Adakah Vaksin untuk HIV/AIDS yang Pernah Diciptakan?

Ilustrasi/oxfordmedicine.com
Virus HIV telah menyerang manusia, setidaknya sejak 40 tahun lalu. Tapi sampai sekarang kita belum juga mendapatkan vaksin yang efektif untuk mengatasinya. Padahal korban terus berjatuhan akibat virus menular ini.

Hingga akhir 2019, jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) mencapai sekitar 38 juta, dan hingga kini sudah sekitar 33 juta orang meninggal akibat AIDS. Dengan statistik semacam itu, bagaimana kerja ilmuwan dalam upaya menciptakan vaksin HIV?

Dalam beberapa tahun terakhir, ada beberapa kemajuan yang diprediksi bisa digunakan dalam 15 tahun mendatang untuk mengatasi virus HIV. Namun masih belum diketahui apakah vaksin yang akan tercipta itu benar-benar aman, terjangkau harganya, dan dapat didistribusikan ke seluruh dunia.

Sementara itu, upaya mengembangkan vaksin HIV juga terhambat oleh keragaman genetik virusnya. Siklus replikasi HIV tidak hanya berlangsung cepat, tetapi juga rentan bermutasi menjadi jenis baru ketika ditularkan ke orang lain. Akibatnya, vaksin yang dikembangkan hanya sanggup mengatasi strain virus tertentu, sementara jenis virus HIV lain justru berkembang menjadi jenis baru. 

Hambatan selanjutnya adalah memerangi virus HIV menuntut respons yang sangat kuat dari sistem kekebalan, padahal sistem kekebalan itulah yang diserang virus. 

Dalam upaya tanpa henti, ada ilmuwan yang mengembangkan antibodi bNAb yang disebut-sebut berhasil membatasi kemampuan virus dalam menginfeksi, hingga 95 persen. Tapi sampai saat ini, para ilmuwan belum yakin. Mereka juga belum bisa mengidentifikasi apakah dengan memanfaatkan antibodi bisa membantu mencegah penyebaran virus HIV. Yang dikhawatirkan, bNAb justru menyerang sel-sel tubuh sendiri.

Sejauh ini, kandidat vaksin yang pernah diuji coba pada manusia adalah RV 144 di Thailand, dari 2003 sampai 2006 lalu. Lebih dari 16.000 relawan ikut dalam uji coba ini. Hasilnya tidak memuaskan para peneliti, karena efektivitas perlindungan vaksin hanya mencapai 31 persen responden. Sementara efek perlindungan menghilang setelah beberapa bulan.

Riset berikutnya dilakukan di Afrika Selatan, dimulai 2016, dengan kandidat vaksin yang diberi nama HVTN 702. Lebih dari 5.000 relawan dalam kisaran usia 18 hingga 35 tahun ikut serta dalam uji coba. Pada 2020, uji coba kandidat vaksin HIV di Afrika Selatan itu dihentikan, karena tidak menunjukkan keberhasilan yang jelas.

Uji coba berikutnya diberi nama MOSAICO, dengan kandidat vaksin kombinasi yang mengandung protein, yang strukturnya meniru permukaan rumit virus HIV. Uji laboratorium pada monyet menunjukkan hasil yang menjanjikan. Sejak akhir 2019, di AS dilakukan uji klinis pada manusia dengan 3.800 relawan.

Ada pula uji klinis lain yang dilakukan di beberapa negara Afrika, diberi nama IMBOKODO. Sejak 2017 hingga 2022 mendatang, 2.600 relawan mengikuti uji coba vaksin HIV pada manusia tersebut. Sejauh ini efektivitasnya disebut mencapai 67%.

Sampai sejauh itu, para peneliti mengakui belum berani mengharapkan adanya terobosan besar. Mereka juga sepakat, tidak ada vaksin HIV yang punya efek perlindungan 100%. Jika bisa melindungi antara 60% sampai 70% saja, vaksin sudah dianggap sukses. 

Hingga efektivitas itu tercapai, sejauh ini hanya ada satu kemungkinan terapi penyakit AIDS, yakni dengan obat-obatan anti retrovirus.

Hmm... ada yang mau menambahkan?

Related

Umum 8175098307326659778

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item