Negara Mana yang Terlibat Penjualan Organ Tubuh Manusia?
https://www.belajarsampaimati.com/2014/08/negara-mana-yang-terlibat-penjualan.html
Ilustrasi/telegraph.co.uk |
Moldova
Populasi penduduk Moldova hanya sejumlah tiga juta orang. Tetapi karena wilayah negara yang relatif kecil, populasi sesedikit itu harus menghadapi banyak masalah. Moldova mengalami tingkat kemiskinan yang parah, berbagai kasus perbudakan seks, hingga kejahatan pencurian organ tubuh manusia.
Yang mengerikan, pemerintah Moldova terkesan abai terhadap kejahatan mengerikan itu, hingga menimbulkan kecurigaan kalau pemerintah di sana ikut terlibat dalam usaha perdagangan organ tubuh manusia.
Ada geng atau kelompok kejahatan di Moldova yang khusus mengincar organ tubuh manusia. Dalam melakukan kejahatan, modus mereka adalah membius calon korban, kemudian membedahnya.
Tidak jarang, selama organ-organ tubuh yang diincar belum diambil, tubuh si korban akan disimpan dalam bak es agar “tetap segar”. Organ tubuh yang diincar para pencuri tersebut umumnya adalah ginjal, jantung, hati, dan paru-paru.
Para pelaku kejahatan mengerikan itu bagian dari kelompok geng yang behubungan dengan mafia penjualan organ tubuh nasional dan internasional. Setelah mereka berhasil mencuri organ-organ tubuh yang diinginkan dari korbannya, tubuh yang “tersisa” itu pun biasanya dibuang begitu saja di jalan-jalan yang terpencil dan sepi.
Cina
Pada 1984, pemerintah negara Cina memperkenalkan sebuah undang-undang baru, yang disebut “Undang-Undang Mengenai Pemanfaatan Mayat dan Organ Tubuh Mayat Tahanan yang Dieksekusi”. Melalui aturan tersebut, tubuh-tubuh manusia yang mati sebagai tahanan atau narapidana bisa dimanfaatkan organ-organnya untuk transplantasi.
Kenyataan itu menjadikan Cina sebagai “surga” tempat orang-orang mendapatkan organ apa pun yang dibutuhkan. Sejak undang-undang itu diumumkan, banyak orang yang datang ke Cina dan memesan organ tubuh tertentu di sana.
Bahkan, para dokter di sana bisa mengatakan berapa usia organ tubuh yang dipesan, sebelum organ tersebut ditransplantasikan. Jika umumnya orang harus menunggu donor organ sampai bertahun-tahun, di Cina hanya butuh waktu menunggu selama beberapa jam atau setidaknya beberapa hari.
Yang agak menakutkan, terdapat berita yang menyatakan bahwa di Cina ada rumah sakit yang melayani jual beli organ tubuh manusia. Organ-organ tubuh tersebut bisa didapatkan dengan kisaran harga US$ 10.000 sampai US$ 65.000, dan banyak pasien dari mancanegara yang berdatangan ke rumah sakit-rumah sakit di Cina untuk tujuan tersebut.
Pada 2007, pemerintah Cina menghentikan upaya rumah sakit yang menjual organ tubuh manusia, dan melarang pemberian organ kepada orang asing, serta agar mengutamakan pasien-pasien dari Cina sendiri. Meski begitu, hal tersebut tidak mengurangi perampasan organ yang diambil dari para tahanan tanpa ada persetujuan si pemilik sebelumnya.
Mesir
Sebuah laporan menyatakan bahwa setiap tahun ada 500 praktik transplantasi ginjal ilegal di Mesir. Namun, anehnya, setiap kali laporan semacam itu ditelusuri, hasilnya dinyatakan bahwa praktik-praktik transplantasi itu dilakukan melalui donor organ secara sah atau legal.
Kenyataannya, pemerintah Mesir tidak memiliki undang-undang atau peraturan khusus yang mencegah terjadinya tindakan pencurian atau penjualan organ tubuh manusia di negaranya.
Di kalangan luar negeri, santer beredar kabar bahwa banyak orang Mesir yang menjadi broker organ tubuh manusia. Mereka menyelundupkan aneka organ tubuh keluar-masuk Mesir, dari atau ke negara-negara Eropa, untuk tujuan bisnis. Yang mengkhawatirkan, hal itu tidak terlalu ditindaklanjuti oleh pemerintah Mesir, sehingga praktik itu bisa dibilang lancar-lancar saja.
Pakistan
Di luar masalah politik, isu SARA, dan berbagai masalah lain, Pakistan adalah negara miskin, dengan penduduk yang menjalani hari-hari dengan napas berat karena terlilit berbagai macam kekurangan.
Banyak penduduk Pakistan yang kesulitan mencari dan mendapatkan nafkah karena lapangan kerja yang sulit diperoleh. Satu-satunya “harta” yang sering kali diandalkan penduduk di sana adalah ginjal miliknya, yang rata-rata dihargai sebesar US$ 3.000.
Jadi, ketika kemiskinan dan kemelaratan semakin menghimpit, sementara nafkah semakin sulit didapatkan, penduduk Pakistan pun menempuh jalan itu—menjual ginjalnya untuk menyambung hidup. Dalam ukuran kemiskinan semacam di Pakistan, mendapatkan US$ 3.000 dengan menjual ginjal bisa dianggap menemukan harta karun. Kenyataannya, banyak warga Pakistan yang melakukan hal itu.
Menghadapi fenomena semacam itu, pemerintah Pakistan mengeluarkan undang-undang khusus pada 1994, menyangkut pelarangan penjualan organ tubuh. Tapi undang-undang itu hanya tinggal undang-undang. Himpitan kemiskinan sering kali menjadikan siapa pun berani melanggar aturan, demi bisa menyambung hidup.
India
Praktik jual beli organ tubuh manusia telah berlangsung di India, setidaknya selama lebih dari sepuluh tahun belakangan ini. Skandal paling memalukan sekaligus mengerikan adalah peristiwa yang terjadi pada tahun 2004.
Pada waktu itu, pihak kepolisian India mengungkap bahwa Komisi Otoritas Transplantasi—lembaga yang seharusnya bertugas mengawasi praktik jual beli organ—justru bekerjasama dengan para broker penjual organ.
Ketika kasus itu terkuak, pihak Komisi Otoritas Transplantasi menyatakan bahwa tindakan mereka yang bekerjasama dengan para makelar penjual organ karena bisa menyelamatkan jiwa orang lain, daripada jika melarang praktik tersebut.
Yang juga mengkhawatirkan, para broker organ itu umumnya orang-orang dari rumah sakit atau dokter. Amit Kumar, seorang dokter di India, ditangkap karena menjadi salah satu dokter yang terlibat dalam praktik mengerikan itu.
Ukraina
Ukraina tidak memiliki peraturan atau undang-undang yang jelas mengenai jual beli organ tubuh. Kenyataan itu dimanfaatkan orang-orang yang putus asa untuk menjual organ tubuh mereka. Karena dihimpit kemiskinan, banyak orang di Ukraina yang menjual organ tubuhnya demi mendapatkan uang.
Tapi masalahnya tidak sebatas itu. Karena praktik jual beli organ marak di sana—seiring tingginya permintaan—kasus pencurian organ tubuh pun ikut marak. Selain itu, banyak broker yang menjadi makelar penjualan organ.
Di Ukraina, satu organ ginjal rata-rata dihargai oleh broker sebesar US$ 2.000. Kemudian, oleh sang broker, ginjal itu dijual kembali ke orang yang membutuhkan seharga dua puluh kali lipat.
Mozambik
Mozambik diyakini sebagai salah satu negara yang menjadi pusat penjualan organ tubuh manusia, khususnya ginjal. Padahal, Mozambik memiliki undang-undang yang melarang penjualan organ tubuh manusia.
Meski begitu, pemerintah memberikan wewenang khusus kepada direktur medis rumah sakit dan ahli patologi, yang memungkinkan mereka untuk melakukan penggantian organ-organ tubuh manusia dari orang-orang atau tubuh yang tidak dikenal untuk kepentingan medis.
Hal itulah yang kemudian dipercaya sebagai latar belakang atau penyebab maraknya perdagangan organ tubuh di sana. Kenyataannya, wilayah Afrika Selatan telah terkenal dengan tingkat pembunuhan yang tinggi, terkait dengan perdagangan organ tubuh manusia.
Kosovo
Pada 1999, seusai terjadinya perang di Kosovo, ada tuduhan yang menyatakan bahwa Tentara Pembebasan Kosovo (KLA) telah menculik sekitar 400 rakyat Kosovo, sebagian besar berasal dari Serbia, dan mengambil organ-organ tubuh mereka sebelum dibunuh.
Tuduhan itu datang dari Carla del Ponte, jaksa mantan kepala Pengadilan Kriminal Internasional dari Bekas Yugoslavia. Namun, Carla del Ponte menyembunyikan informasi mengenai kejahatan perang tersebut selama bertahun-tahun, karena kurangnya bukti. Yang jelas, entah tuduhan itu benar atau tidak, Kosovo juga terkenal sebagai tempat perdagangan organ tubuh manusia.
Hmm… ada yang mau menambahkan?