Apa yang Disebut Herd Immunity?
https://www.belajarsampaimati.com/2020/04/herd-immunity.html
Ilustrasi/science.com |
Adanya aturan menjaga jarak, atau diminta tidak keluar rumah, sampai karantina dan lockdown, adalah upaya-upaya untuk menghentikan penularan virus corona. Namun semua upaya itu tampaknya tidak atau belum efektif, karena nyatanya jumlah orang yang terjangkit corona semakin banyak, pasien di rumah sakit terus bertambah, dan total orang di dunia yang terkena virus ini sudah mencapai angka 1 juta lebih.
Tidak efektifnya aturan jarak sosial dan karantina, bisa jadi karena ketidakdisiplinan orang-orang yang tidak mau memenuhi aturan itu. Mereka tetap keluar rumah seenaknya, tetap berkerumun dengan banyak orang—dengan berbagai alasan dan kepentingan—sehingga penularan virus dari orang ke orang lain terus terjadi. Karena kenyataan itulah, lalu muncul ide herd immunity.
Jadi, apa itu herd immunity?
Secara harfiah, herd immunity bisa diartikan sebagai “kekebalan komunitas”. Sederhananya, jika dalam suatu komunitas ada banyak orang yang kebal atau imun terhadap suatu virus penyebab penyakit, maka komunitas itu tidak bisa lagi diserang oleh virus yang sama.
Virus apa pun, termasuk virus corona SARS-COV-2 yang saat ini mewabah di dunia, membutuhkan inang atau tempat tinggal untuk bertahan hidup. Dalam hal itu, virus menjadikan manusia atau hewan sebagai inang. Ketika virus masuk ke tubuh manusia, maka manusia bersangkutan akan terinfeksi, dan virus bertahan hidup di dalam tubuhnya. Sebaliknya, jika virus tidak bisa memasuki tubuh manusia, lama kelamaan akan mati sendiri, karena tidak mampu bertahan lama di udara terbuka.
Berdasarkan kenyataan itulah, ide herd immunity muncul. Teorinya sederhana; jika ada cukup banyak orang dalam suatu komunitas memiliki kekebalan terhadap suatu virus, maka virus tersebut akan hilang sendiri. Bahkan, herd immunity sebenarnya konsep yang penting dijalani, agar orang-orang yang sehat bisa melindungi orang lain di sekitar, yang imunnya tidak bagus atau yang tidak bisa menerima vaksin karena ada gangguan kesehatan tertentu.
Pertanyaannya kemudian, bagaimana cara agar orang-orang bisa kebal terhadap suatu virus? Setidaknya ada dua cara, yaitu melalui vaksin atau secara alami.
Jika vaksin untuk suatu virus penyebab penyakit memang sudah ditemukan, herd immunity bisa dibentuk melalui vaksin. Dengan memasukkan vaksin ke tubuh orang-orang, kekebalan akan terbentuk. Semakin banyak yang mendapat vaksin, semakin sulit pula suatu virus untuk berkembang, karena akan kesulitan mendapat inang untuk bertahan hidup. Hasil akhirnya, sebagaimana yang diinginkan, virus akan mati sendiri.
Sebagai contoh, kita bisa melihat penyakit campak. Sebelum vaksin campak ditemukan, banyak orang terjangkit campak, sebagian mereka bahkan tewas. Namun, ketika vaksin campak telah ditemukan, dan banyak orang yang menerimanya, kekebalan komunitas pun terbentuk. Sejak itu, kasus penyakit campak berkurang drastis, dan tingkat penyebarannya tidak sebanyak dulu. Kenyataan itu merupakan bukti herd immunity terhadap campak sudah terbentuk.
Kini, terkait wabah corona jenis baru, dunia masih menghadapi masalah dengan belum adanya vaksin yang bisa digunakan untuk membentuk kekebalan komunitas. Artinya, jika herd immunity memang akan dilakukan, ia harus dilakukan secara alami. Bagaimana caranya? Mungkin terdengar kejam, yakni membiarkan orang-orang di mana pun tertular virus corona... dan alam akan mengerjakan proses selanjutnya.
Ketika orang mendapat vaksin untuk suatu virus penyakit tertentu, tubuhnya akan membentuk antibodi atau pertahanan yang mencegah virus bersangkutan untuk kembali menginfeksi. Karena sekarang vaksin untuk virus corona baru belum ditemukan, proses itu terpaksa (harus) dilakukan secara alami. Yaitu membiarkan orang-orang terjangkit virus corona, dan menunggu tubuh mereka menciptakan antibodi sendiri.
Saat seseorang tertular virus corona, akan ada dua kemungkinan; ia sembuh, yang artinya tubuhnya mampu mengalahkan virus corona dan membentuk antibodi; atau ia mati, yang artinya tubuhnya tidak mampu mengalahkan virus corona dan tidak berhasil membentuk antibodi.
Jika—sekali lagi, jika—orang-orang semacam itu yang sembuh lebih banyak, lama kelamaan herd immunity akan terbentuk, karena akan semakin banyak orang yang terinfeksi dan sembuh, sehingga tubuhnya kini kebal pada virus yang sama.
Kunci penting dalam herd immunity secara alami adalah harus lebih banyak yang sembuh! Dan itu jelas seperti bermain dadu dengan alam, karena kita tidak bisa yakin hasil pastinya.
Lebih dari itu, kita juga menghadapi pertanyaan penting; jika herd immunity secara alami memang akan dilakukan, apakah hal itu sepadan dengan risiko kematian dan jumlah infeksi yang akan terjadi? Bagaimana pun, COVID-19 adalah penyakit baru. Saat penyakit ini muncul, belum pernah ada orang yang mengalaminya. Artinya, tidak/belum ada orang yang kebal terhadap penyakit ini.
Jika dunia yakin akan melakukan herd immunity terhadap COVID-19, setidaknya harus ada 60 persen populasi masyarakat yang perlu terinfeksi dan sembuh. Sekali lagi, harus lebih banyak yang sembuh! Jika ternyata banyak orang terinfeksi dan kemudian mati, herd immunity tidak akan tercapai, dan kematian akan terus dan terus dan terus akan terjadi... sampai setidaknya jumlah yang sembuh dan tetap hidup mencapai 60 persen!
Bahkan baru membayangkannya saja, kita mungkin sudah ngeri. Bayangkan saja bagaimana kacaunya dunia ketika sebagian besar orang terinfeksi virus corona bersamaan, di mana-mana, dan kita tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Saat itu terjadi, kesembuhan akan semakin sulit, dan jumlah kematian akan terus meningkat.
Di atas semua itu, herd immunity secara alami bukan proses sim salabim yang dapat terbentuk satu malam. Ia butuh proses bertahun-tahun. Karenanya, jika benar herd immunity akan diterapkan, karena ketiadaan vaksin, maka setidaknya sepertiga atau bahkan nyaris separo populasi bumi akan tewas... untuk membiarkan sisanya tetap hidup, dan membentuk kekebalan alami.
Kedengarannya kita telah berhadapan dengan Thanos.
Hmm... ada yang mau menambahkan?