Bagaimana Negara-Negara Eropa Merampas Tanah Bangsa Afrika?
https://www.belajarsampaimati.com/2020/04/eropa-merampas-tanah-afrika.html?m=0
Ilustrasi/wikipedia.org |
Bagaimanan hal itu bisa terjadi? Jawabannya adalah malapetaka.
Semula, bangsa Afrika bisa menahan penjajahan bangsa Eropa, hingga upaya invasi di benua Afrika tidak mudah. Tetapi, antara tahun 1888 dan 1897, muncul wabah tak terduga, berupa virus penyakit ternak (rinderpest) yang membunuh 90% ternak di Afrika.
Meski wabah yang disebabkan virus itu menyerang hewan ternak, namun dampaknya terjadi pada manusia—orang-orang Afrika. Masyarakat di kawasan Tanduk Afrika, Afrika Barat, dan Afrika Barat Daya, bergelimpangan tewas akibat wabah tersebut.
Hewan ternak memiliki posisi penting dalam kehidupan masyarakat Afrika. Selain menjadi bahan makanan, hewan ternak juga diandalkan untuk membajak ladang. Ketika hewan-hewan itu binasa akibat wabah virus, kawasan tanaman pangan ikut mati, dan masyarakat Afrika seketika dilanda wabah kelaparan.
Kehidupan sosial masyarakat Afrika di masa itu seketika berantakan, dan ada banyak warga yang mengungsi atau kabur meninggalkan daerah-daerah yang terdampak. Dalam waktu seketika, sebagian besar kawasan di Afrika kosong.
Kekosongan dan kekacauan itulah yang menjadikan negara-negara Eropa lebih mudah menjajah sebagian besar kawasan Afrika di akhir abad kesembilan belas. Penjajahan itu merupakan eksekusi yang telah direncanakan sejak beberapa tahun sebelum datangnya wabah.
Pada sebuah konferensi di Berlin tahun 1884-1885, sebanyak 14 negara Eropa—termasuk Inggris, Prancis, Jerman, Portugal, Belgia, dan Italia—menegosiasikan klaim mereka atas wilayah Afrika. Klaim atas tanah orang lain ini kemudian diformalkan dan dipetakan. Dampaknya, benua Afrika terguncang.
Kemudian, pada 1890-an, Italia menyerang Eritrea, dan lagi-lagi serangan itu dipermudah oleh wabah, kali ini wabah kelaparan di Ethiopia, yang menewaskan sepertiga populasinya.
Belakangan, sejarah PBB tentang Afrika menyebutkan bagaimana “penjajahan datang ke wilayah yang sudah mengalami kesengsaraan akibat krisis ekonomi dan segala dampak ikutannya.”
Hmm... ada yang mau menambahkan?