Negara-negara yang Selamat dari Krisis Ekonomi Global
https://www.belajarsampaimati.com/2014/07/negara-negara-yang-selamat-dari-krisis.html
Ilustrasi/worldatlas.com |
Yang terkena imbas krisis ekonomi global bisa dibilang semua bidang kehidupan. Namun, yang paling tampak gejalanya adalah bidang ekonomi, dari yang terkecil hingga yang terbesar.
Ketika krisis ekonomi global terjadi, misalnya pada 2007-2008, yang terkena dampaknya tidak hanya negara-negara kecil atau negara berkembang, karena negara maju pun mendapat hantaman serupa.
Amerika Serikat, misalnya, yang memegang kendali ekonomi pasar dunia, juga mengalami keruntuhan dalam sektor ekonominya. Peristiwa itu bahkan mengakibatkan robohnya perusahaan keuangan dan bank-bank besar di sana.
Bangkrutnya perusahaan Lehman Brothers menjadi contoh bagaimana krisis dan hancurnya perusahaan itu mengguncang bursa saham di seluruh dunia. Bursa saham di kawasan Asia seperti di Jepang, Hong Kong, Cina, Australia, Singapura, India, dan lainnya, juga mengalami penurunan drastis antara 7 sampai 10 persen.
Termasuk bursa saham di kawasan Timur Tengah, Rusia, Eropa, Amerika Selatan, dan Amerika Utara. Di AS sendiri, para investor di bursa Wall Street mengalami kerugian besar.
Krisis ekonomi global yang terjadi pada 2007-2008 bisa dibilang masih menyisakan efeknya sampai sekarang, dan telah membuat banyak negara hampir bangkrut. Resesi itu juga meruntuhkan banyak institusi finansial besar di berbagai negara, bank-bank terpaksa menggelontorkan dana talangan (bail out), serta ambruknya pasar saham.
Di beberapa negara, sektor perumahan anjlok, berbagai usaha tutup, akibat turunnya daya beli dan jumlah pengangguran yang meningkat tinggi.
Berbagai negara harus jatuh bangun menghadapi krisis, seiring perjuangan mereka menutupi utang yang membengkak. Secara sosial, krisis ekonomi global memicu berbagai kerusuhan sosial karena pengangguran terjadi di mana-mana akibat pemutusan hubungan kerja.
Di tengah carut marut runtuhnya dunia ekonomi akibat diterjang badai krisis, masih ada beberapa negara yang mampu bertahan secara stabil, bahkan perlahan-lahan mulai dapat meningkatkan perekonomiannya.
Foreign Policy, jurnal ekonomi dan politik yang terbit di AS, merilis daftar beberapa negara di dunia yang dianggap mampu bertahan dari badai krisis, bahkan dapat mulai membenahi ekonominya hingga lebih baik. Yang mengejutkan, Indonesia termasuk di antara negara-negara tersebut. Berikut ini uraiannya.
Korea Selatan
Dibanding negara-negara lain yang sama-sama dihantam resesi 2009, Korea Selatan menjadi negara pertama yang mampu bangkit dan memulihkan diri. Pendapatan masyarakat negara itu bahkan meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Sementara Fitch, lembaga pemeringkat utang, menyebut Korea Selatan sebagai negara yang sangat menjanjikan bagi para investor.
Kebangkitan hingga kemajuan Korea Selatan seusai dihantam krisis ekonomi dunia tidak bisa dilepaskan dari peran penting Presiden Lee Myung-bak yang bermimpi menjadikan negara itu sebagai negara kelas satu.
Untuk mewujudkan mimpinya, Lee Myung-bak menggenjot negaranya dengan cara meningkatkan riset, pengembangan, serta inovasi, dari 3,4 persen menjadi 5 persen dengan bantuan subsidi pemerintah. Hasilnya, beberapa perusahaan seperti Samsung, Kia, dan Hyundai, mampu mendapatkan banyak keuntungan ketika yang lainnya terpuruk.
Polandia
Di masa lalu, Polandia dianggap sebagai negara paling tidak menjanjikan di Eropa timur, tertinggal jauh dari Republik Ceko dan Slovenia. Namun, krisis global seolah menjadi berkah tersendiri bagi Polandia. Ekonomi negara itu meningkat 15,8 persen pada 2008 dan 2011, ketika ekonomi dunia, khususnya Eropa, turun hingga setengahnya.
Prestasi itu mampu dihasilkan berkat kebijakan fiskal dan keuangan Polandia yang hebat, tingkat utang yang rendah, dan pasar yang luas bagi konsumen domestik. Selain itu, masyarakat Polandia juga ikut andil menyumbang peningkatan ekonomi negara tersebut.
Mereka bekerja 500 jam per tahun lebih lama dibandingkan Jerman, dengan upah yang lebih kecil. Hasilnya, Polandia menjadi satu-satunya negara di Uni Eropa yang bisa dibilang tidak terimbas krisis terparah pada 2009.
Kanada
Para pakar ekonomi mencatat bahwa pendapatan Kanada meningkat 15 persen dalam 10 tahun terakhir. Di tahun-tahun terakhir ini, rata-rata masyarakat Kanada bahkan lebih kaya dibandingkan masyarakat Amerika Serikat. Padahal dua dekade sebelumnya, Kanada jatuh bangun menghadapi utang dan pertumbuhan yang minim, akibat terkena hantaman resesi ekonomi.
Keberhasilan Kanada mengatasi krisis yang melanda negaranya berkat penghematan yang mereka lakukan sejak tahun 1990-an.
Di tengah investasi pemerintah yang masif di bidang infrastruktur, Paul Martin, Perdana Menteri Kanada waktu itu, mengeluarkan kebijakan yang melarang sektor perbankan melakukan praktik-praktik berisiko dan membahayakan institusi finansial lainnya. Saat ini, Kanada dianggap sebagai salah satu negara yang layak untuk tempat hidup.
Swedia
Ketika krisis ekonomi global menghantam Swedia, pemerintah negara itu segera melakukan tindakan drastis dengan cara mengambil alih beberapa bank. Selain itu, Swedia juga memotong pajak yang tinggi dari perusahaan-perusahaan serta individu, dan menggunakan sebagian besar anggaran untuk pendidikan dan kesehatan.
Yang menjadikan Swedia selamat dari krisis adalah karena pemerintahnya mampu menjaga utang mereka tetap rendah, sekitar 38 persen dari PDB. Ketika akhirnya mereka keluar dari krisis, Swedia tercatat sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat se-Eropa pada 2011, setelah Estonia. Nilai mata uang krona juga terus melampaui euro.
Indonesia
Mungkin cukup mengejutkan bagi warga Indonesia, bahwa negara ini termasuk satu di antara sedikit negara yang mampu bertahan dan keluar dari belenggu krisis ekonomi global.
Kenyataannya, Foreign Policy menyatakan bahwa Indonesia mampu bangkit dari badai krisis ekonomi berkat rasa percaya diri pemerintah dan rakyat yang luar biasa tinggi. Sebanyak delapan persen rakyat Indonesia percaya bahwa negara ini akan menjadi negara super power berikutnya. Yang menakjubkan, Indonesia bahkan disebut melampaui India sebagai negara dengan konsumen paling optimis sedunia.
Pertumbuhan tahunan Indonesia stabil, dengan angka 4,5 persen saat resesi, dan terus mengalami pertumbuhan. Hal itu berkat komoditas seperti batu bara, minyak kelapa sawit, dan timah. Sementara itu, tingkat konsumsi masyarakat kelas menengah Indonesia juga meningkat pesat.
Penjualan mobil naik 15 persen per tahun, berujung pada makin banyaknya perusahaan otomotif yang berinvestasi. Nissan, sebagai salah satu contoh, meningkatkan produksi mereka hingga dua kali lipat, atau senilai US$ 400 juta.
Turki
Di tengah krisis ekonomi yang terjadi secara global, Turki mampu bertahan dan kemudian keluar dengan pendapatan per kapita serta PDB yang meningkat hampir tiga kali lipat. Prestasi hebat itu berkat pemerintahan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan yang meliberalisasi investasi, dan memperketat regulasi yang membendung korupsi.
Turki juga telah mengembalikan perannya sebagai jembatan antara Eropa dan Timur Tengah. Mitra dagang mereka yang terbesar adalah Jerman, Mesir, Iran, Irak, dan Arab Saudi. Saat ini, Turki telah menjadi produsen mobil terbesar bagi pasar Eropa. Berbagai perusahaan otomotif semacam Honda, Hyundai, Renault, Toyota, dan Ford, membuka pabrik di negara ini.
Meksiko
Meksiko dikenal sebagai negara yang banyak masalah, di antaranya kekerasan kartel narkoba yang telah menewaskan lebih dari 50.000 orang di tahun-tahun terakhir. Namun, meski begitu, tingkat ekonomi negara ini terus meroket.
Pertumbuhan ekonomi Meksiko bahkan melampaui Brazil. Lebih dari 700.000 lapangan pekerjaan tercipta di negara ini pada 2010, menantang dominasi Cina dan Amerika Serikat dalam hal produksi alat-alat rumahtangga.
Yang menjadikan Meksiko mampu bangkit dari keterpurukan akibat krisis ekonomi, karena inflasi dan tingkat utang mereka yang sangat rendah. Bukti makin makmurnya negara itu bisa dilihat dari tingkat migrasi warga Meksiko ke Amerika Serikat yang bisa dibilang nihil dibanding tahun-tahun sebelumnya, yang menunjukkan kemajuan negara tersebut membuat betah rakyatnya untuk tetap tinggal di sana.
Hmm… ada yang mau menambahkan?