Mengapa Nia Ramadhani Tidak Bisa Mengupas Salak?

Mengapa Nia Ramadhani Tidak Bisa Mengupas Salak?
Ilustrasi/kanal247.com
Netizen Indonesia mendapatkan pengetahuan baru, dan pengetahuan baru itu adalah fakta bahwa Nia Ramadhani tidak bisa mengupas salak! Bagi sebagian kita, tampaknya, pengetahuan soal itu setara dengan pengetahuan tentang inti atom atau reaktor nuklir. Karena pentingnya pengetahuan itu pula, saya sampai menuliskannya di sini.

“Pengetahuan penting” itu berawal dari sebuah rekaman video yang sepertinya dibuat Ardi Bakrie, suami Nia Ramadhani, yang memperlihatkan Nia kesulitan saat diminta mengupas salak. Video itu lalu viral, dan bergentayangan di media sosial, lalu netizen Indonesia ramai membahasnya. Apa sih yang tidak dibahas oleh netizen di media sosial?

Sebagian orang heran, karena Nia Ramadhani tidak bisa mengupas salak. Dan keheranan itu bisa dimaklumi, karena nyatanya mengupas salak memang sangat mudah—bagi yang bisa dan biasa melakukannya. Dalam hal ini, Nia Ramadhani mungkin tidak biasa melakukan, atau bahkan memang belum pernah melakukannya. Jadi ketika diminta mengupas salak, dia pun kebingungan.

Mengapa Nia Ramadhani tidak bisa mengupas salak?

Ada dua jawaban ilmiah untuk pertanyaan itu. Pertama, karena kita terbiasa mengukur orang lain dengan diri sendiri.

Manusia punya banyak kecenderungan aneh, salah satunya mengukur orang lain dengan diri sendiri. Ada banyak dari kita yang heran ketika melihat orang lain tidak bisa melakukan sesuatu, padahal kita bisa melakukannya dengan mudah. Kita pun bertanya-tanya, “Kenapa melakukan hal sepele seperti ini saja tidak bisa?” Pertanyaan itu terlontar, karena kita mengukur orang lain dengan diri sendiri.

Padahal setiap orang punya kemampuan dan kapasitas masing-masing, dari kemampuan melakukan sesuatu sampai kapasitas memikirkan sesuatu.

Ada orang-orang, misalnya, yang heran ketika mengetahui temannya tidak bisa berenang. Keheranan semacam itu sebenarnya juga mengherankan, karena nyatanya manusia memang bukan ikan sapu-sapu. Manusia tidak lahir di dalam air, dan memang tidak hidup di air. Kalau manusia tidak bisa berenang, itu sangat wajar!

Berenang bukan kemampuan alami manusia, karena nyatanya manusia memang hidup di darat. Berenang adalah kemampuan yang dipelajari. Dan ketika mempelajari suatu keterampilan, setiap orang memiliki kemampuan—bahkan bakat—berbeda.

Ada yang begitu nyebur ke air langsung bisa berenang, ada yang butuh waktu berhari-hari, ada yang sampai sebulan baru bisa mengambang, ada pula yang tetap tidak bisa berenang meski telah lama belajar. Beberapa orang bahkan ada yang sama sekali tidak berani masuk ke air, hingga tidak pernah bisa berenang.

Ada banyak hal lain, selain berenang atau mengupas salak, yang bisa dilakukan sebagian kita, atau tidak bisa dilakukan sebagian kita. Dan itu sebenarnya wajar, karena tiap orang memiliki kemampuan, bakat, dan kapasitas masing-masing, serta hidup di lingkungan berbeda-beda. Anak petani salak tentu lebih mampu mengupas salak daripada, misalnya, anak penerbit buku.

Kita tidak bisa selalu mengukur orang lain dengan diri kita, sebagaimana kita juga tidak ingin orang lain melakukan hal sama.

Fenomena “ukur mengukur” ini sebenarnya juga aneh. Ketika melihat kekurangan orang lain—misal tidak bisa mengupas salak—banyak orang menggunakan dirinya sebagai ukuran. “Mosok ngupas salak wae ora iso?” Diri sendiri dijadikan ukuran.

Tetapi, anehnya, ketika melihat kelebihan orang lain—misal bisa masuk universitas terkenal dunia—banyak orang tidak mau menggunakan “cara pengukuran” serupa. Alih-alih bertanya kenapa kita tidak bisa seperti dia, sebagian kita malah enteng mengatakan, “Ah, dia bisa mencapai prestasi seperti itu karena punya privilese.”

Kenapa kita tidak menganggap ini aneh? Saat melihat kekurangan orang lain, kita menggunakan diri sendiri sebagai ukuran. Sebaliknya, saat melihat kelebihan orang lain, kita menggunakan cara pengukuran yang berbeda.

Tapi tidak apa-apa, karena kenyataan itu juga membuktikan bahwa masing-masing orang memang punya kemampuan dan kapasitas berbeda.

Jadi, itu jawaban ilmiah pertama, kenapa Nia Ramadhani tidak bisa mengupas salak. Jawaban ilmiah kedua... karena kita memang tidak sempurna, dan tidak dimaksudkan untuk sempurna.

Related

Hoeda's Note 3082427204006031871

Posting Komentar

  1. karena hal ini, aku pernah bikin quote

    "Kalo saya bisa, Anda belum tentu bisa." hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau qoute ala motivator, "Anda pasti bisa jika berpikir bisa." :smile:

      Hapus
    2. iya, karena emang mereka pengen jualan :D
      padahal kan, belum tentu orang bisa ngelakuin yang dia lakuin
      takdirnya juga beda

      Hapus

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item