Kisah Owen dan Mzee, Persahabatan Indah Dua Spesies
https://www.belajarsampaimati.com/2014/09/owen-dan-mzee-persahabatan-dua-spesies.html?m=0
Ilustrasi/honestaboutmyfaith.blog |
Pada waktu itulah Owen Saubion melihat pemandangan ganjil sekaligus mengenaskan di kawasan tepi pantai. Ia melihat bayi kuda nil yang masih berusia 1 tahun meringkuk lemas di batu karang. Kondisinya sangat memprihatinkan. Ia terjebak di antara gelombang laut dan derasnya air dari muara Sabaki River.
Setelah diberi perawatan secukupnya, kuda nil itu kemudian dibawa ke Haller Park dekat Mombasa, sebuah taman suaka margasatwa milik Lafarge Eco Systems East African Farm, pada 27 Desember 2006. Di suaka margasatwa Haller Park itulah kisah persahabatan unik antara dua hewan dimulai.
Bayi kuda nil itu diberi nama Owen, sesuai nama penyelamatnya. Petugas suaka menempatkannya di sebuah area untuk hewan-hewan kecil, karena Owen masih tergolong bayi.
Selain itu, jika Owen ditempatkan di lokasi untuk kawanan kuda nil, petugas perawat hewan khawatir ia akan diserang kawanan kuda nil lain yang tak mengenalnya. Karena kuda nil sangat agresif dan “fanatik” pada kawanannya, sehingga kuda nil asing bisa terancam bahaya.
Ketika pertama kali dilepas di sana, Owen masih bingung, mungkin karena harus menempati lingkungan baru. Namun setelah merasa sedikit nyaman, Owen langsung menatap dan tertarik pada seekor kura-kura bernama Mzee.
Mzee adalah spesies kura-kura Aldabran berusia 130 tahun, dengan berat 700 pon (320 kilogram). Dalam bahasa Swahili, Mzee berarti “Si Tua Bijaksana”. Kura-kura itu merupakan penghuni lama area yang dilengkapi kolam asri dan hutan buatan.
Ketika Owen pertama kali mendekati Mzee, kura-kura itu sama sekali tidak mempedulikannya. Namun hari demi hari Owen selalu mengikuti Mzee ke mana pun ia pergi. Sampai kemudian Owen berhasil mengambil hati Mzee. Seiring waktu dan kegigihan Owen mendekatinya, Mzee akhirnya menerima kehadiran kuda nil muda itu.
Berminggu-minggu kemudian keduanya sudah tampak akrab. Mzee seperti dianggap sebagai induk oleh Owen, sementara Mzee menganggap dirinya orangtua asuh bagi Owen. Mzee selalu menjaga Owen dengan kelembutan, sementara Owen selalu mematuhi dan senang bermain dengan Mzee.
Ikatan persahabatan mereka mengental bagai sebuah keluarga. Para perawat hewan di Haller Park bingung dengan tingkah dua hewan beda spesies itu, karena mereka bagaikan induk dan anak dari satu spesies yang sama.
Apa yang disantap Mzee juga disantap Owen, di mana Owen tidur di situ pasti ada Mzee. Mereka selalu bermain air di kolam bersama, makan bersama, tidur bersama, dan berjalan-jalan keliling area taman bersama-sama pula.
Satu tahun berlalu, dan kedua hewan beda spesies itu semakin lengket. Keduanya sudah tak terpisahkan lagi. Fenomena itu pun mengejutkan sejumlah besar ilmuwan. Bukan saja karena peristiwa seperti itu belum pernah terjadi, tetapi Owen dan Mzee juga telah mengembangkan “bahasa” mereka sendiri sebagai sistem komunikasi di antara keduanya.
Bahasa komunikasi lewat suara yang mereka gunakan itu sama sekali belum pernah ditemukan dalam kelompok kuda nil ataupun kura-kura Aldabran.
Suara dalam nada tertentu dari Mzee akan direspon oleh Owen secara tepat. Begitu pula sebaliknya, suara dalam nada tertentu dari Owen direspon Mzee secara tepat pula.
Selain itu, keduanya juga mengembangkan bahasa tubuh yang hanya mereka berdua pahami, seperti gigitan lembut, sentuhan, dorongan, dan belaian, yang masing-masing direspon sebagai suatu kode untuk melakukan sesuatu atau ungkapan kasih sayang di antara keduanya.
Keunikan persahabatan Owen dan Mzee pun menjadi fenomena. Tingkah laku dan komunikasi unik yang sama sekali baru dalam dunia zoologi itu membuat mereka menjadi selebritas dunia.
Sejumlah besar foto, film, dokumentasi, bahkan buku dan artikel mengulas teka-teki besar persahabatan mereka. Owen dan Mzee pun menjadi lambang cinta dan persahabatan yang tidak mengenal batasan fisik, ras, spesies, dan teritori.
Hmm… bagaimana menurutmu?