Bagaimana Hubungan IQ Rata-rata Penduduk dengan Prestasi Negara?
https://www.belajarsampaimati.com/2014/08/bagaimana-hubungan-iq-rata-rata.html
Ilustrasi/dreamstale.com |
Keyakinan itu kemudian dipatahkan oleh temuan baru yang disebut EQ atau Emotional Quotient. Jika IQ menitikberatkan pada kadar kepintaran atau kemampuan otak, EQ lebih menitikberatkan pada kemampuan berhubungan dengan orang lain atau kecakapan dalam berkomunikasi dan berinteraksi.
Dalam temuan baru tersebut terungkap bahwa tingginya IQ bukan jaminan pasti seseorang akan lebih mudah meraih kesuksesan, karena—dalam praktik—prestasi dan kesuksesan tidak bisa dicapai hanya dengan mengandalkan IQ semata.
Seseorang yang memiliki IQ tinggi bisa saja kalah ketika bersaing dengan orang lain yang memiliki IQ relatif rendah namun memiliki EQ tinggi. Kenyataan itu seperti membuka mata banyak orang yang sebelumnya terfokus pada keunggulan otak semata, tanpa mengimbanginya dengan kemampuan berinteraksi sosial.
Tetapi, bagaimana pun, IQ tetap penting dan memiliki peran besar dalam membantu seseorang meraih prestasi dan kesuksesan. Karena, kemampuan berhubungan dengan orang lain semata yang tidak ditunjang kecakapan otak mumpuni juga hanya menghasilkan hubungan tanpa prestasi.
Orang yang pintar berinteraksi dengan orang lain tapi otaknya kosong juga sulit mencapai kesuksesan. Bahkan, dalam kasus tertentu, banyak perusahaan yang lebih memilih orang genius meski terkesan antiosial, daripada orang yang ramah dan murah senyum tapi bodoh.
Lalu bagaimana hubungan rata-rata IQ penduduk suatu negara dengan prestasi negara bersangkutan? Jika seseorang yang memiliki IQ tinggi diperkirakan lebih mampu mencapai prestasi pribadi, mungkinkah negara yang rata-rata penduduknya ber-IQ tinggi juga lebih mampu mencapai prestasi yang sama?
Ada penelitian menarik yang dilakukan oleh Dr. Richard Lynn dan Dr. Tatu Vanhanen. Dr. Richard Lynn adalah Professor Emeritus of Psychology di University of Ulster, Irlandia Utara, sedangkan Dr. Tatu Vanhanen adalah Professor Emeritus of Political Science di University of Tampere, Finlandia.
Mereka berdua melakukan penelitian terhadap negara-negara di dunia untuk mengetahui korelasi antara tingginya rata-rata IQ penduduk dengan tingkat prestasi negaranya.
Hasil penelitian mereka kemudian dibukukan dengan judul IQ and the Wealth of Nations, yang terbit pada tahun 2002. Di dalam buku itu diungkapkan bahwa perbedaan pendapatan nasional (dalam bentuk PDB per kapita) berhubungan dengan IQ rata-rata negara bersangkutan.
Hal itu ditafsirkan sebagai pentingnya IQ dalam sumbangan kekayaan nasional dan pertumbuhan ekonomi, meski IQ bukan satu-satunya faktor penentu.
Buku itu juga menyimpulkan bahwa PDB rendah dapat menyebabkan IQ rendah, dan IQ rendah dapat menyebabkan PDB rendah. Karenanya, Dr. Richard Lynn dan Dr. Tatu Vanhanen menyatakan bahwa negara-negara kaya memiliki tanggung jawab membantu negara-negara miskin, sebagaimana orang kaya memiliki tanggung jawab membantu orang miskin.
Meski begitu, dalam beberapa kasus, PDB tidak berhubungan dengan IQ, karena adanya faktor sumber daya alam. Misalnya Qatar, yang IQ rata-rata penduduknya diperkirakan 82, namun memiliki PDB tinggi yang mencapai US$ 17.000.
Hal itu terjadi karena Qatar memiliki sumber minyak yang kaya. Contoh lain adalah Botswana dengan tambang intannya. Meski penduduk Botswana diperkirakan hanya memiliki rata-rata IQ 72, namun mereka memiliki PDB yang tinggi karena sumber alam yang kaya.
Hmm… ada yang mau menambahkan?