Negara-negara dengan UMR Tertinggi dan Terendah di Dunia

  Negara-negara dengan UMR Tertinggi dan Terendah
Ilustrasi/istimewa
Para buruh di DKI Jakarta pernah menuntut agar upah minimum dinaikkan menjadi Rp. 3,7 juta. Ketika tuntutan itu dilayangkan, besaran upah buruh di DKI Jakarta adalah Rp. 2,4 juta. Para buruh menganggap upah tersebut masih terlalu rendah, karena tidak sesuai dengan perhitungan kebutuhan hidup layak (KHL).

Dalam waktu nyaris bersamaan, tuntutan yang sama juga terjadi di Swiss. Para buruh di Swiss menuntut agar pemerintah menaikkan upah minimum mereka menjadi 22 franc (sekitar US$ 25 atau Rp. 250 ribu) per jam.

Menghadapi tuntutan itu, pemerintah Swiss dan para pengusaha mengingatkan bahwa permintaan itu bisa menghancurkan lapangan pekerjaan, menghantam pekerja dengan kemampuan rendah, dan sulit bagi anak muda untuk bersaing masuk dunia kerja.

Sementara Kementerian Ekonomi Swiss menyatakan, “Pengajuan upah minimum ini menjadi yang tertinggi di dunia.” Kenyataannya memang begitu. Jika tuntutan para pekerja di Swiss dipenuhi, maka para buruh di Swiss akan menjadi pekerja dengan upah tertinggi di dunia.

Sebenarnya, Swiss adalah negara kaya, dengan pertumbuhan ekonomi dan lapangan pekerjaan yang di atas rata-rata negara lain. Namun, meski begitu, kesenjangan sangat terlihat antara orang kaya dan miskin di Swiss. Sebanyak 20 persen orang kaya di Swiss memiliki pendapatan lima kali lipat lebih banyak dari 20 persen masyarakat dengan pendapatan terendah.

Berbeda dengan umumnya negara maju lainnya, Swiss tidak memiliki undang-undang yang mengatur soal upah minimum. Gaji buruh merupakan hasil negosiasi antara perusahaan dengan individu, sehingga bisa dibilang di Swiss tidak ada istilah UMR atau upah minium regional.

Nah, menyangkut UMR, negara manakah yang memiliki UMR tertinggi? Australia bisa dibilang sebagai negara dengan UMR tertinggi di dunia. Diikuti Prancis dan Selandia Baru, mereka menjadi tiga besar negara yang memberikan UMR tertinggi pada para pekerja. Sementara Sierra Leone, India, dan Afghanistan, dianggap sebagai tiga besar negara dengan UMR paling rendah. Berikut ini uraiannya.

Tiga besar negara dengan upah tertinggi

Australia

Upah minimum di Australia adalah US$ 16,88 per jam atau sekitar Rp 185.680. Upah sebesar itu diberikan kepada semua pekerja, meski pekerja baru, selama telah berusia di atas 18 tahun. Tingginya upah tersebut bisa dibilang 563 kali lebih besar dibandingkan upah minimum terendah, seperti di Sierra Leone. Karena kenyataan itu, Australia pun menjadi negara yang sering dituju para imigran sejak 1996.

Namun, tentu saja, tingginya upah biasanya berbanding lurus dengan biaya hidup. Kenyataannya, biaya hidup di Australia juga tergolong tinggi. Untuk menyewa satu kamar apartemen di pusat kota Sydney, misalnya, penduduk setempat harus membayar lebih dari US$ 2.000 per bulan.

Sementara harga barang-barang kebutuhan juga relatif tinggi. Sebagai ilustrasi, sebotol air di sana seharga US$ 2,30, dan sekarton susu seharga US$ 1,30.

Prancis

Di Prancis, para pekerja mendapat upah minimum sebesar US$ 12,09 per jam, atau sekitar Rp. 132.990. Pekerja tidak terampil di Prancis yang telah berumur di atas 18 tahun, akan mendapatkan setidaknya US$ 12,09 per jam.

Untuk pekerjaan penuh waktu selama 40 jam per minggu, seorang pekerja setidaknya akan memperoleh US$ 29.611 per tahun. Jumlah itu bisa dibilang 403 kali lebih banyak dari seorang pekerja di Sierra Leone.

Sama seperti di Australia, biaya hidup di Prancis juga tergolong mahal. Sebotol air di sana seharga US$ 2,80, sekarton susu seharga US$ 1,35, dan makan di restoran setidaknya harus mengeluarkan biaya US$ 16. Jika ingin menyewa satu kamar tidur apartemen di pusat kota Paris, biayanya sekitar US$ 1.550.

Selandia Baru

Selandia Baru bukan hanya negara yang indah, namun juga negara yang memberikan UMR tinggi untuk para pekerjanya. Di negeri itu, upah minimum setiap pekerja adalah US$ 11,18 per jam, atau setara Rp. 122.980.

Para pekerja yang telah berusia 18 tahun ke atas mendapatkan upah minimum sebesar itu, sementara pekerja paruh waktu (biasanya di bawah 18 tahun) mendapatkan upah sedikit lebih rendah, sekitar US$ 8,95 per jam.

Bahkan upah untuk para pekerja remaja di sana pun sudah jauh lebih besar—setidaknya 298 kali lebih besar—dari seorang pekerja di Sierra Leone. Sementara para pekerja purna waktu di Selandia Baru umumnya bisa menghasilkan gaji rata-rata tahunan US$ 23.252.

Pemasukan banyak, pengeluaran juga banyak. Fenomena itu juga terjadi di Selandia Baru. Sebotol air di sana seharga US$ 2,6, sekotak karton susu seharga US$ 2, sementara biaya sewa satu kamar apartemen di pusat kota mencapai US$ 1.100 per bulan. Jika ingin membangun rumah di sana, harga tanah per meter persegi mencapai US$ 3.300.

Tiga besar negara dengan upah terendah

Sierra Leone

Upah minimum di Sierra Leone hanya US$ 0,03 atau sekitar Rp. 330 per jam. Jumlah itu menjadi standar sejak 2013. Sebelumnya, upah di sana lebih rendah lagi. Karenanya, seorang pekerja di Sierra Leone hanya mendapat gaji bulanan sekitar US$ 6 atau terkadang lebih rendah.

Dengan penghasilan tahunan yang cuma US$ 60, tentunya para pekerja di Sierra Leone tidak bisa mengumpulkan terlalu banyak uang. Untungnya, biaya hidup di Sierra Leone tergolong rendah.

Sebotol air bersih dalam kemasan 10 liter hanya seharga kurang dari US$ 1, dan sepotong roti hanya seharga US$ 0,20. Selain itu, harga rumah di sana juga relatif murah. Untuk bisa memiliki sebuah rumah mewah, hanya diperlukan dana sekitar US$ 150.000.

India

Para pekerja di India mendapatkan upah sebesar US$ 0,28 atau sekitar Rp. 3.080 per jam. Karenanya, setiap pekerja bisa mendapatkan antara US$ 2 sampai US$ 3 per hari, atau sekitar US$ 700 per tahun.

Jumlah itu memang tidak terlalu banyak. Namun biaya hidup di India tergolong rendah. Sebotol air di sana seharga US$ 0,25, sekarton susu seharga US$ 0,50, dan selusin telur hanya seharga US$ 1. Sedang untuk sewa apartemen sekitar US$ 160 per bulan. Yang cukup mahal di India adalah harga tanah untuk perumahan, yaitu sekitar US$ 1.000 per meter persegi.

Afghanistan

Para pekerja purna waktu mendapatkan upah US$ 0,57 atau sekitar Rp. 6.270 per jam. Dalam setahun, seorang pekerja di Afghanistan mengumpulkan upah sekitar US$ 1.178. Jumlah itu tentu masih tergolong rendah.

Bagaimana dengan biaya hidup? Sekarton susu di Afghanistan harganya US$ 0,80, sementara sebotol air harganya US$ 0,74. Karenanya, bisa dibilang pekerja di Afghanistan harus bekerja selama satu jam untuk bisa menikmati segelas air atau sekarton susu. Sedang untuk makan di restoran yang murah umumnya menghabiskan biaya tidak lebih dari US$ 2.

Untuk sewa satu kamar tidur di apartemen, harganya US$ 250 per bulan. Sedangkan harga tanah di sana sekitar US$ 1.000 per meter persegi.

Hmm… ada yang mau menambahkan?

Related

Umum 6599246926240457031

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item