Mengapa Ada Orang yang Tidur Mendengkur?
https://www.belajarsampaimati.com/2020/05/mengapa-ada-orang-yang-tidur-mendengkur.html
Ilustrasi/fajar.co.id |
Sensor syaraf itu memiliki fungsi masing-masing, yaitu untuk menyaring, menghangatkan, menambah kelembapan, mengurangi kelembapan, dan untuk membaui udara yang masuk.
Mendengkur adalah kondisi bernapas dengan mulut ketika tidur, yang biasanya disebabkan karena terhalangnya jalan napas. Ketika bernapas lewat mulut, jaringan lembut pada langit-langit mulut dekat tenggorokan bergetar, karena udara melewatinya.
Selain itu, bibir, pipi, dan lubang hidung, juga ikut bergetar karena alasan sama. Hasilnya adalah suara dengkuran yang kadang berisik, yang terjadi karena udara melalui saluran napas yang sempit.
Dalam taraf tertentu, mendengkur dapat menjadi masalah karena mengganggu tidur orang lain, bahkan mengganggu si pendengkur. Dalam jangka panjang, mendengkur juga dapat berakibat tekanan darah tinggi, gangguan jantung, dan stroke. Penyebab mendengkur biasanya berhubungan dengan gaya hidup, meski juga terdapat alasan fisik lainnya.
Biasanya, orang yang mendengkur juga menderita sleep apnea, yaitu berhentinya jalan napas ketika tidur. Durasi berhentinya napas tersebut bervariasi, antara 10 detik atau lebih lama.
Pada waktu sleep apnea terjadi, karbondioksida dalam darah akan menumpuk. Otak akan mendeteksi adanya kekurangan oksigen, dan bereaksi dengan membangunkan tubuh agar napas normal kembali. Sleep apnea dapat terjadi beberapa kali dalam semalam, dan mengakibatkan tidur terputus atau terbangun karena alasan di atas.
Beberapa hal yang juga menjadi penyebab tidur mendengkur adalah usia, anatomi tubuh, posisi tidur, rokok, alkohol, dan obat-obatan, juga obesitas atau kelebihan berat badan.
Ketika kita mencapai usia sekitar 30 tahun, tenggorokan akan mulai menyempit, dan kekuatan otot tenggorokan mulai berkurang. Hal itu kemudian menyebabkan kita mudah terserang kebiasaan mendengkur. Pada usia lanjut, mendengkur juga sering terjadi karena kelelahan dalam bekerja.
Mendengkur lebih sering dialami pria daripada wanita, karena pria memiliki saluran udara yang lebih sempit dibanding wanita. Saluran napas yang sempit menyebabkan kesulitan dalam menghirup dan membuang napas, sehingga menyebabkan mendengkur. Selain itu, demam, polip, dan alergi, juga memperburuk dengkuran karena dapat menghambat jalan napas.
Umumnya, kita akan lebih mudah mendengkur jika tidur dalam posisi telentang. Hal itu terjadi karena mulut akan lebih cenderung terbuka, dan lidah menghalangi saluran pernapasan.
Kemudian, tidur telentang juga menyebabkan jaringan dan otot pada tenggorokan jadi rileks dan menutup jalan napas, sehingga menyebabkan mendengkur. Untuk mengatasinya, kita bisa mengubah posisi tidur dengan mencoba tidur miring.
Dalam hal mendengkur, perokok memiliki kemungkinan dua kali lebih besar dibanding bukan perokok. Racun dalam rokok menyebabkan saluran udara menyempit akibat peradangan yang terjadi ketika rokok diisap. Peradangan itu terjadi pada jaringan pernapasan, yaitu di dalam tenggorokan, dan menghasilkan selaput lendir tambahan.
Selaput lendir itu dapat menyebabkan pembuluh kecil dalam paru-paru tersumbat, dan menjadikan udara dari paru-paru lebih sulit keluar ketika tidur. Udara yang tersendat itulah yang kemudian menyebabkan dengkuran.
Selain rokok, alkohol dan obat-obatan juga memicu terjadinya dengkuran. Alkohol yang masuk ke dalam tubuh membuat otot-otot pada saluran udara jadi rileks. Pada waktu tidur, saluran udara yang rileks itu jadi terlalu rileks. Akibatnya, saluran udara akan beristirahat dan menyebabkan kinerjanya tidak maksimal, yang kemudian menyebabkan dengkuran.
Terakhir, mendengkur juga biasa dialami orang yang memiliki kelebihan berat badan. Meski pada dasarnya tidak ada hubungan pasti antara berat badan dan kebiasaan mendengkur, namun umumnya orang yang menderita obesitas lebih sering mendengkur ketika tidur.
Diperkirakan, jaringan lemak dan kurangnya otot memiliki kontribusi dalam hal itu. Dalam sebuah studi bahkan ditemukan bahwa suara dengkuran atau kebiasaan mendengkur akan berkurang, ketika orang menurunkan berat badannya ke kisaran ideal.
Sekadar catatan, meski bernapas lewat mulut (misalnya ketika mendengkur) menjadikan udara yang masuk ke tubuh kita lebih besar, namun bernapas lewat hidung tetap yang dianjurkan.
Hal itu disebabkan karena tidak adanya fungsi filter dalam mulut sebagaimana yang ada dalam hidung, sehingga kotoran lebih mudah masuk seiring terjadinya pernapasan lewat mulut. Bahkan pada waktu terserang flu dan hidung kita tersumbat pun, kita masih tetap dianjurkan bernapas lewat hidung, karena pentingnya fungsi filter yang ada dalam hidung.
Karena itu, meski dalam jangka pendek kebiasaan mendengkur mungkin tidak mendatangkan masalah yang layak dikhawatirkan, namun dalam jangka panjang kebiasaan itu cukup berbahaya. Sebuah studi bahkan menyebutkan kebiasaan mendengkur dapat mengakibatkan masalah seksual, memicu darah tinggi, gangguan jantung, stroke, hingga kehilangan daya ingat.
Hmm... ada yang mau menambahkan?