan bahwa dia membawakan handuk bersih. Suara laki-laki itu kembali menjawab, “Kami tidak butuh.”

Padahal Soptic tahu, di kamar itu tidak ada handuk satu pun. 

Malam harinya, seorang wanita menginap di kamar 1048. Belakangan, dia melaporkan sempat mendengar suara keras antara seorang laki-laki dan wanita yang sedang bertengkar di lantai yang sama, dari kamar 1046.

Berikutnya, pada 4 Januari sekitar pukul 07.00 pagi, seorang petugas operator telepon hotel menyadari bahwa gagang telepon di kamar Owen tidak diletakkan dengan benar. Lalu Propst dikirim untuk mengecek.

Propst mendatangi kamar Owen. Waktu itu, Propst mengetuk pintu beberapa kali, dan mendengar suara. Tapi pintu kamar dalam kondisi terkunci. Propst mengetuk pintu lagi. Ketika pintu kamar tidak juga terbuka, dia lalu berkata, “Tolong letakkan gagang telepon kembali di tempatnya.” 

Propst mengira, saat itu Owen mungkin sedang mabuk. 

Satu setengah jam kemudian, sekitar pukul 08.30, petugas operator telepon masih mendapati gagang telepon di kamar Owen belum diletakkan pada tempatnya. Kali ini, Harold Pike, seorang bellboy, yang datang untuk mengecek. 

Pike memasuki kamar Owen dengan menggunakan kunci cadangan, dan mendapati kamar Owen dalam kondisi remang-remang. Dia menemukan Owen sedang berbaring di ranjang, tidak mengenakan pakaian, dan kelihatan sedang mabuk. Dia juga melihat bagian kasur di sekitar tubuh Owen tampak berwarna lebih gelap. 

Lalu Pike membetulkan posisi gagang telepon, yang sepertinya terjatuh ke lantai. 
Sekitar pukul 10.30 pagi, petugas operator telepon hotel mendapati ada yang tidak beres dengan telepon di kamar Owen, karena telepon itu masih berada di luar jangkauan. Karena hal tersebut, Propst kembali menuju kamar Owen untuk mengecek masalah yang mungkin ada. 

Ketika memasuki kamar, Propst melihat pemandangan mengerikan. Owen tampak duduk di ranjang, sambil memegangi kepalanya yang penuh darah. Dia berjarak dua kaki dari pintu kamar. 

Propst menyalakan lampu kamar, dan melihat bercak darah di dinding, di atas ranjang, dan di kamar mandi. Dia segera berlari keluar dan turun. 

Para petugas hotel segera berdatangan ke kamar Owen, dan mereka menemukan pria itu mengalami luka parah. Leher, pergelangan tangan, dan lututnya, telah diikat dengan kabel telepon. Sepertinya, dia juga disiksa karena darah terpercik hingga ke dinding dan langit-langit di atas ranjang. Bagian dada Owen tampak menganga, tampak seperti bekas luka tusukan beberapa kali. Meski begitu, saat itu Owen masih hidup, dan dilarikan ke rumah sakit.

Polisi yang menangani kasus itu sempat bertanya pada Owen, yang waktu itu tampak sekarat, mengenai apa yang telah terjadi. Tapi Owen, dengan suara yang sulit dikeluarkan karena tidak sepenuhnya sadar, hanya menjawab bahwa dia terjatuh di kamar mandi, dan kepalanya membentur bathtub. Lalu Owen benar-benar tak sadarkan diri. Sekitar 6 jam kemudian, ia meninggal.

Belakangan, berdasarkan hasil otopsi, Owen telah dipukul berkali-kali di bagian kepala, hingga tulang tengkoraknya mengalami keretakan. Dia juga ditusuk beberapa kali di bagian dada, dan bagian paru-paru juga sempat tertusuk. Memar di bagian leher menunjukkan bahwa dia juga dicekik. 

Berdasarkan penyelidikan, polisi tidak menemukan senjata apa pun atau barang milik Owen di kamarnya. Namun mereka menemukan empat sidik jari di gagang telepon, yang sepertinya berasal dari seorang wanita. 

Ketika Owen mendaftar untuk menginap di Hotel President, dia mengaku berasal dari Los Angeles. Namun, pihak kepolisian Los Angeles tidak menemukan catatan tentang Roland T. Owen dalam database mereka. Kenyataan itu menimbulkan pertanyaan, apakah Roland T. Owen adalah nama asli atau bukan. 

Dalam penyelidikan lanjutan, polisi berusaha mencari tahu laki-laki bernama Don, yang sempat disebut Owen di telepon, ketika dia masih hidup. Don juga diduga laki-laki yang suaranya pernah terdengar oleh petugas kebersihan hotel, Mary Soptic. Namun pencarian polisi tidak membuahkan hasil. 

Sementara itu, jenazah Owen ditempatkan di Melody McGilley Funeral Home, sambil menunggu kalau ada pihak yang mengakuinya sebagai anggota keluarganya yang hilang, setelah berita mengenai pembunuhan dirinya tersebar luas. Namun hasilnya nihil. 

Akhirnya, pada 3 Maret 1935, karena tidak ada keluarga yang datang mengklaim, jenazah Owen pun akan dimakamkan di pemakaman khusus untuk orang-orang tak dikenal, dan hal itu diumumkan di harian Kansas City Journal-Post pada 3 Maret 1935.

Rencananya, jenazah Owen akan dimakamkan pada sore hari. Namun, sebelum rencana itu dilaksanakan, Melody McGilley Funeral Home menerima telepon dari seseorang yang tidak diketahui identitasnya. Orang itu meminta agar jenazah Owen dimakamkan di tempat pemakaman yang layak, dengan upacara pemakaman yang semestinya. Untuk hal tersebut, orang itu berjanji akan mengirim uang secepatnya, untuk membiayai pemakaman yang layak. 

Karena adanya permintaan itu, Melody McGilley Funeral Home pun menunda pemakaman. Pada 23 Maret, uang yang dijanjikan akhirnya dikirim ke rumah pemakaman, dibungkus gulungan koran, dan dikirim oleh seseorang yang tidak diketahui. Ada pula karangan bunga yang dikirim dari The Rock Flower Company, disertai kartu ucapan. Tapi siapa pengirimnya juga tidak diketahui.

Jenazah Owen pun dimakamkan di tempat pemakaman yang layak, dengan upacara pemakaman semestinya, lengkap dengan karangan bunga duka cita. Sebuah nisan terpasang di sana dengan namanya. Namun, apa yang terjadi pada dirinya, bahkan siapa dia sebenarnya, masih menjadi misteri.

Lebih dari setahun kemudian, pada 1936, seorang wanita bernama Ruby Ogletree menemukan artikel tentang kasus Owen di surat kabar American Weekly. Ketika melihat foto di dalamnya, Ruby Ogletree langsung mengenali bahwa Roland T. Owen adalah anaknya, yang meninggalkan Birmingham pada 1934. 

Nama Owen yang sebenarnya adalah Artemus Ogletree, dan dia berusia 17 tahun. Ruby Ogletree pernah menerima tiga surat dari Owen, pada musim semi 1935. Namun, ketiga surat tampaknya dikirim setelah tanggal kematian Owen, dan ditulis dengan cara diketik. Padahal, setahu Ruby, Artemus Ogletree tidak tahu cara mengetik. 

Seiring dengan itu, polisi menemukan fakta bahwa Owen pernah menginap di Hotel St. Regis bersama seorang laki-laki, yang diduga sebagai Don. Namun polisi tetap menghadapi jalan buntu, dan tidak bisa memecahkan kasus itu.

Sampai bertahun-tahun kemudian, kasus Roland T. Owen a.k.a Artemus Ogletree tetap tak terungkap. Siapa pelakunya masih gelap. Apa yang telah terjadi juga tidak ada yang tahu.

Pada awal tahun 2000, seorang penulis bernama John Horner menerima telepon dari seseorang, yang membicarakan tentang Artemus Ogletree. Penelepon tersebut menyatakan bahwa dia menemukan kotak berisi artikel koran tentang pembunuhan Artemus Ogletree, yang dimiliki oleh seseorang yang sudah meninggal.

Menurut penelepon tersebut, ada sesuatu yang lain di kotak itu, sesuatu yang dimaksud dalam artikel koran. Namun, penelepon tersebut tidak menyebutkan apa barang itu. Ketika John Horner memintanya untuk bertemu, penelepon itu menyatakan bersedia bertemu, namun kemudian dia tidak datang pada waktu yang dijanjikan.

Setelah itu, kasus Owen tidak menemukan petunjuk lebih jauh, dan berakhir dalam ketidakjelasan. Beberapa teori dan spekulasi yang berhubungan dengan kasus Owen pun bermunculan, tapi entah benar atau tidak.

Salah satu teori menyatakan, Don, laki-laki yang disebut Owen, diperkirakan beraksi sendirian, dan dia memukul Owen hingga tewas di kamar 1046. Sebelumnya disebutkan, Owen sempat tinggal di hotel lain bersama seorang laki-laki yang diduga sebagai Don. Don juga diduga laki-laki yang suaranya pernah terdengar oleh petugas kebersihan hotel, Mary Soptic. 

Meski teori ini mungkin benar, tapi polisi tidak pernah bisa menemukan siapa Don sebenarnya. 

Teori kedua, Don tidak beraksi sendirian. Pernyataan ini disampaikan oleh Charles Blocher, operator lift yang bekerja pada malam ketika Owen dibunuh. Blocher sempat melihat seorang wanita naik ke lantai 10. Wanita tersebut diperkirakan beratnya 135 pon, dan tingginya sekitar 5,6 kaki. Berambut hitam, dan memakai mantel hitam berlabel Hudson atau imitasinya. 

Blocher juga mengaku bahwa wanita tersebut mencari kamar 1026 untuk bertemu seseorang yang sulit dia temukan. Ada kemungkinan, laki-laki yang dicari wanita tersebut adalah Artemus Ogletree alias Owen, dan wanita itu keliru memasuki kamar 1026 yang seharusnya adalah kamar 1046. 

Wanita itu juga sempat terlihat bersama seorang laki-laki dari lantai 9. Blocher mengatakan bahwa laki-laki dan wanita tersebut memiliki tinggi yang sama. Beberapa spekulasi menyatakan, mungkin laki-laki tersebut adalah Don. 

Sebelumnya disebutkan bahwa pada gagang telepon yang ada di kamar Owen terdapat sidik jari wanita. Dan tamu hotel yang menginap di kamar 1048 juga sempat mengaku mendengar suara keras seorang laki-laki dan wanita yang sedang bertengkar. Jadi sangat masuk akal untuk mencurigai bahwa wanita dan laki-laki yang turun dari lantai 9 adalah orang-orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan Artemus Ogletree alias Owen. 

Selain itu ada teori ketiga, yang muncul dari berbagai artikel yang terbit pada waktu-waktu itu, dan menyebutkan bahwa Artemus Ogletree dibunuh karena tidak setia pada tunangannya. 

Sebelumnya, ketika sebuah koran mengumumkan bahwa Owen akan dimakamkan di pemakaman khusus untuk orang tak dikenal, seseorang yang tidak diketahui identitasnya menelepon untuk membicarakan dana pemakaman Owen. 

Sebuah artikel di koran Newcastle Sun juga menyatakan bahwa seorang wanita menelepon kantor harian tersebut, dan mengatakan bahwa, “Artikel yang kalian tulis keliru. Roland T. Owen tidak akan dimakamkan di pemakaman khusus untuk orang tak dikenal. Dia akan dimakamkan secara layak.” 

Ketika wanita tersebut diminta menyebutkan identitasnya, dan apa yang sebenarnya terjadi pada Owen, wanita tersebut menjawab, “Tidak apa-apa. Aku tahu apa yang sedang kubicarakan. Akhirnya dia mendapat masalah.” 

Di waktu bersamaan, seorang laki-laki menghubungi pihak pengurus pemakaman, dan mengatakan, “Jangan kubur Owen di pemakaman orang tak dikenal. Aku ingin kalian menguburnya di Memorial Park Cemetery, agar berdekatan dengan saudara perempuanku. Aku akan mengirimkan dana untuk membiayai pemakamannya.”

Sepertinya, Owen menolak cinta (atau mengingkari janji, atau semacamnya) dari wanita yang menjadi tunangannya. Dan di kamar 1046 itu, Owen, wanita yang ditolak cintanya, dan laki-laki yang namanya sempat disebut oleh Owen, melakukan “pertemuan”. 

Tidak lama setelah Owen dipastikan akan dimakamkan di pemakaman yang layak, The Rock Flower Company menerima pesanan 13 bunga mawar untuk dikirim ke pemakaman Roland T. Owen. Si penelepon, seorang laki-laki, menyatakan, “Aku melakukan ini untuk saudara perempuanku.” 

Kematian misterius Artemus Ogletree alias Owen tidak menemukan petunjuk yang pasti. Sampai saat ini, tidak diketahui secara pasti apa yang terjadi sebenarnya di kamar 1046. 

Related

Misteri 3821908104409214144

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item