Negara-negara dengan Kasus Perkosaan Tertinggi di Dunia
https://www.belajarsampaimati.com/2014/08/negara-dengan-kasus-perkosaan-tertinggi.html
Ilustrasi/perjalanandunia.com |
Di masa lampau, anggota pasukan yang memenangkan perang atau menaklukkan suatu wilayah melakukan perkosaan terhadap para wanita di daerah taklukan atau yang kalah perang.
Sejarah kelam menunjukkan bahwa setiap ekspansi (militer) untuk perluasan wilayah kerajaan/kekaisaran pada masa lalu selalu diwarnai perkosaan. Larangan mengenai perilaku itu baru muncul pada tahun 1385, dikeluarkan oleh Raja Richard II dari Inggris, yang lalu dikukuhkan pada tahun 1419 oleh Henry V.
Bisa dibilang, baru sejak itulah perilaku perkosaan dianggap sebagai suatu kejahatan, perbuatan kriminal, pelanggaran hukum, yang para pelakunya terancam hukuman berat.
Di masa sekarang, kejahatan perkosaan masih sering terjadi, meski tidak dalam masa perang. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak wanita menjadi korban perkosaan yang dilakukan oleh orang yang dikenal atau tak dikenal. Yang mengkhawatirkan, kecenderungan kejahatan terhadap wanita itu cenderung mengalami peningkatan, khususnya di beberapa negara.
Kasus pemerkosaan di India, misalnya, pernah menarik perhatian internasional, dan kasus itu menjadi awal pengungkapan mengenai tidak amannya India, khususnya bagi perempuan. Kenyataannya, India telah dianggap sebagai negara dengan tingkat kasus perkosaan tertinggi.
Tetapi yang menghadapi kasus mengerikan semacam itu bukan hanya India. Berikut ini negara-negara yang dinilai memiliki kasus perkosaan tertinggi di dunia.
Afrika Selatan
Setiap tahun, ada sekitar 200 ribu perempuan menjadi korban perkosaan di Afrika Selatan. Kenyataan itu menjadikan negeri ini sebagai neraka bagi kaum perempuan. Yang lebih mengerikan, para pelaku pemerkosan sering kali melakukannya sebagai “pembalasan dendam”, karena mengidap HIV/AIDS. Mereka sengaja memperkosa untuk menularkan atau menyebarkan penyakit yang dideritanya.
Karena latar belakang semacam itu, Afrika Selatan pun menjadi negara dengan laju pertumbuhan HIV/AIDS paling tinggi di dunia. Sepanjang 2009-2011 saja, ada sekitar 10 juta orang di sana yang menderita HIV/AIDS.
Somalia
Somalia adalah salah satu negara miskin di wilayah Afrika. Masalah terbesar negeri ini bukan hanya kemiskinan dan kelaparan, tapi juga korupsi, pemberontakan, perang saudara, sampai perkelahian antar suku. Di atas semuanya itu, kasus perkosaan juga terus terjadi di sana, nyaris setiap hari.
Para pegiat HAM dan religius yang beraktivitas di sana kerap merilis laporan yang menyebutkan bahwa Somalia adalah wilayah penculikan dan perkosaan, yang sering kali diikuti pembunuhan atau bunuh diri. Yang menyedihkan, kasus-kasus itu bisa dibilang tak tertangani dengan baik, hingga terus terjadi setiap hari.
Sudan
Dalam lima dekade terakhir, lebih dari 2 juta kasus perkosaan terjadi di Sudan. Seiring dengan itu, jutaan orang tewas, ratusan ribu orang menjadi pengungsi, dan Sudan telah menjelma menjadi negeri paling mengerikan di planet Bumi.
Tak jauh beda dengan Suriah, Somalia, Nigeria, atau Afghanistan, Sudan telah menjadi negara yang tidak aman, khususnya bagi perempuan.
Negara ini sudah kacau-balau, pemerintah tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik, sementara para pemberontak dan ekstrimis/radikalis terus merongrong negara. Seiring dengan itu, aneka macam kejahatan, kekerasan, pembunuhan, penculikan, hingga perkosaan massal, berlangsung nyaris tanpa henti.
India
Hindustan Time, koran India, menyebutkan bahwa setiap 14 jam terjadi satu tindak kekerasan seksual, termasuk perkosaan yang berujung pada pembunuhan. Statistik itu sudah cukup mengerikan. Yang lebih mengerikan, aparat kepolisian India tampaknya tidak terlalu peduli dengan kasus-kasus tersebut. Akibatnya, kejahatan perkosaan di India nyaris tak terbendung.
Ada banyak faktor penyebab tingginya kasus perkosaan di India—karena kejahatan tak terencana, karena sentimen SARA, sampai karena dendam akibat lamarannya ditolak.
Salah satu kasus yang sempat membuat India disorot dunia internasional adalah pemerkosaan massal terhadap seorang perempuan bernama Jyoti Singh Pandey, pada Desember 2012. Si korban tewas akibat kejahatan itu, dan bobroknya keamanan di India pun akhirnya terungkap ke dunia.
Kolombia
Kolombia menjadi sarang geng kejahatan yang bergerak dalam bisnis narkoba. Aktivitas geng-geng itu sering kali memicu timbulnya konflik kekerasan akibat perebutan lahan atau pun pengaruh. Karenanya, jalanan Kolombia bisa dibilang tidak aman, khususnya bagi perempuan. Siapa pun bisa terkena peluru nyasar, sementara kaum perempuan bisa menjadi korban perkosaan.
Kenyataannya, kasus perkosaan di Kolombia tergolong tinggi, sama tingginya dengan kasus-kasus kejahatan lain. Karena kenyataan itu pula, 9 dari 10 perempuan dewasa di Kolombia mengaku selalu membawa senjata (termasuk senjata api, senjata tajam, atau senjata lainnya) dengan tujuan melawan para penjahat yang akan memperkosa mereka.
Survei yang pernah dilakukan di Kolombia menyebutkan rata-rata perempuan di sana selalu ketakutan jika harus berjalan sendirian (misalnya pulang kerja) di malam hari.
Republik Demokratik Kongo
Sebuah laporan dari Jurnal Kesehatan Publik Amerika menyebutkan bahwa lebih dari 1.100 perempuan diperkosa setiap hari di negara Afrika Tengah itu.
Studi yang dirilis dalam laporan itu juga menyatakan bahwa lebih dari 400 ribu perempuan dan anak perempuan diperkosa di Kongo selama periode 12 bulan, sepanjang 2006 dan 2007. Jumlah itu jauh lebih tinggi dibandingkan yang pernah dinyatakan oleh PBB sebelumnya.
Karena kenyataan itu, para pejabat PBB pun menyebut Kongo sebagai “ibukota perkosaan dunia”, dan mengatakan bahwa atmosfir kebal hukum di negara itu telah memungkinkan tentara, pejuang pemberontak, dan warga sipil, untuk memperkosa perempuan dan anak-anak tanpa takut akan ditangkap.
Sebagai perbandingan, UNODC juga melakukan studi terhadap kasus perkosaan untuk mengetahui negara-negara yang memiliki kasus perkosaan tertinggi. Dalam studi ini, penelitian hanya terbatas pada 65 negara.
United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) adalah organisasi yang ditujukan melawan obat terlarang dan kejahatan internasional. Didirikan pada 1997 melalui merger antara United Nations Drug Control Programme dan The Centre for International Crime Prevention, UNODC beroperasi di seluruh wilayah dunia melalui jaringan yang luas dan kantor lapangan.
UNODC bergantung pada kontribusi sukarela, terutama dari pemerintah, untuk 90 persen anggarannya. UNODC adalah mandat untuk membantu negara-negara anggota dalam perjuangan melawan obat-obatan terlarang, kejahatan, dan terorisme.
Dalam studi yang dilakukan UNODC pada 2010, berikut ini daftar 65 negara beserta kasus perkosaan yang terjadi, yang didasarkan per 1.000 orang.
- Afrika Selatan, 1.19538 kasus per 1.000 orang.
- Seychelles, 0,788294 kasus per 1.000 orang.
- Australia, 0,777999 kasus per 1.000 orang.
- Montserrat, 0,749384 kasus per 1.000 orang.
- Kanada, 0,733089 kasus per 1.000 orang.
- Jamaika, 0,476608 kasus per 1.000 orang.
- Zimbabwe, 0,457775 kasus per 1.000 orang.
- Dominika, 0,34768 kasus per 1.000 orang.
- Amerika Serikat, 0,301318 kasus per 1.000 orang.
- Islandia, 0,246009 kasus per 1.000 orang.
- Papua Nugini, 0,233544 kasus per 1.000 orang.
- Selandia Baru, 0,213383 kasus per 1.000 orang.
- Inggris, 0,142172 kasus per 1.000 orang.
- Spanyol, 0,140403 kasus per 1.000 orang.
- Prancis, 0,139442 kasus per 1.000 orang.
- Korea Selatan, 0,12621 kasus per 1.000 orang.
- Meksiko, 0,122981 kasus per 1.000 orang.
- Norwegia, 0,120836 kasus per 1.000 orang.
- Kosta Rika, 0,118277 kasus per 1.000 orang.
- Venezuela 0,115507 kasus per 1.000 orang.
- Finlandia, 0,110856 kasus per 1.000 orang.
- Belanda, 0,100445 kasus per 1.000 orang.
- Denmark 0,0914948 kasus per 1.000 orang.
- Jerman, 0,0909731 kasus per 1.000 orang.
- Bulgaria, 0,0795973 kasus per 1.000 orang.
- Chili, 0,0782179 kasus per 1.000 orang.
- Thailand, 0,0626305 kasus per 1.000 orang.
- Kirgizstan, 0,0623785 kasus per 1.000 orang.
- Polandia, 0,062218 kasus per 1.000 orang.
- Sri Lanka, 0,0599053 kasus per 1.000 orang.
- Hungaria, 0,0588588 kasus per 1.000 orang.
- Estonia, 0,0547637 kasus per 1.000 orang.
- Irlandia, 0,0542829 kasus per 1.000 orang.
- Swiss, 0,0539458 kasus per 1.000 orang.
- Belarus, 0,0514563 kasus per 1.000 orang.
- Uruguay, 0,0512295 kasus per 1.000 orang.
- Lithuania, 0,0508757 kasus per 1.000 orang.
- Malaysia, 0,0505156 kasus per 1.000 orang.
- Rumania, 0,0497089 kasus per 1.000 orang.
- Republik Ceko, 0,0488234 kasus per 1.000 orang.
- Rusia, 0,0486543 kasus per 1.000 orang.
- Latvia, 0,0454148 kasus per 1.000 orang.
- Moldova, 0,0448934 kasus per 1.000 orang.
- Kolombia, 0,0433254 kasus per 1.000 orang.
- Slovenia, 0,0427648 kasus per 1.000 orang.
- Italia, 0,0402045 kasus per 1.000 orang.
- Portugal, 0,0364376 kasus per 1.000 orang.
- Tunisia, 0,0331514 kasus per 1.000 orang.
- Zambia, 0,0266383 kasus per 1.000 orang.
- Ukraina, 0,0244909 kasus per 1.000 orang.
- Slovakia, 0,0237525 kasus per 1.000 orang.
- Mauritius, 0,0219334 kasus per 1.000 orang.
- Turki, 0,0180876 kasus per 1.000 orang.
- Jepang, 0,017737 kasus per 1.000 orang.
- Hong Kong, 0,0150746 kasus per 1.000 orang.
- India, 0,0143187 kasus per 1.000 orang.
- Qatar, 0,0139042 kasus per 1.000 orang.
- Makedonia, 0,0132029 kasus per 1.000 orang.
- Yunani, 0,0106862 kasus per 1.000 orang.
- Georgia, 0,0100492 kasus per 1.000 orang.
- Armenia, 0,00938652 kasus per 1.000 orang.
- Indonesia, 0,00567003 kasus per 1.000 orang.
- Yaman, 0,0038597 kasus per 1.000 orang.
- Azerbaijan, 0,00379171 kasus per 1.000 orang.
- Saudi Arabia, 0,00329321 kasus per 1.000 orang.
Hmm… ada yang mau menambahkan?