Mengapa Orang Cenderung Enggan Menolong Korban KDRT?

Mengapa Orang Cenderung Enggan Menolong Korban KDRT?
Ilustrasi/pingpoint.co.id
Ada fenomena, yang dalam psikologi, disebut bystander effect, yaitu kondisi ketika seseorang tidak menolong korban, karena berpikir orang lain yang akan menolong. Susahnya, dalam bystander effect, semua orang cenderung berpikir sama; mengira, bahkan meyakini, bahwa orang lain akan datang menolong, sehingga dia tidak perlu ikut menolong.

Fenomena bystander effect sangat jelas terlihat pada kerumunan di jalan, saat ada korban kecelakaan. Orang-orang berkumpul, menonton korban yang tergeletak atau pingsan, terluka, dan butuh pertolongan, tapi mereka tidak menolong, selain hanya menonton. Bagaimana itu bisa terjadi? Karena masing-masing berpikir, “Pasti ada orang lain yang akan menolong.”

Hal serupa terjadi pada fenomena kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Suatu waktu, bisa jadi kita mendengar suara teriakan atau keributan dari rumah tetangga, dan kita tahu seseorang menjadi korban penganiayaan. Entah pasangan oleh pasangan, atau anak oleh orang tua. Tapi kita biasanya enggan bergerak atau melakukan sesuatu. Kenapa? Karena waktu itu kita terjebak dalam bystander effect, merasa tidak perlu menolong, karena berpikir orang lain akan menolong.

Dalam kasus KDRT, fenomena bystander effect masih ditambah dengan “kepercayaan umum” masyarakat bahwa masalah rumah tangga adalah masalah pribadi, dan kita khawatir kalau dianggap mencampuri urusan orang lain. Akibatnya, kita makin enggan untuk melakukan yang perlu dilakukan, semisal melerai pasangan yang bertengkar atau menolong korban penganiayaan. 

Latar itu serupa dengan keengganan sebagian kita menolong korban kecelakaan di jalan; takut kalau yang kita lakukan justru berdampak buruk pada si korban, atau jangan-jangan malah kita dituduh sebagai tersangka dalam kecelakaan. Karenanya, terkait korban kecelakaan, kita akan lebih ringan menolong saat yang menjadi korban adalah seseorang yang kebetulan kita kenal. Kita merasa punya ikatan dengannya.

Meski mungkin bystander effect tidak menimbulkan dampak buruk yang terlihat secara langsung, namun sebenarnya bisa mempengaruhi nilai moral kita kepada sesama manusia. Yang merisaukan, bystander effect tidak hanya terjadi pada orang-orang dewasa, tapi juga pada anak-anak.

Bagaimana mengatasi masalah seperti itu? Satu yang pasti adalah inisiatif. Harus ada seseorang yang memulai! Bystander effect mirip domino effect atau efek domino. Jika seseorang bergerak membantu, orang-orang lain akan ikut tergerak turut serta.

Terkait KDRT, jika kita memang tidak mungkin “mencampuri urusan rumah tangga orang lain”, kita bisa membantu dengan cara menghubungi keluarga lain yang punya ikatan kekerabatan/persaudaraan dengan pasangan yang sedang mengalami KDRT. Jika itu tidak memungkinkan, kita bisa menghubungi Ketua RT, atau seseorang yang dianggap pemimpin setempat. 

Intinya, dalam hal ini, seseorang harus berinisiatif, untuk meruntuhkan bystander effect yang sedang terjadi. Jika seseorang sudah menunjukkan inisiatif, orang-orang lain akan ikut tergerak.

Hmm... ada yang mau menambahkan?

Related

Sains 8020422033532820729

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item