Kasus Pembunuhan Axeman yang Tak Terungkap
https://www.belajarsampaimati.com/2021/02/kasus-pembunuhan-axeman-yang-tak.html
Ilustrasi/pratidintime.com |
Kisah-kisah pembunuhan berantai mungkin menyenangkan untuk dibaca sebagai kisah fiksi, tapi benar-benar mengerikan ketika terjadi di dunia nyata. Khususnya bagi orang-orang yang mengalaminya. Hal itulah yang dialami penduduk New Orleans dan sekitarnya pada 1918 hingga 1919. Selama 15 bulan, mereka dibuat ketakutan gara-gara munculnya seorang pembunuh berantai, yang dijuluki The Axeman.
The Axeman kerap mendatangi korbannya pada malam hari, ketika korban sedang tidur. Sepanjang peristiwa pembunuhan berantai itu, dia diduga telah melakukan 12 kali penyerangan dan 6 kali pembunuhan.
Yang mungkin unik, The Axeman tidak menggunakan senjatanya sendiri dalam menyerang dan membunuh korban-korbannya, tapi memakai kapak yang ada di rumah korban, kemudian meninggalkan kapak itu begitu saja, setelah ia membunuh korbannya. Kapak yang berlumuran darah itulah yang belakangan selalu muncul setiap kali The Axeman melakukan aksinya.
Berdasarkan sejarah, pembunuhan pertama yang dilakukan oleh The Axeman terjadi pada 23 Mei 1918, dengan korban sepasang suami istri bernama Catherine dan Joseph Maggio. Mereka tinggal di Magnolia Street, New Orleans. Keduanya tewas diserang menggunakan kapak, dan leher mereka tampak seperti disayat pisau tajam.
Kepala Catherine hampir semuanya terpenggal, sedangkan kepala Joseph masih utuh di tempatnya, meski tubuhnya mengalami banyak luka parah. Mayat keduanya ditemukan oleh saudara laki-laki Joseph, yang tinggal di rumah yang sama. Saat pembunuhan terjadi, saudara laki-laki Joseph sama sekali tidak mendengar atau melihat sesuatu yang mencurigakan.
Pemeriksaan yang dilakukan mendapati tidak ada satu pun barang berharga yang hilang. Pemeriksaan itu juga menemukan beberapa sidik jari, namun tidak cukup untuk dijadikan sebagai bukti.
Lalu dari mana The Axeman, sang pembunuh, masuk? Polisi mendapati panel pintu dapur bagian bawah rusak, dan di sana ditemukan sebuah kapak. Tampaknya, The Axeman masuk ke rumah dengan cara merusak bawah pintu dapur, sekaligus menemukan kapak di sana.
Satu bulan kemudian, pada 28 Juni 1918, pembunuhan kembali terjadi, kali ini menimpa Louis Besumer dan Anna Lowe. Keduanya tinggal di daerah LeHarpe Street, dan tubuh mereka yang tergeletak bersimbah darah ditemukan oleh seorang tukang roti bernama John Zanka, yang sedang mengirim roti untuk mereka.
Saat ditemukan, Louis Besumer dan Anna Lowe belum mati, meski kondisi mereka sangat mengenaskan. Belakangan, Louis Besumer mampu bertahan dan melewati masa-masa kritis, sementara Anna Lowe hanya mampu bertahan selama 7 minggu, sebelum akhirnya meninggal. Ia sempat mengatakan pada polisi bahwa seorang laki-laki berkulit putih membawa kapak telah menyerang mereka.
Sama seperti peristiwa yang terjadi di rumah suami istri Maggio, panel pintu dapur bagian bawah rusak, dan di sana juga ditemukan sebuah kapak berlumuran darah.
Kemudian, pada 5 Agustus 1918, Ed Schneider baru sampai di rumah ketika mendapati tubuh istrinya tergeletak berlumuran darah. Ed Schneider segera melarikan istrinya ke rumah sakit, dan si istri berhasil selamat setelah melewati masa-masa kritis. Belakangan, setelah penyelidikan dilakukan atas kasus itu, polisi mendapati kapak milik Ed Schneider hilang dari gudang.
Lima hari setelah itu, pada 10 Agustus 1918, Joseph Romano yang berumur 80 tahun ditemukan tewas. Ia tinggal di kawasan Gravier Street, dan dua keponakannya menemukan tubuh Joseph Romano, setelah mendengar pria itu seperti sedang bergulat dengan seseorang.
Kedua keponakan Joseph Romano juga sempat melihat orang yang memukul paman mereka. Mereka mengatakan, orang itu berperawakan tinggi, berpakaian serba gelap, dan memakai topi. Joseph Romano meninggal dua hari kemudian.
Tujuh bulan sejak peristiwa itu, pada 10 Maret 1919, seseorang mendatangi rumah pasangan Rose dan Charles Cortimiglia, dan menyerang pasangan itu beserta putri mereka. Charles sempat melawan, walaupun akhirnya terluka, namun dia dan istrinya berhasil selamat dari peristiwa tersebut. Sementara anak mereka, bernama Mary, akhirnya tewas. Mereka bertiga diserang menggunakan kapak yang merupakan milik mereka sendiri.
Lima hari kemudian, muncul sesuatu yang tak terduga. Di New Orleans, ada sebuah penerbit koran bernama The Times Picayune. Mereka menerima surat yang diakui dikirim oleh The Axeman. Dalam surat itu, The Axeman mengancam pihak kepolisian agar “tidak usah mencampuri urusannya”, dan mengingatkan semua orang bahwa dia bisa melakukan sesuatu yang lebih buruk.
Yang paling mencengangkan adalah ancamannya terhadap seluruh penduduk New Orleans. Pada malam tanggal 19 Maret 1919, semua penduduk harus memainkan musik jazz di rumah masing-masing. Jika ada satu rumah saja yang tidak memperdengarkan suara musik jazz, The Axeman akan mendatangi klub malam yang memainkan musik jazz, dan akan membunuh siapa pun yang ada di sana.
Lalu peristiwa paling aneh dalam sejarah New Orleans pun terjadi. Tepat pada malam 19 Maret 1919, semua rumah penduduk di sana memperdengarkan musik jazz dengan sarana apa pun yang mereka miliki. Malam itu berlalu dengan ketegangan, namun The Axeman tampaknya menepati janji. Tidak ada pembunuhan di malam itu.
Tetapi bukan berarti The Axeman sudah berhenti beraksi. Pada 10 Agustus 1919, Steve Boca terluka parah di rumahnya. Dia sedang tertidur lelap, ketika menyadari tubuhnya kesakitan. Saat mulai tersadar dari tidur, dia mendapati seseorang di dalam kamarnya, sedang memegang kapak.
Steve Boca berhasil melarikan diri dari serangan itu, dan berlari menuju ke rumah tetangga. Setelah itu dia masih sempat menelepon polisi, yang segera datang ke rumahnya. Namun, Steve Boca tidak bisa menceritakan banyak hal, karena ia dalam keadaan baru sadar dari tidur, dan panik ketika peristiwa itu terjadi.
Kemudian, di awal September 1919, Sarah Laumann yang berumur 19 tahun diserang oleh seseorang yang memasuki rumahnya lewat jendela yang terbuka. Dia berhasil selamat dari penyerangan, meski menjalani masa-masa kritis di rumah sakit. Namun, ketika akhirnya sadar, dia tidak bisa mengingat apa yang terjadi.
Satu bulan setelah itu, pada 27 Oktober 1919, di sudut Ulloa Street, The Axeman kembali beraksi, dan kali ini korbannya adalah pasangan Esther dan Mike Pepitone. Sekitar pukul 01.00 pagi, Esther terbangun karena mendengar teriakan suami di sampingnya.
Dalam keadaan belum sadar benar, dan di kamar yang relatif gelap, Esther sempat melihat dua bayangan orang berada di kamarnya, tapi tidak bisa mengetahui dengan jelas, karena mereka segera kabur. Sementara suami Esther, Mike Pepitone, akhirnya meninggal dua jam kemudian di rumah sakit.
Kasus penyerangan yang menimpa Mike Pepitone menarik perhatian polisi, karena tidak adanya kapak yang ditemukan sebagaimana pada korban-korban The Axeman sebelumnya. Yang mereka temukan di lokasi kejadian justru paku besar yang biasa digunakan sebagai pengaman tenda sirkus.
Paku besi berukuran besar itulah yang diduga digunakan sebagai senjata untuk menyerang Mike Pepitone. Kebetulan, dua blok dari rumah Pepitone terdapat sebuah sirkus yang sedang berlangsung pada malam itu.
Gara-gara pembunuhan terhadap Mike Pepitone, spekulasi berkembang. Sebagian orang mulai curiga, bahwa tidak semua penyerangan yang terjadi dilakukan oleh The Axeman. Beberapa orang di sana berspekulasi bahwa dugaan penyerangan terakhir, yang dilakukan terhadap Mike Pepitone, sebenarnya dilakukan oleh mafia. Pasalnya, ayah Mike pernah membunuh seseorang di masa lalu.
Serangan The Axeman lain yang diteliti secara cermat adalah penyerangan kedua terhadap Louis Besumer dan Anna Lowe. Saat penyerangan terjadi, Anna tewas, sedangkan Louis hanya mengalami luka parah. Setelah itu, Louis dihukum atas kematian Anna, dengan tuduhan yang dianggap aneh.
Waktu itu, polisi menemukan bahwa Louis mampu menulis dalam bahasa Yahudi dan Rusia. Karena latar belakang tertentu, mereka menyimpulkan bahwa Louis adalah mata-mata Jerman atau mata-mata untuk Rusia. Dan penyerangan yang dia serta Anna alami tidak ada hubungannya dengan The Axeman.
Sebelum meninggal, Anna sempat mengatakan bahwa Louis adalah seorang “mata-mata Nazi”. Waktu itu juga muncul spekulasi bahwa Anna dan Louis berselisih, hingga Louis menyerang Anna. Meskipun begitu, akhirnya Louis dibebaskan.
Sementara sebagian orang lain tetap berkeyakinan bahwa penyerangan terhadap Louis dan Anna dilakukan oleh The Axeman. Karena saat penyerangan itu terjadi, mereka berdua sedang tidur.
Penyelidikan yang dikembangkan polisi belakangan mengarah pada seorang tersangka, bernama Joseph Mumfre. Siapakah dia? Untuk mengetahui siapa Joseph Mumfre, kita harus kembali melihat peristiwa yang terjadi pada pasangan Esther dan Mike Pepitone.
Ketika pasangan Esther dan Mike Pepitone diserang oleh seseorang, Esther berhasil selamat, sementara suaminya tewas. Setelah itu, Esther pindah ke Los Angeles, dan menikah dengan seorang laki-laki bernama Angelo Albano.
Dua tahun kemudian, Angelo Albano menghilang dan tidak pernah ditemukan. Esther sempat mengingat bahwa sebelum dia dan Angelo menikah, Angelo pernah mengakhiri hubungan bisnis dengan seseorang yang mempunyai banyak nama, salah satunya adalah Joseph Mumfre.
Pada 5 Desember 1921, Joseph Mumfre pernah mengunjungi rumah Esther dan Angelo di Los Angeles. Mumfre meminta uang sebesar $500, dan semua perhiasan milik Esther. Mumfre juga sempat mengancam bahwa dia akan membunuh Esther, sama seperti dia membunuh suaminya terdahulu, Mike Pepitone.
Waktu itu, karena terkejut dan geram, Esther sempat meraih revolver milik Angelo, dan menembakkannya pada Joseph Mumfre. Pria itu tewas, dan Esther ditangkap karena membunuh Mumfre.
Esther menyatakan bahwa Mumfre adalah The Axeman, sosok yang telah membunuh suaminya terdahulu, Mike. Namun pihak kepolisian tidak menemukan bukti hubungan antara Mumfre dengan kematian Mike. Belakangan, Esther dibebaskan atas pembunuhan yang dia lakukan terhadap Mumfre.
Sebenarnya, ada beberapa hal yang bisa menjadi bukti bahwa Mumfre adalah The Axeman yang sebenarnya, meski mungkin sulit dibuktikan. Mumfre menjadi pemimpin sebuah kelompok pemerasan di New Orleans, yang korbannya adalah orang-orang Italia.
Mumfre juga keluar masuk penjara dalam waktu 10 tahun terakhir. Dan secara kebetulan, waktu Mumfre keluar penjara, bersamaan dengan munculnya penyerangan yang dilakukan oleh The Axeman.
Namun, meski begitu, tetap tidak ada bukti yang secara langsung menghubungkan Mumfre dengan penyerangan yang sudah beberapa kali terjadi. Saksi mata yang melihat bisa saja salah. Selain itu, hanya bukti tidak langsung yang membuat orang-orang percaya bahwa Mumfre adalah pelakunya.
Esther Pepitone juga dulu mengatakan bahwa dia sempat melihat dua bayangan orang di malam ketika suaminya, Mike Pepitone, dibunuh. Jadi, Esther mungkin berbohong, atau mungkin The Axeman adalah dua orang yang berbeda. Yang jelas, sampai kini, penduduk New Orleans masih tidak tahu siapa pembunuh berantai yang pernah meneror kota mereka.