Bagaimana Organ Tubuh Manusia Diperjualbelikan?
https://www.belajarsampaimati.com/2014/08/bagaimana-organ-tubuh-manusia.html
Ilustrasi/istimewa |
Pakistan dan Cina menjadi negara tujuan, karena di dua negara tersebut banyak tersedia organ yang dapat digunakan siapa pun yang membutuhkan. Tidak pernah jelas dari mana organ-organ itu diperoleh.
Selain Pakistan dan Cina, Afrika Selatan juga pernah menghadapi kasus yang sama. Durban, salah satu kota di Afrika Selatan, pernah menjadi pusat transplantasi bagi turis-turis kaya dari Israel, Amerika, Inggris, dan Saudi Arabia, yang ingin melakukan transplantasi organ.
Di India, kasus semacam itu juga pernah menjadi skandal nasional, ketika sebuah biro menyediakan “paket wisata transplantasi” bagi para wisatawan yang ingin mendapatkan organ tubuh tertentu. Skandal itu kemudian menyeret seorang dokter bernama Amit Kumar, yang dituduh menyediakan organ tubuh secara ilegal demi melayani permintaan para klien kaya yang membutuhkan transplantasi organ.
“Paket wisata” itu pun mengenakan biaya yang sangat mahal, sehingga memicu berbagai spekulasi adanya bisnis jual-beli organ.
Kenyataannya, penjualan organ manusia telah memiliki jaringan internasional yang teratur dan rapi, meski keberadaannya tidak terang-terangan, karena hal semacam itu tergolong ilegal. Permintaan organ tubuh manusia dari waktu ke waktu bisa dibilang terus naik, sementara persediaan sangat sulit didapatkan.
Masyarakat miskin adalah pihak yang sering tergoda menjual organ tubuhnya, salah satunya ginjal, di pasar gelap. Orang miskin menjual organ tubuhnya karena tergiur harga yang fantastis.
Dalam beberapa kasus, pendonor (yang menjual organ) direkrut dan diterbangkan ke negara lain untuk diambil organnya di ruang operasi. Pada tahun 2003, ditemukan jaringan penjual-beli ginjal ilegal di Afrika Selatan. Para pendonor yang direkrut kebanyakan berasal dari pemukiman kumuh di Brazil, dan diterbangkan ke Afrika Selatan untuk diambil organnya.
Kompensasi atau ganti rugi yang diberikan antara US$ 6.000 sampai US$ 10.000 atau sekitar Rp. 60 juta sampai Rp. 100 juta. Sementara para broker di Afrika Selatan mampu menjual organ tersebut hingga mencapai US$ 100.000 atau sekitar Rp. 1 miliar.
Hmm… ada yang mau menambahkan?