Pasangan Lebih Suka Menang Saat Bertengkar, daripada Minta Maaf
https://www.belajarsampaimati.com/2014/07/pasangan-lebih-suka-menang-saat.html
Ilustrasi/halodoc.com |
Sungguh mengherankan menyaksikan permintaan maaf semakin sulit dinyatakan, bahkan oleh pasangan yang hidup seatap. Entah kenyataan ini hanya terjadi di sebagian masyarakat atau melanda banyak pasangan di seluruh dunia, tampaknya kita perlu prihatin mendapati bahwa orang semakin tinggi hati untuk minta maaf, bahkan pada pasangannya sendiri.
Tim peneliti dari Baylor University melakukan studi dengan mewawancarai 455 pasangan menikah, dan bertanya tentang solusi yang ideal bagi mereka dalam menangani pertengkaran. Semula, para peneliti menduga bahwa para pasangan itu akan menganggap permintaan maaf sebagai solusi terbaik. Ternyata tidak. Mereka yang diwawancarai itu menyebutkan bahwa permintaan maaf tidak menjadi keinginan besar mereka, melainkan siapa pemenang dalam pertengkaran itulah yang menjadi akhir penyelesaian sebuah konflik.
Pernyataan itu secara tidak langsung menunjukkan bahwa siapa benar dan siapa salah dianggap lebih penting ketika pasangan bertengkar, daripada mengakhiri konflik dengan permintaan maaf untuk menyelesaikan argumentasi. Setelah memenangkan adu argumentasi, hal berikutnya yang diinginkan pasangan saat bertengkar adalah menghentikan perilaku permusuhan, berkomunikasi lebih sering, dan memberikan kasih sayang yang ditunjukkan.
Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Social and Clinical Psychology ini juga menyebutkan mereka yang diwawancarai itu juga mengaku bahwa seusai bertengkar biasanya mereka akan memilih membisu, hingga akhirnya salah satu dari mereka membuka suara dan berinisiatif memulai perbincangan. Namun, permintaan maaf tetap berada pada peringkat paling akhir.
Keith Sanford, profesor psikologi dan ilmu syaraf di Baylor University, menyatakan, “Hal-hal yang diinginkan pasangan satu sama lain selama konflik akan tergantung pada masalah yang mendasarinya, dan cara untuk menyelesaikan konflik itu. Mereka mungkin perlu menggunakan taktik yang berbeda untuk mengatasi masalah di antara mereka.”
Hmm… bagaimana menurutmu?
Tim peneliti dari Baylor University melakukan studi dengan mewawancarai 455 pasangan menikah, dan bertanya tentang solusi yang ideal bagi mereka dalam menangani pertengkaran. Semula, para peneliti menduga bahwa para pasangan itu akan menganggap permintaan maaf sebagai solusi terbaik. Ternyata tidak. Mereka yang diwawancarai itu menyebutkan bahwa permintaan maaf tidak menjadi keinginan besar mereka, melainkan siapa pemenang dalam pertengkaran itulah yang menjadi akhir penyelesaian sebuah konflik.
Pernyataan itu secara tidak langsung menunjukkan bahwa siapa benar dan siapa salah dianggap lebih penting ketika pasangan bertengkar, daripada mengakhiri konflik dengan permintaan maaf untuk menyelesaikan argumentasi. Setelah memenangkan adu argumentasi, hal berikutnya yang diinginkan pasangan saat bertengkar adalah menghentikan perilaku permusuhan, berkomunikasi lebih sering, dan memberikan kasih sayang yang ditunjukkan.
Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Social and Clinical Psychology ini juga menyebutkan mereka yang diwawancarai itu juga mengaku bahwa seusai bertengkar biasanya mereka akan memilih membisu, hingga akhirnya salah satu dari mereka membuka suara dan berinisiatif memulai perbincangan. Namun, permintaan maaf tetap berada pada peringkat paling akhir.
Keith Sanford, profesor psikologi dan ilmu syaraf di Baylor University, menyatakan, “Hal-hal yang diinginkan pasangan satu sama lain selama konflik akan tergantung pada masalah yang mendasarinya, dan cara untuk menyelesaikan konflik itu. Mereka mungkin perlu menggunakan taktik yang berbeda untuk mengatasi masalah di antara mereka.”
Hmm… bagaimana menurutmu?