Bagaimana Manusia Mengingat dan Melupakan Sesuatu?
https://www.belajarsampaimati.com/2020/07/bagaimana-manusia-mengingat-dan-melupakan.html
Ilustrasi/kompas.com |
Harddisk dalam komputer kita bisa disebut ingatan jangka panjang, karena menyimpan banyak dokumen dan aneka hal dari waktu ke waktu.
Selain harddisk, di komputer kita sebenarnya juga ada tempat penyimpanan lain, yaitu RAM atau memory. Fungsi RAM adalah menyimpan file-file yang sedang kita kerjakan di komputer, salah satunya memungkinkan kita memanfaatkan clipboard—sesuatu yang kita tahu ada, namun tak terlihat.
Berbeda dengan harddisk yang bisa menyimpan file sampai lama, kemampuan RAM terbatas. Begitu komputer kita matikan, semua file yang sempat tersimpan di dalamnya akan terhapus. Karenanya, kita bisa menganggap RAM sebagai ingatan jangka pendek.
Kira-kira begitu pula dengan cara kita menyimpan dan mengingat sesuatu dalam kehidupan. Kita masukkan aneka hal—yang kita saksikan, kita dengar, kita rasa, kita bayangkan, dan lain-lain—ke dalam ingatan kita. Semua itu akan masuk ke ingatan jangka pendek terlebih dulu, lalu disimpan ke ingatan jangka panjang. Persis seperti kita mengerjakan sesuatu di komputer, dan hasil kerja akan disimpan di RAM. Begitu kita anggap penting, hasil kerja akan kita simpan ke dalam harddisk, dan kita namai file-nya.
Kalau kita bercakap-cakap dengan sekelompok teman, misalnya, percakapan yang terjadi akan masuk ke dalam ingatan jangka pendek. Hal itulah yang memungkinkan kita bisa bercakap-cakap dengan baik dan lancar, karena kita ingat apa yang baru diucapkan Si A, apa yang baru dikatakan Si B, apa yang baru diocehkan Si C, dan seterusnya. Tanpa ingatan jangka pendek, kita akan kesulitan bercakap-cakap. Karena baru saja Si A ngomong sesuatu, kita sudah lupa. Percakapan tidak akan terjadi.
Setelah percakapan itu selesai, dan masing-masing kita berpisah, biasanya hal-hal yang dipercakapkan tadi akan hilang—persis seperti kerja RAM; begitu komputer dimatikan, semua yang tersimpan di dalamnya akan terhapus.
Tetapi, sama seperti komputer, bisa saja percakapan itu kita anggap penting, atau berkesan, sehingga otomatis kita memasukkannya ke dalam ingatan jangka panjang, tersimpan di sana, agar sewaktu-waktu bisa dipanggil atau diingat kembali.
Begitulah cara kita mengingat sesuatu, yang berlangsung dari waktu ke waktu, sejak kita masih kecil sampai saat ini. Ingatan-ingatan itu sebagian hanya tersimpan dalam memori jangka pendek—karena tidak penting, atau karena kita memang tidak ingin mengingatnya—lalu hilang seiring waktu. Sementara ingatan-ingatan lain tetap ada dalam memori, karena kita menyimpannya, hingga bisa terus mengingat dan menggunakannya kembali (dalam bentuk kenangan).
Kenangan jangka pendek biasanya mudah diingat, seperti percakapan dengan seseorang satu jam yang lalu. Sementara kenangan jangka panjang biasanya lebih sulit diingat. Hal itu serupa dengan ilustrasi RAM dan harddisk tadi.
RAM hanya menyimpan hasil kerja dalam jangka pendek. Kita mengetik sesuatu di MS Word, dan belum disimpan ke dalam harddisk, tapi dokumen yang sedang kita kerjakan itu sebenarnya telah tersimpan dalam RAM. Kalau kita mengkopinya ke halaman lain, misalnya, seketika itu juga bisa terjadi, karena adanya clipboard—ingatan jangka pendek yang dimiliki RAM.
Berbeda dengan hasil kerja yang tersimpan dan menumpuk di dalam harddisk. Ada banyak sekali dokumen yang tersimpan di dalam harddisk, dengan nama masing-masing. Semakin banyak dokumen yang tersimpan di sana, biasanya kita akan semakin kesulitan saat ingin mencari salah satu dokumen yang dituju. Kita harus mengingat-ingat dulu nama file/dokumen yang dulu kita pakai untuk menandainya.
Begitu pula dengan ingatan jangka panjang kita. Semua ingatan itu masih ada di dalam memori kita, betumpuk-tumpuk, jutaan banyaknya. Karenanya, ketika kita ingin mengingat sesuatu dari kejadian yang sudah cukup lama, ada kalanya kita kesulitan. Karena kita harus memilah-milah terlebih dulu di antara jutaan ingatan yang ada di kepala, dan biasanya kita butuh “pemicu” untuk bisa menemukan ingatan yang tepat—persis seperti nama file atau judul dokumen yang kita simpan di dalam harddisk. Begitu “pemicu”-nya muncul, kita akan langsung ingat.
Para psikolog kognitif menyetujui hal ini, bahwa ada dua sistem memori dalam otak manusia. Yaitu memori jangka pendek yang berisi informasi mengenai hal-hal yang sedang kita pikirkan, dengan segala detailnya; dan memori jangka panjang, yaitu memori yang akan kita ingat dalam waktu yang lama, yang dibentuk dari kehidupan dan pengalaman.
Kenapa memori jangka panjang lebih kabur atau tidak semendetail memori jangka pendek?
Saat kita bercakap-cakap dengan sekelompok orang, biasanya kita fokus pada isi percakapan. Karenanya, dalam jangka panjang, kita mungkin masih mengingat isi percakapan itu... tetapi kita tidak ingat siapa memakai baju apa, warna apa, dan lain-lain semacamnya. Karena otak kita cenderung fokus pada satu hal, dan mengabaikan detail-detail lain—meski bukan berarti semua orang pasti begitu.
Kebanyakan orang memang cenderung tidak (bisa) fokus pada semua hal dalam satu waktu, sehingga belakangan ingatan jangka panjang di memorinya juga akan kabur atau tidak lagi terlalu detail. Biasanya, ingatan jangka lama akan serupa potongan-potongan tertentu yang tidak lagi utuh. Tetapi, seperti yang disebut tadi, tidak semua orang pasti begitu. Kenyataannya ada orang-orang yang bisa mengingat semua hal dalam satu waktu, dan hasilnya ingatan mereka tetap utuh, meski sudah lama tersimpan.
Timothy F. Brady, ilmuwan saraf kognitif dari Massachusetts Intitute of Technology, pernah melakukan studi terkait hal ini, bersama koleganya. Dalam studi, mereka meminta sukarelawan untuk mengingat 3.000 gambar dari benda sehari-hari, yang hanya diperlihatkan dalam beberapa detik. Kemudian, mereka diminta untuk menyebutkan benda-benda tersebut satu per satu.
Hasilnya, para sukarelawan itu mampu menyebutkan benda-benda tersebut dengan ketepatan hingga 90 persen. Kenyataan itu menunjukkan bahwa memori jangka panjang dapat tersimpan hingga lama, dan tidak mengabur seperti yang diperkirakan sebagian orang. Selain itu, detail mengenai ingatan ini juga menunjukkan bahwa memori jangka panjang tetap bisa diingat hingga detailnya.
Kalau ingatan jangka panjang bisa disimpan dengan baik, bahkan bisa diingat kembali hingga detailnya, lalu kenapa kita bisa lupa?
Kembali ke harddisk. Sebesar apa pun kapasitas sebuah harddisk, ia tetap terbatas. Karenanya, pada waktu-waktu tertentu, kita menghapus dokumen-dokumen yang sudah tidak dibutuhkan, film-film yang tak lagi ditonton, atau musik-musik yang sudah tak pernah kita dengar, dan file-file lain yang memang sudah tak berguna. Tujuannya agar ada ruang di harddisk untuk menyimpan hal-hal penting lain yang ingin kita masukkan.
Hal serupa terjadi pada ingatan kita. Jika suatu ingatan sering kita gunakan, ingatan itu akan terus ada. Tetapi ingatan-ingatan yang tak lagi kita gunakan hingga lama, akan terhapus satu per satu. Ketika itu terjadi, kita pun lupa. Atau, bisa jadi, ingatan itu masih ada dalam memori, tapi kita butuh “pemicu” untuk mengingatnya kembali, akibat banyaknya ingatan yang telah tersimpan.
Meski kita dapat mengingat detail dari berbagai benda dan kejadian, kita biasanya tidak bisa begitu saja mengingat hal-hal yang kita mau dalam waktu cepat. Dengan melihat suatu benda yang berkaitan dengan ingatan kita, saat itulah ingatan kita terhadap benda tersebut bisa dibangkitkan kembali dengan akurat. Namun untuk mengingat suatu detail, otak kita harus lebih dulu mencari informasi tersebut.
Kenyataannya, manusia cenderung melupakan sesuatu, karena memang tidak terbiasa menghafal detail dari hal-hal yang sedang dikerjakan. Seperti pada contoh tadi. Ketika kita bercakap-cakap dengan sekelompok orang, kita hanya fokus pada isi percakapan, dan tidak ingat detail baju apa yang mereka kenakan, atau warna celana apa yang waktu itu mereka pakai.
Meski mungkin terdengar tidak sempurna, kenyataan semacam itu bisa jadi baik untuk kehidupan manusia. Selain dapat menggunakan ingatan dengan lebih baik—karena ada ingatan-ingatan lama yang terhapus untuk digantikan ingatan-ingatan baru—kemampuan ingat dan lupa juga membantu manusia untuk menjalani kehidupan dengan lebih baik. Setidaknya, kita tidak tersiksa oleh ingatan-ingatan tertentu yang telah hilang... yang memang ingin kita lupakan.
Hmm... ada yang mau menambahkan?