Mengapa Kita Mengalami Mabuk Perjalanan?
https://www.belajarsampaimati.com/2015/02/mengapa-kita-mengalami-mabuk-dalam.html
Ilustrasi/tribunnews.com |
Untuk menjaga dan mengembalikan keseimbangan, otak mengumpulkan data dari berbagai sumber, termasuk penglihatan, sentuhan, dan telinga bagian dalam. Yang terakhir itu sangat penting, karena otak mendeteksi gerakan kaku (angular motion) dan gerakan linear.
Dalam banyak hal, semua input diterima. Ketika input tidak sesuai dengan situasi yang diharapkan otak, saat itulah terjadi mabuk atau rasa mual ingin muntah.
Orang yang biasanya tidak mabuk pun bisa jadi akan mengalami mabuk, jika membaca selama perjalanan. Kepala tiba-tiba pusing, dan perut menjadi mual. Ketika sedang ada di dalam mobil, misalnya, keadaan itu akan diinformasikan ke otak—melalui mata—bahwa kita sedang ada di dalam mobil.
Namun, ketika kecepatan mobil berubah atau memutar, sensor dalam telinga kita menangkap sesuatu yang berubah, dan hal itu diinformasikan ke otak. Sayangnya, otak membantah kenyataan itu, karena ia menerima sinyal dari mata.
Ketidakseimbangan informasi itulah yang mengakibatkan mabuk. Upaya untuk mengurangi efek mabuk semacam itu bisa dilakukan dengan cara melihat keluar jendela. Karenanya pula, pengemudi atau sopir jarang mabuk, karena dia memiliki sensor informasi yang pas, karena dialah yang mengontrol mobil, sehingga sensor yang dimiliki sopir siap dengan berbagai bentuk gerakan.
Selain mengurangi efek mabuk perjalanan darat, cara itu juga bisa diterapkan jika kita ingin bebas dari mabuk laut. Tetaplah berada di geladak kapal, sehingga bisa melihat cakrawala.
Dengan cara itu, sistem keseimbangan tubuh akan mempelajari bagaimana mengatasi gerakan kapal ketika kita mengalami guncangan. Hasilnya, kita pun tidak mabuk. Namun, dampaknya, tubuh kita masih bisa merasakan gerakan kapal untuk beberapa jam atau bahkan beberapa hari, meski telah naik ke darat.
Di angkasa, para astronot juga bisa mengalami mabuk. Berdasarkan data, mabuk di angkasa dialami oleh 70 persen astronot. Dalam keadaan tanpa bobot atau gravitasi mikro, kondisi dalam telinga tidak bisa menentukan posisi naik atau turun. Beberapa astronot atau kru mengatakan bahwa mereka terus menerus merasakan posisi mereka terbalik, meski orientasi mereka sudah benar.
Hmm… ada yang mau menambahkan?
Sangat jelas dan bermanfaat.
BalasHapusMakasih gan