Kota-Kota Mana yang Paling Kotor di Dunia?
https://www.belajarsampaimati.com/2020/05/kota-kota-paling-kotor-di-dunia.html?m=0
Dhaka, Bangladesh/whitnessimage.com |
Meski air tidak sebersih dulu, Indonesia masih tergolong “bagus”, karena setidaknya penduduk negeri ini masih mampu mendapatkan air minum yang layak konsumsi, meski harus membeli. Hal berbeda terjadi di berbagai negara. Mereka menghadapi masalah air minum yang tak layak, sehingga terpaksa meminum air yang kotor. Bahkan air yang didapat dengan cara membeli pun tidak terjamin bersih, akibat langkanya air bersih.
Air kotor adalah masalah, tapi itu bukan satu-satunya masalah. Ada banyak tempat di dunia yang juga harus menghadapi masalah lain, dari polusi udara, sampah, limbah, sampai sistem sanitasi yang buruk. Berikut ini adalah kota-kota yang bisa dianggap paling kotor di dunia.
Port Harcourt, Nigeria
Nigeria mengalami masalah terkait sampah, akibat kebanyakan masyarakat di sana terbiasa membuang sampah ke sungai. Masalah sampah paling parah terjadi di Port Harcourt, salah satu kota di sana.
Selain sampah yang menumpuk di sungai, air bersih di sana juga tergenangi oleh tumpahan minyak yang mencemari, karena wilayah itu memang sering menjadi sarana lalu lintas pengangkutan minyak.
New Delhi, India
Tidak jauh beda dengan Port Harcourt di Nigeria, New Delhi juga menghadapi masalah sampah yang biasa dibuang ke sungai. Dampak pembuangan sampah ke sungai itu bahkan kemudian menciptakan berbagai masalah lain, termasuk pertumbuhan penyakit, limbah yang mengalir ke mana-mana, yang semuanya lalu terkait dengan tingginya angka kematian bayi di sana.
Maputo, Mozambik
Mozambik adalah negara yang terletak di Samudera Hindia, Afrika Timur. Negara ini mengalami masalah sanitasi dan pembuangan limbah, dan yang paling parah terjadi di Kota Maputo. Karena sistem sanitasi yang buruk, dan limbah yang tidak diolah atau tak dikendalikan, Maputo pun menjadi kota yang sangat kotor dan rentan penyakit.
Luanda, Angola
Luanda adalah kota pelabuhan yang ada di pantai Angola. Yang memprihatinkan di kota ini tidak hanya sampah yang tak terkendali, namun juga penduduknya terbiasa mengonsumsi air minum dengan kualitas sangat rendah atau tidak bersih.
Sebagian besar penduduk di Luanda tinggal di pemukiman yang disebut musseques, yaitu rumah-rumah yang dibangun di atas sampah yang mengeras. Air minum untuk pemukiman tersebut didatangkan melalui sebuah tangki milik perusahaan swasta, dan—berdasarkan studi yang dilakukan UNICEF, Oxfam, dan lainnya—air minum tersebut menunjukkan keberadaan kaporit dalam kadar tinggi.
Niamey, Niger
Niger adalah negara yang berpenduduk hanya sekitar 14 juta orang. Sayangnya, angka harapan hidup penduduk di sana tergolong sangat rendah, yaitu 35 tahun untuk pria dan 36 tahun untuk wanita.
Hal itu tak bisa dilepaskan dari kenyataan betapa negara itu sangat kotor, khususnya Niamey, ibu kota Niger. Kota itu menghadapi aneka masalah, dari sampah, limbah, sanitasi yang buruk, sampai air minum yang tak layak. Menurut WHO, satu dari empat anak yang dibesarkan di sana akan mati sebelum berusia 5 tahun.
Nouakchott, Mauritania
Mauritania adalah negara di Afrika utara, terletak di antara Senegal dan Sahara Barat. Ibu kota Mauritania, Nouakchott, terletak di pantai barat. Iklim di sana mirip gurun yang kering, sehingga air relatif sulit didapatkan.
Pengelolaan air tampaknya memang menjadi masalah penting di Nouakchott, sehingga kebanyakan penduduk di sana minum air yang tidak layak konsumsi.
Conakry, Republik Guinea
Conakry, ibu kota Republik Guinea menghadapi masalah air bersih. Akses terhadap air bersih sangat sulit didapatkan di kota ini, sehingga penduduk terpaksa meminum air kotor.
Hasilnya, angka harapan hidup di sana tergolong rendah, sementara angka kematian bayi begitu tinggi. Bank Dunia pernah berinisiatif melakukan penyediaan air dan sanitasi yang baik untuk Conakry, tapi upaya itu tampaknya tidak berhasil.
Lome, Togo
Lome adalah ibu kota negara Togo, yang terletak di dekat perbatasan barat daya Ghana. Masalah utama di Lome—juga di Togo umumnya—adalah air. Masyarakat di Lome sangat sulit mendapatkan air bersih, sehingga mereka bisa dibilang minum air dari mana saja. Masalah itu masih ditambah dengan problem sanitasi yang tidak memadai.
Pointe Noire, Kongo
Sekitar 70 persen penduduk Pointe Noire hidup di sepanjang jalur rel kereta api, dan fasilitas perumahan di sana sangat memprihatinkan. Tapi itu bukan masalah terbesarnya. Masalah terbesar di Pointe Noire adalah emisi kendaraan bermotor, limbah, dan pencemaran air. Tiga hal itu menjadikan Pointe Noire benar-benar sangat kotor.
Bamako, Mali
Bamako adalah ibu kota negara Mali, sekaligus salah satu kota terbesar di sana. Pertumbuhan penduduk di Bamako tergolong cepat. Itu pun masih ditambah dengan banyaknya pendatang dari desa yang melakukan migrasi akibat kekeringan yang melanda banyak desa.
Kondisi padatnya penduduk di Bamako menjadikan arus kendaraan di sana makin tak terkendali, dan hasilnya adalah polusi bercampur dengan sampah. Hal lain yang juga menjadi masalah di Bamako adalah sanitasi.
Ouagadougou, Burkina Faso
Ouagadougou, ibu kota Burkina Faso, dianggap sebagai kota yang tidak hanya sangat kotor, tapi juga tidak sehat. Studi yang dilakukan World Bank menemukan bahwa kanker dan tingkat penyakit pernapasan sangat tinggi di sana.
Hal itu tak bisa dilepaskan dari kenyataan tingginya tingkat polusi dan asap kendaraan di sana. Partikel debu di Ouagadougou juga diketahui tiga kali melebihi batas sehat yang ditetapkan WHO. Dengan kata lain, sangat kotor.
Moskow, Rusia
Moskow adalah kota yang ironis, karena di sini orang harus membayar mahal untuk aneka barang, termasuk penginapan atau apartemen, tapi sulit mendapatkan air bersih. Selain air yang tercemar, masalah lain yang dihadapi Moskow adalah polusi udara yang sangat tinggi.
Bangui, Republik Afrika Tengah
Bangui, ibu kota Republik Afrika Tengah, menghadapi masalah air dan sanitasi yang mirip dengan ibu kota negara-negara tetangganya. Populasi penduduk di sana meningkat cepat, tapi tidak diimbangi dengan pengelolaan limbah dan persediaan air bersih.
Dar es-Salaam, Tanzania
Dar es-Salaam, ibu kota Tanzania, terus tumbuh menjadi kota besar dengan banyak penduduk. Tapi itu tidak diiringi dengan sistem sanitasi yang baik dan pengelolaan limbah yang memadai. Sementara itu, aneka limbah yang masuk ke Sungai Msimbazi menjadikan sungai itu sangat kotor, dan menimbulkan berbagai penyakit menular.
Ndjamena, Chad
Ndjamena, ibu kota Chad, mengandalkan ekonominya pada perikanan. Tetapi, mereka tampaknya kesulitan menjaga air sungai dalam kondisi bersih. Sementara penduduk dari luar daerah semakin banyak yang memasuki Ndjamena, dan kota itu semakin padat, Ndjamena pun menghadapi masalah kebersihan air yang makin memprihatinkan.
Brazzaville, Kongo
Brazzaville adalah ibu kota Kongo, dan kota itu menghadapi masalah air minum yang tidak layak, air sungai yang kotor, sampai limbah yang mengalir ke mana-mana.
Almaty, Kazakhstan
Almaty adalah kota yang mengandalkan industri perminyakan. Proses industri tersebut menghasilkan limbah, tapi Almaty tampaknya tidak mampu mengelola limbah yang mereka hasilkan. Akibatnya, limbah industri mencemari lingkungan, mengotori air, hingga kota itu mengalami krisis lingkungan dan krisis kesehatan.
Baghdad, Irak
Sejak Agustus 2007 sampai Desember 2007, Baghdad dilanda wabah kolera. Hal itu dilatarbelakangi oleh kualitas air yang buruk, baik air minum maupun air yang mengalir di sungai atau di lingkungan lain.
Masalah itu telah dimulai sejak lama, tapi tampaknya belum terpecahkan sampai sekarang. United Nations Environment Programme (UNEP) bahkan mengatakan kalau Baghdad juga menghadapi masalah polusi udara.
Mumbai, India
Pemerintah India telah menyediakan bantuan sebesar 1 miliar dollar untuk Mumbai. Tujuannya adalah untuk menjadikan Mumbai sebagai kota yang modern, sekaligus untuk membereskan berbagai masalah yang melilit kota tersebut.
Di antaranya limbah yang mengalir ke mana-mana. Sayang, upaya itu tampaknya jalan di tempat, hingga masalah yang sama masih ada di sana.
Addis Ababa, Ethiopia
Addis Ababa adalah potret salah satu kota dengan masalah sanitasi terburuk di dunia. Ibu kota Ethiopia ini tidak mampu menjalankan sistem sanitasi yang memadai, dan hal itu menyebabkan tingginya angka kematian bayi, harapan hidup yang rendah, sementara penyakit menular mewabah.
Mexico City, Meksiko
Mexico City bukan hanya ibu kota Meksiko, kota tersebut juga dikenal sebagai “ibu kota polusi Amerika Utara”. Polusi, limbah, dan kekotoran lain, begitu mendominasi kota ini, sehingga dinyatakan sebagai kota yang tidak sehat.
Port au Prince, Haiti
Port au Prince adalah kota pelabuhan yang merupakan pusat ekonomi Haiti. Sekilas, mungkin terdengar bagus. Tapi kota ini menghadapi tiga masalah besar. Pertama adalah korupsi, kedua adalah kekerasan, dan ketiga adalah polusi. Air dan udara di sana benar-benar kotor dan buruk.
Antananarivo, Madagaskar
Madagaskar terletak di pantai tenggara Afrika, di Samudera Hindia. Antananarivo adalah ibu kota Madagaskar. Kota ini terkenal sebagai tempat flora dan fauna yang beragam.
Kekayaan alam itu, sayangnya, harus diperburuk oleh kondisi kota yang begitu memprihatinkan. Padatnya penduduk, limbah yang tak dikelola, sampai air kotor, menjadi pemandangan sehari-hari di sana.
Dhaka, Bangladesh
Ibu kota Bangladesh, Dhaka, terletak di Asia selatan, antara Burma dan India. Kota ini menghadapi masalah pencemaran air yang sangat parah. Sebegitu parah, hingga kita dapat melihat permukaan air sungai-sungai di sana seperti dilapisi kotoran.
Baku, Azerbaijan
Dikelilingi Iran, Georgia, Rusia, dan Armenia di Laut Kaspia, Azerbaijan adalah tempat industri minyak. Pusat indusrri ada di Baku, dan kota itu pula yang paling menanggung akibat dari industri tersebut, yaitu limbah, air yang tercemar, sekaligus polusi udara.
Hmm... ada yang mau menambahkan?