Apa yang Paling Menakjubkan dari Internet?

Apa yang Paling Menakjubkan dari Internet? Belajar Sampai Mati, belajarsampaimati.com, hoeda manis
Ilustrasi/shutterstock.com
Kita hidup di zaman yang tak pernah terbayang oleh orang-orang yang hidup sekian abad lampau, yaitu hidup di tengah arus deras informasi yang serupa air bah—tanpa henti, terus menerus, dan kita tenggelam di dalamnya.

Sekian abad lampau, berita dan informasi adalah materi atau harta berharga, karena sulit diperoleh. Di era sebelum terbitnya media massa dan sarana komunikasi memadai, orang harus menempuh perjalanan berkilo meter untuk menyampaikan sebuah kabar pada orang lain.

Lalu media massa lahir—koran, televisi, radio, telepon, dan semacamnya.

Tetapi bahkan ketika media massa dan alat komunikasi telah hadir di dunia, orang-orang di masa lampau masih sering ketinggalan berita atau tidak tahu kabar baru. Karena ada keterbatasan. Media cetak tidak bisa terbit setiap detik—ia harus menunggu sekian jam atau bahkan sekian hari untuk terbit. Seiring dengan itu, tidak semua orang punya akses pada sarana telekomunikasi semacam telepon atau memiliki televisi dan radio dan rumah.

Pada awal-awal kemunculannya, koran harian bahkan sering datang terlambat, dan tabloid mingguan baru bisa diperoleh pembaca setelah beberapa hari terbit. Karena ada kendala transportasi. Koran pagi sering datang siang atau bahkan sore hari, sementara tabloid yang terbit tiap Senin, misalnya, baru diperoleh pembaca pada hari Selasa atau Rabu atau bahkan Kamis.

Surat kabar harian yang terbit di Jakarta—karena memang berkantor di Jakarta—misalnya, harus menempuh waktu transportasi sekian jam agar koran mereka sampai di kota-kota lain. Semakin jauh jarak yang ditempuh, semakin lama sampainya. Karena hal itulah, koran pagi kadang baru bisa dibaca sore hari. Sementara koran sore kadang baru bisa dibaca tengah malam.

Lalu, seiring perkembangan teknologi, media cetak semacam koran harian mulai mengembangkan sesuatu yang mereka sebut “cetak jarak jauh”. Kali ini, pencetakan tidak tersentralisasi di satu kota asal, tapi juga di kota-kota lain, khususnya yang memiliki banyak pembaca. Kantor pusat tinggal mengirim file ke kota-kota lain, lalu kota-kota itu bisa langsung mencetak koran yang persis sama, dan langsung mendistribusikannya di kota masing-masing. Sejak itu, koran pagi bisa dibaca di pagi hari.

Belakangan, teknik semacam itu juga ditiru para penerbit tabloid, hingga jalur distribusi terpangkas, tanpa harus melewati transportasi yang panjang dan butuh waktu.

Selama berpuluh-puluh tahun, aneka media cetak—dari koran, tabloid, hingga majalah—melewati perjalanan semacam itu, untuk menyampaikan aneka hal yang ingin mereka sampaikan pada pembaca. Di sisi lain, para pembaca juga harus sabar untuk mendapatkan bacaan kesukaannya. Ada masa, ketika itu, menunggu datangnya loper koran pagi terasa begitu menyenangkan.

Lalu, suatu ketika, internet lahir, dan wajah dunia berubah selamanya.

Di antara hal besar yang ikut dilahirkan internet adalah gelontoran kabar dan berita, bahkan aneka pengetahuan, yang mengalir tanpa henti, bahkan tanpa batas. Tidak ada lagi waktu jeda, karena aneka kabar dan berita terus mengalir dari detik ke detik, tanpa henti, tanpa hari libur.

Majalah terbit sebulan sekali, tabloid terbit seminggu sekali, koran terbit setiap hari, tapi berita di internet terbit setiap milidetik sekali! Inilah hal paling menakjubkan di internet—khususnya bagi para pembaca yang rakus, atau setidaknya menurut saya.

Dulu, orang-orang yang bekerja di majalah (yang terbit sebulan sekali) atau di tabloid (yang terbit seminggu sekali) sering menyebut koran harian (yang terbit setiap hari) sebagai “raksasa bermulut besar”. Karena hampir apa saja bisa masuk ke koran harian—sesuatu yang tak bisa ditiru tabloid dan majalah, karena mereka harus selektif dalam memilih berita yang ingin mereka masukkan, karena jumlah halaman yang terbatas.

Kini, internet mungkin bisa disebut “raksasa bermulut besar yang tak pernah kenyang”, karena terus memasukkan apa pun, kapan pun, tanpa henti, dan hasilnya adalah gelontoran berita mirip air bah. Kita tidak lagi kesulitan mendapatkan berita, tapi justru tenggelam di dalamnya.

Internet tidak punya jadwal terbit yang pasti, pun tidak punya batas halaman seperti media cetak. Para awak media di internet tidak lagi selektif dalam memasukkan berita yang ingin mereka sampaikan pada pembaca, karena ruang untuk itu selalu tersedia.

Alih-alih selektif, mereka bahkan terus agresif memburu dan menulis berita apa pun, apa pun, dan apa pun. Belum pernah ada, dalam sejarah media, dunia menghadapi kenyataan menakjubkan seperti ini.

Gelontoran berita dan aneka pengetahuan seperti air bah, itulah kenyataan paling menakjubkan yang dihadirkan internet ke dalam kehidupan manusia. Konsekuensinya, sebagai pembaca, kita harus punya kemampuan “berenang” yang baik, agar tidak malah tenggelam hingga kehabisan napas.

Karena, berbeda dengan zaman dulu, berita bukan lagi barang berharga... ia kini bisa serupa sampah. Dan kita perlu kemampuan untuk memilah serta memilihnya.

Related

Internet 517176149345342462

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item