Kota-kota Mana yang Paling Unik di Dunia?
https://www.belajarsampaimati.com/2019/12/kota-kota-mana-yang-paling-unik-di-dunia.html
Whittier, Amerika Serikat/booking.com |
Sebegitu unik dan aneh, hingga kemungkinan besar jarang sekali diketahui orang. Bahkan mendengar nama-nama kota ini pun belum tentu. Yang jelas, kota-kota berikut ini benar-benar paling unik di dunia.
Busingen Am Hochrhein, Jerman
Secara administratif, Busingen Am Hochrhein adalah kota yang masuk wilayah Jerman. Tetapi, kota ini terletak di tengah wilayah Swiss. Busingen Am Hochrhein terpisah dari wilayah Jerman sejauh 700 meter, dan bisa dibilang lebih berdekatan dengan Swiss daripada dengan Jerman yang sebenarnya memiliki kota tersebut.
Karena letaknya yang lebih dekat dengan Swiss, Busingen Am Hochrhein pun lebih seperti kota milik Swiss daripada milik Jerman. Meski begitu, antara Jerman dan Swiss tidak pernah mempersoalkan hal tersebut, dan Swiss pun mengakui kalau Busingen Am Hochrhein adalah milik Jerman.
Terlepas dari hal itu, Busingen Am Hochrhein mendapat “berkah” tersendiri. Karena lokasinya yang unik, kota itu mendapatkan layanan umum dari dua negara sekaligus. Terkait kode pos, misalnya, Busingen Am Hochrhein mendapatkan kode pos Swiss (8238 Busingen) dan kode pos Jerman (78266 Busingen).
Selain kode pos, kode telepon di kota itu juga ada dua, satu untuk kode telepon dari Jerman (+49 7734), dan satu lagi kode telepon dari Swiss (+41 52).
Kedua kode pos atau kode telepon itu sama-sama bisa digunakan. Umpama orang mengirim surat ke suatu alamat di Busingen Am Hochrhein, surat itu akan sampai, terlepas menggunakan kode pos Jerman atau kode pos Swiss.
Begitu pula, warga Busingen Am Hochrhein bisa menelepon polisi dalam keadaan darurat, dari dua negara sekaligus. Sering kali, dalam keadaan seperti itu, polisi dari Swiss yang datang lebih dulu, karena jaraknya yang lebih dekat.
Asal usul unik kota Busingen Am Hochrhein telah dimulai sejak zaman dulu. Pada abad ke-14, kota itu berada di bawah kekuasaan Austria—bukan milik Swiss, juga bukan milik Jerman.
Setelah pemimpin di kota itu terbunuh oleh orang Swiss, Austria pun bersumpah tidak akan memberikan kota itu ke tangan Swiss. Akhirnya, Austria lebih memilih untuk memberikan kota tersebut kepada Jerman, yang tetap memilikinya hingga sekarang.
Whittier, Amerika Serikat
Whittier adalah kota yang ada di wilayah Alaska, Amerika Serikat. Yang unik, kota ini memiliki penduduk sekitar 200 orang, yang semuanya tinggal di tempat yang sama, yaitu di sebuah gedung 14 lantai, bernama Begich Tower.
Selain tinggal bersama di gedung itu, ada pula penduduk yang tinggal di mobil, di perahu, atau di bangunan-bangunan publik yang ada di sana. Yang jelas, semua penduduk di sana tidak memiliki rumah sendiri yang jelas.
Bagaimana kota unik semacam Whittier terbentuk? Sebenarnya, di masa lalu, kota itu didirikan sebagai barak tentara. Pada tahun 1965, Begich Tower dibangun di sana, yang ditujukan sebagai tempat tinggal para tentara selama ada di sana.
Namun, seiring perjalanan waktu, dan setelah wilayah itu kosong, ada banyak orang—khususnya yang tidak punya rumah—datang ke sana, dan menempati tempat serta gedung yang kosong. Lama-lama, jumlah penduduk si sana pun makin banyak.
Kini, sebagaimana umumnya kota, Whittier juga memiliki kantor pos, kantor polisi, toko, gereja, taman bermain, sampai pusat kesehatan. Yang jelas, semua penduduk di sana tinggal di gedung yang sama.
Tidak ada jalan raya menuju kota tersebut. Akses menuju ke Whittier hanya melalui laut, atau melewati terowongan satu arah, dengan jarak sekitar 4 kilometer. Terowongan itu memiliki gerbang yang dibuka dua kali setiap jam, yang memungkinkan mobil dapat berlalu lalang. Pada malam hari, terowongan itu tutup, dan baru buka pada pagi hari.
Saat musim panas, Kota Whittier mendapatkan sinar matahari sangat lama, hingga 22 jam. Sementara pada musim dingin, salju yang menumpuk di sana bisa mencapai ketebalan 6,35 meter.
Colma, Amerika Serikat
Di California, Amerika Serikat, ada sebuah kota bernama Colma. Yang unik dari kota ini adalah perbandingan antara orang yang hidup dan orang yang mati. Di kota itu, jumlah orang yang mati jauh lebih banyak dibanding yang masih hidup.
Rinciannya, Colma dihuni oleh 1.500 penduduk yang hidup, dan lebih dari 1,5 juta penduduk yang telah meninggal dunia.
Fenomena unik itu dimulai pada tahun 1849, ketika terjadi demam emas di San Francisco. Ribuan orang berdatangan ke San Francisco untuk menjadi penambang emas, dan ratusan di antara mereka ternyata membawa virus atau penyakit tertentu yang lalu menimbulkan kematian pada banyak orang lain.
Pada tahun 1880-an, sebanyak 26 komplek pemakaman di sana pun penuh, akibat banyaknya orang yang meninggal. Karena itu pula, pada akhir 1880-an, pemilik komplek pemakaman mulai membangun pemakaman di daerah selatan Colma, karena mudah dijangkau dari Kota San Francisco.
Pada bulan Maret 1900, pemerintah San Francisco melarang keberadaan pemakaman baru di kota mereka, karena harga tanah di sana terlalu berharga untuk dijadikan pemakaman. Karena itu pula, urusan pemakaman semakin masuk ke wilayah Colma, hingga orang-orang yang meninggal dari berbagai kota juga dimakamkan di Colma.
Hasilnya, 73 persen wilayah Colma merupakan pemakaman untuk orang meninggal, sementara sisanya adalah komplek hunian untuk orang-orang yang masih hidup.
Ordos, Cina
Ordos disebut-sebut sebagai kota mati terbesar di dunia. Semula, kota itu dibangun untuk mengakomodasi lebih dari 1 juta penduduk. Tetapi, ternyata, hanya 2 persen dari wilayah kota itu yang ditinggali, sementara sisanya—yang jauh lebih luas—perlahan-lahan hancur karena tidak pernah ditinggali.
Asal usul Ordos dimulai lebih dari 20 tahun yang lalu. Pada waktu itu, terjadi demam bisnis batubara besar-besaran di daerah tersebut. Karena hal tersebut, para investor pun berpikir bahwa orang-orang akan berdatangan ke sana, hidup di sana, dan itu artinya akan ada banyak orang yang membutuhkan tempat tinggal.
Maka para investor pun lalu membangun banyak proyek perumahan, dengan harapan laku keras. Tetapi, ternyata, permintaan yang terjadi tidak sebesar persediaan. Gara-gara itu pula, banyak investor yang bangkrut sebelum gedung selesai dibangun.
Saat ini, ada banyak tempat di Ordos yang hanya dipenuhi pemukiman yang belum jadi. Sementara bangunan-bangunan yang telah jadi juga jarang memiliki penghuni. Selain itu, penduduk yang telanjur tinggal di sana kemudian pergi satu per satu, karena suasana di sana yang terlalu sepi.
Di masa lalu, harga tanah di sana mencapai 1.000 dollar per meter. Kini, akibat tidak ada yang meminati, harga tanah di sana turun menjadi 470 dollar per meter. Karena kekosongan itu pula, pemerintah setempat menawari para sarjana yang baru lulus untuk tinggal di sana.
Jika ada yang bersedia tinggal di Ordos, pemerintah setempat akan membangun bisnis baru, menyediakan kantor, jaringan internet, dan beberapa fasilitas lain secara gratis.
The Asymmetric Warfare Training Center
The Asymmetric Warfare Training Center adalah kota yang sebenarnya bukan kota. Terletak di Virginia, Amerika Serikat, kota ini sebenarnya dibangun untuk latihan para tentara.
Karenanya, The Asymmetric Warfare Training Center adalah sarana latihan, namun dalam skala sesungguhnya—benar-benar seukuran kota. Meski begitu, di sana tidak ada penduduk atau penghuni, karena kota itu memang ditujukan untuk latihan militer.
Biasa disingkat AWTC, The Asymmetric Warfare Training Center benar-benar memiliki fasilitas kota yang lengkap, meliputi sekolah, tempat ibadah, stasiun kereta api, bahkan gedung bertingkat.
Ada pula pom bensin, bank, lapangan sepak bola, terowongan bawah tanah, serta jembatan. Intinya, kota itu benar-benar dibangun dan didesain sebagai sebuah kota utuh... tapi sebenarnya bukan kota.
Longyearbyen, Norwegia
Longyearbyen adalah kota di Norwegia yang memiliki peraturan aneh. Penduduk yang tinggal di sana dilarang meninggal dunia!
Asal usul peraturan aneh itu disebabkan letak dan kondisi Kota Longyearbyen yang merupakan tempat paling utara di dunia. Karena tempatnya di ujung utara, kota itu pun memiliki cuaca yang sangat dingin.
Sebegitu dingin cuaca di Longyearbyen, hingga orang yang dikubur di sana tidak akan membusuk, persis seperti daging ikan yang disimpan di antara es beku.
Yang menjadi masalah, jasad orang mati yang tidak membusuk dan tidak hancur itu dapat menimbulkan penyakit, karena mengandung bakteri yang berbahaya. Pada tahun 1917, Longyearbyen pernah mengalami wabah mematikan akibat hal tersebut.
Karena itu pula, kini Longyearbyen memberlakukan aturan ketat, yaitu warga di sana tidak boleh meninggal di Kota Longyearbyen. Jika ada orang yang sakit atau sekarat, harus segera diterbangkan ke kota lain, sebelum meninggal dunia. Kalau pun telah meninggal dunia, jenazah tidak boleh dikuburkan di wilayah Longyearbyen.
Selain peraturan aneh tersebut, yaitu melarang warganya meninggal dunia, pemerintah kota di sana juga mengizinkan penduduk membawa senjata api. Pasalnya, ada sekitar 3.000 beruang kutub yang hidup di lingkungan tersebut.
Sementara itu, kucing tidak diperbolehkan dipelihara di sana, karena dapat membahayakan populasi burung yang hidup di Longyearbyen.
Marloth Park, Afrika Selatan
Marloth Park adalah kota yang liar, dalam arti sesungguhnya. Kota yang ada di Afrika Selatan ini berada di dekat sebuah taman nasional, tempat hewan-hewan liar berkeliaran di sana.
Pemerintah setempat melarang pembangunan pagar di sekitar rumah penduduk. Satu-satunya pagar yang membatasi penduduk dengan taman nasional tersebut hanya pagar setinggi 1,2 meter.
Karena kenyataan itu, penduduk di sana pun akhirnya terbiasa hidup dengan hewan-hewan liar yang setiap hari berkeliaran di tengah kota.
Tidak hanya itu, hewan-hewan liar itu juga sering masuk ke rumah, berkeliaran di jalan raya, atau bahkan sampai memangsa manusia. Penduduk di sana tidak kaget saat mendapati baboon mengambil makanan di kulkas mereka, atau jerapah yang duduk di jalan raya, dan semacamnya.
Hallstatt, Cina
Sebenarnya, Hallstatt adalah sebuah kota di Austria, yang juga menjadi situs cagar budaya UNESCO. Entah karena mencintai kota itu atau karena alasan lain, Cina membangun Kota Hallstatt tiruan di negerinya sendiri, dan kota tiruan itu benar-benar tepat seperti aslinya!
Sudah sejak lama Cina diketahui sangat pintar dalam meniru barang apa pun, hingga memunculkan istilah KW (dalam istilah Indonesia), yang artinya barang tiruan tapi sangat mirip aslinya. Tampaknya, Hallstatt adalah barang KW buatan Cina yang paling spektakuler, karena ukurannya yang luar biasa.
Selain memiliki ukuran sama dengan kota aslinya, Hallstatt buatan Cina juga membangun jalan, menara, gereja, sampai rumah-rumah, dengan ukuran dan bentuk yang sama persis. Pembangunan kota tiruan itu didanai oleh seorang miliuner Cina, dan dibangun oleh Minmetals, salah satu pengembang terkenal di Cina. Sebelum membangun kota tiruan itu, Minmetals mengirimkan pegawainya untuk datang ke Kota Hallstatt yang asli di Austria, untuk mendapatkan foto-foto kota tersebut.
Kini, selain di Austria, Kota Hallstatt juga ada di Cina. Bedanya, Hallstatt di Austria adalah kota asli, sementara yang di Cina adalah kota tiruan. Bagaimana reaksi warga Austria atas ulah Cina tersebut? Mereka marah!
Hmm... ada yang mau menambahkan?