Kasus Hilangnya Pilot Wanita Pertama di Dunia
https://www.belajarsampaimati.com/2021/03/kasus-hilangnya-pilot-wanita-pertama-di.html
Ilustrasi/history.com |
Siapakah pilot wanita pertama di dunia? Jawabannya Amelia Mary Earhart, atau biasa disebut Amelia Earhart. Ia lahir pada 24 Juli 1897, putri pasangan Edwin dan Amy Earhart. Ia dikenang sejarah sebagai wanita asal Amerika yang menjadi pilot wanita pertama di dunia. Sayangnya, Amelia Earhart lenyap secara misterius, dan sampai kini kasus hilangnya wanita itu masih belum terungkap.
Selain menjadi pelopor penerbangan wanita, Amelia Earhart juga seorang penulis dan pejuang hak wanita di Amerika Serikat. Atas prestasinya, dia menjadi wanita pertama yang menerima Distinguished Flying Cross. Ia mendapat penghargaan itu karena menjadi wanita pertama yang terbang sendiri menyeberangi samudera Atlantik.
Amelia Earhart juga menulis buku bestseller yang menceritakan pengalaman terbangnya, sekaligus memiliki peran penting dalam pendirian Ninety-Nine, organisasi pilot wanita.
Ketertarikan Amelia Earhart pada pesawat dan dunia penerbangan dimulai ketika ia dan ayahnya pergi ke sebuah lapangan udara. Di lapangan itu, kebetulan Frank Hawks (yang kelak terkenal sebagai pembalap udara), sedang bersiap terbang dengan pesawatnya. Frank Hawks menawari Amelia Earhart dan ayahnya untuk menumpang pesawatnya, dan ayah serta anak perempuan itu dengan senang menerima tawaran tersebut.
Pengalaman terbang pertama kali itu kemudian mengubah kehidupan Amelia Earhart untuk selamanya. Dia tergila-gila pada pesawat terbang, dan sangat mencintai terbang dengan pesawat.
Pada usia 34 tahun, pagi hari tanggal 20 Mei 1932, Amelia Earhart berangkat dari Pelabuhan Grace, Newfoundland. Ia mencoba terbang ke Paris dengan mengemudikan pesawat Lockheed Vega, mengikuti penerbangan solo Charles Lindbergh, yang juga terkenal sebagai penerbang.
Setelah terbang selama 14 jam 56 menit dengan angin utara yang kuat, kondisi dingin, cuaca tak ramah, serta masalah mekanis, Amelia Earhart berhasil mendarat di padang rumput di Culmore, utara Derry, Irlandia Utara.
Seorang petani di tempat itu melihat Amelia Earhart turun dari pesawat, dan bertanya, “Apakah kau baru saja terbang jauh?”
Amelia Earhart menjawab, “Saya dari Amerika.”
Kini, tempat ia mendarat pertama kali itu menjadi sebuah kantor kedirgantaraan, yang dinamai Pusat Amelia Earhart.
Pada 11 Januari 1935, Amelia Earhart menjadi orang pertama yang terbang sendirian melintasi samudera dari Honolulu, Hawaii, ke Oakland, California.
Pada 19 April 1935, ia terbang dengan pesawat Vega miliknya, dari Los Angeles ke Meksiko. Penerbangannya selesai pada 8 Mei 1935.
Karena berbagai prestasi dan kemampuannya, Amelia Earhart menerima penghargaan Distinguished Flying Cross dari Kongres Amerika Serikat, Medali Ksatria dari pemerintah Prancis, dan Medali Emas dari presiden AS, Herbert Hoover.
Pada 2 Juli 1937 (tengah malam dalam waktu Greenwich Mean Time), Amelia Earhart dan Fred Noonan lepas landas dari Lae. Mereka akan terbang menuju Howland, sebuah pulau yang terletak di Samudera Pasifik. Itulah penerbangan terakhir Amelia Earhart, karena sejak itu ia lenyap secara misterius.
Posisi terakhir mereka, yang diketahui, berada di dekat Kepulauan Nikumaroro, sebelah barat Samudera Pasifik. Kapal Itasca, yang waktu itu sedang berpatroli di Howland, sempat berkomunikasi dengan pesawat Lockheed Electra 10E yang dikemudikan Earhart, dan memandunya ke Pulau Howland. Tetapi, setelah itu, Amelia Earhart bersama Fred Noonan lenyap tanpa bekas!
Upaya-upaya pencarian telah dilakukan semenjak hilangnya Amelia Earhart, tapi tak pernah berhasil menemukan. Pesawat yang dikemudikan Amelia Earhart juga tak bisa ditemukan. Akhirnya, setelah berbagai upaya pencarian tak juga menemui hasil yang jelas, Amelia Earhart dinyatakan tewas pada 5 Januari 1939.
Lalu ke mana sebenarnya Amelia Earhart menghilang?
Pertanyaan itu pula yang berputar dalam benak banyak orang, khususnya di masa itu. Jasad Amelia Earhart, maupun navigatornya, Fred Noonan, tak pernah ditemukan, bahkan sampai bertahun-tahun. Selama waktu-waktu itu, berbagai pencarian sudah dilakukan, tapi hasilnya tetap nihil. Dua orang itu seperti lenyap ditelan bumi.
Kasus aneh itu pun lalu menimbulkan berbagai teori dan spekulasi. Ada spekulasi yang menyatakan bahwa Amelia Earhart terdampar di Nikumaroro. Richard Gillespie, Direktur Ekskutif International Group for Historic Aircraft Recovery (TIGHAR), memperkirakan pesawat yang dikendarai Earhart kehabisan bahan bakar saat menuju Howland.
Amelia Earhart, menurut Richard Gillespie, mungkin ingin melakukan pendaratan darurat di pulau Phoenix, namun keliru jalan. Penyelidikan TIGHAR memperkuat teori ini, karena mereka telah menemukan catatan asli dari kecelakaan pesawat pada awal 1939 di Nikumaroro. Isi laporan itu terdiri atas pria dan wanita yang cocok dengan deskripsi Amelia Earhart dan Fred Noonan.
Teori atau spekulasi kedua, kecelakaan terjadi di laut yang lokasinya dekat tempat tujuan, yaitu Howland. Nauticos, perusahaan yang bergerak di bidang penelitian dan pencarian di laut dalam, melakukan upaya menemukan pesawat Earhart yang dipercaya jatuh di Samudera Pasifik.
Pemimpin Nauticos, David Jourdan, pada tahun 2003 mengungkapkan, “Karena transmisi radio yang rusak dan pasokan bahan bakar yang habis, menyebabkan pesawat itu nahas di lokasi dekat tujuan mereka.”
Teori ketiga, ditengarai adanya konspirasi. Menurut teori ini, Amelia Earhart dan Fred Noonan disandera Jepang di Kepulauan Marshall, Samudra Pasifik, karena dianggap sebagai mata-mata AS. Sebagian orang mempercayai bahwa mereka berdua (Amelia Earhart dan Fred Noonan) telah tewas. Namun, sebagian lain berasumsi mereka kembali ke AS dan mengubah identitas.
Asumsi itu muncul, karena tersiar kabar bahwa Amelia Earhart sebenarnya memang kembali ke AS, namun mengubah namanya menjadi Irene Craigmile. Ia kemudian menikah dengan Guy Bolam, dan menggunakan nama belakang suaminya, menjadi Irene Bolam. Ia akhirnya meninggal di New Jersey pada 1982.
C. Rollin Reineck, pensiunan kolonel Angkatan Udara AS yang tinggal di Kailua, Hawaii, mengatakan pada tahun 2003, "Jika dia (Amelia Earhart) tidak bisa menemukan Howland, rencana cadangannya adalah memotong komunikasi dan menuju Kepulauan Marshall, dan menjatuhkan pesawat di sana."
Dalam buku yang ditulisnya, Amelia Earhart Survived, Rollin Reineck memaparkan, Amelia Earhart sengaja menghilangkan pesawatnya di Kepulauan Marshall, atas alasan keamanan nasional. Skenario ini memungkinkan pemerintah AS untuk “menyelamatkan” Amelia Earhart, dan pada saat yang sama melakukan pengintaian sebelum perang di Jepang.
Analisis yang dilakukan Rollin Reineck telah menetapkan bahwa foto Irene Bolam, tulisan tangannya, dan bukti forensik lain, menunjukkan adanya keterkaitan dengan Amelia Earhart. Dengan kata lain, Amelia Earhart sengaja “menciptakan” kecelakaan itu untuk memungkinkan militer Amerika melakukan pengintaian terkait perang, dan setelah itu Amelia Earhart kembali ke Amerika dan mengubah identitas.
Jadi, apakah benar Amelia Earhart sebenarnya tidak hilang, melainkan mengubah identitasnya menjadi sosok lain? Pertanyaan itu tak pernah terjawab tuntas.
Belakangan, pada 2012, upaya pencarian besar-besaran kembali dilakukan, yang disebut Ekspedisi Niku VII. Upaya pencarian itu menghabiskan biaya US$ 2,2 juta yang didanai oleh TIGHAR, dan berlangsung selama sepuluh hari. Namun, kendala peralatan dan kondisi lingkungan bawah laut Nikumaroro akhirnya memaksa mereka memangkas waktu pencarian.
Tim ekspedisi kembali ke Hawaii, melakukan pencarian melalui sonar (sound navigation and ranging), dan menggunakan video di sekitar wilayah Nikumaroro. Dalam pernyataan online, pihak TIGHAR menyatakan kekecewaannya karena tidak mendapatkan penemuan yang pasti. Artinya, sampai kini, misteri hilangnya Amelia Earhart tetap tak terungkap.