Negara-negara yang Berbahaya bagi Wisatawan Wanita

Ilustrasi/kayak.co.id
Faktor keamanan adalah hal paling penting dalam berwisata, selain faktor-faktor lain semisal biaya perjalanan, akomodasi, penginapan, pemandangan alam, dan lain-lain. Pendeknya, tak peduli seindah apa pun pemandangan di negara tujuan, tak peduli semurah apa pun ongkos perjalanan yang ditawarkan, dan tak peduli serendah apa pun biaya penginapan, semua itu sia-sia jika faktor keamanan tidak terjamin.

Karenanya, sebelum memikirkan hal-hal lain, kita perlu memperhatikan terlebih dulu tingkat keamanan suatu negara atau wilayah sebelum memutuskan untuk mengunjunginya. Kasus kejahatan atau kekerasan kadang tidak pandang bulu—tidak hanya terjadi pada warga lokal, tetapi juga pada pendatang atau wisatawan.

Yang menyedihkan, ada sejumlah negara yang dinilai berbahaya bagi para wisatawan, khusunya wisatawan wanita. Di negara-negara yang dianggap tidak aman tersebut sering terjadi tindak kekerasan, penculikan, hingga perkosaan, yang terjadi pada wisatawan wanita. Berdasarkan laporan Human Rights Watch, berikut ini negara-negara yang tergolong berbahaya bagi wisatawan wanita.

India


India memiliki tempat terkenal yang menjadi tujuan banyak wisatawan mancanegara, yaitu Taj Mahal. Selain itu, pemandangan pesisir pantai di India juga menjadi objek pariwisata yang menarik minat banyak orang. Dengan keindahan alamnya, industri pariwisata India mampu menghasilkan 17,7 juta dollar setiap tahun.

Tetapi industri yang menjanjikan itu harus mengalami kemunduran gara-gara kasus perkosaan yang marak di sana. Di antara kasus perkosaan yang beritanya sangat terkenal adalah mahasiswi dari Inggris yang diperkosa sekelompok pemuda di India. Kemudian ada pula turis wanita dari Swiss yang harus meloncat dari lantai dua hotelnya akibat ancaman yang sama. Gara-gara kasus tersebut, pendapatan India dari sektor pariwisata mengalami penurunan sampai 35 persen. Menurut Human Rights Watch, kekerasan terhadap wanita telah meningkat di India.

Brazil

Rio de Janeiro adalah kota terkenal di Brazil, sekaligus menjadi tujuan wisata banyak turis mancanegara. Tetapi peristiwa di kota itu pulalah yang menjadikan pesona Brazil, khususnya Rio de Janeiro, mengalami masa surut. Pada awal tahun 2013, pasangan turis asal AS dan Prancis diculik dengan minibus di Rio de Janeiro, Brazil, selama enam jam. Turis pria yang asal Prancis dipukuli serta diborgol, sementara turis wanita diperkosa.

Kasus itu memang telah ditangani kepolisian Brazil, dan mereka juga telah menangkap tiga tersangka pelakunya. Tetapi kasus itu menjadi warning bagi banyak orang yang ingin berkunjung ke sana, Selain itu, menurut Human Rights Watch, Brazil juga terkenal dengan budaya machismo, yakni dominasi kaum pria atas wanita, serta memiliki sejarah kekerasan berbasis gender.

Kolombia

Kesan Kolombia di mata internasional sebenarnya tidak terlalu baik. Selain terkenal sebagai pemasok narkoba, Kolombia juga mengalami konflik sipil yang membuat negara itu kurang aman dikunjungi karena seringnya terjadi kerusuhan. Tetapi dalam tahun-tahun belakangan, Kolombia tampaknya cukup agresif mempromosikan industri pariwisatanya, sehingga sektor pariwisata di negara itu mulai dilirik banyak turis mancanegara.

Yang menjadi masalah, Human Rights Watch mencatat bahwa kekerasan terhadap wanita sering terjadi di seluruh wilayah Kolombia, dan pihak berwenang di sana memiliki track record yang buruk dalam penegakan hukum dan protokol bagi perlindungan wanita. Pelaku kekerasan seksual juga jarang diadili di Kolombia. Kenyataan itu, tentu saja, akan membuat calon wisatawan—khususnya wanita—akan pikir-pikir untuk berkunjung ke Kolombia.

Guatemala

Berdasarkan laporan Human Rights Watch, pemerkosaan dan kekerasan seksual di Guatemala meningkat hingga 34 persen dari 2008 hingga 2011. Selain itu, hanya 1 dari 10 kasus-kasus tersebut yang pernah dibawa ke pengadilan. Kenyataan itu cukup menjadi ilustrasi betapa riskannya mengunjungi Guatemala, jika hanya bertujuan untuk wisata.

Sebenarnya, Guatemala memiliki kota-kota yang indah, seperti Antigua dan Panachajel. Sekitar 15 persen dari populasinya juga terlibat dalam industri pariwisata dan sejenisnya. Namun, sistem hukum Guatemala tampaknya kesulitan mengendalikan semua kejahatan terkait geng dan obat-obatan di negaranya. Tingkat kesulitan itu bahkan tiga kali lipat lebih sulit dalam mengendalikan kejahatan terhadap wanita.

Meksiko

Departemen Luar Negeri Meksiko mengklaim bahwa setiap tahun jutaan warga Amerika bepergian dengan aman mengunjungi resor-resor dan kota-kota besar di Meksiko, dan pemerintah Meksiko berusaha sebaik mungkin menjaga warga negara Amerika yang berwisata di sana. Tampaknya, klaim itu perlu dipertanyakan kembali.

Pada Febuari 2013, enam turis wanita asal Spanyol diperkosa di rumah pantai Acapulco oleh enam orang pria asing (sebagian sumber menyatakan mereka warga lokal). Padahal, kawasan tersebut dinilai aman, dan sering dikunjungi turis dari luar negeri. Kenyataannya, berdasarkan pantauan Human Rights Watch, sistem pengadilan kriminal pemerintah Meksiko gagal melindungi korban kekerasan, terutama wanita, karena korupsi dan kurangnya pelatihan.

Selain itu, ketentuan hukum di Meksiko juga kerap menjadikan wanita yang melaporkan kekerasan seksual justru dicurigai oleh pihak yang berwajib, dan mendapatkan perlakuan tidak baik.

Kenya

Sebagai salah satu negara di Afrika, Kenya sebenarnya memiliki pemandangan alam yang menakjubkan. Sayangnya, wisata alam yang seharusnya menarik minat banyak wisatawan itu harus dinodai oleh tingkat kekerasan yang terjadi pada wanita, termasuk para turis. Tingkat kekerasan termasuk penculikan pada wanita yang paling parah terjadi di Pulau Lamu, salah satu wilayah di Kenya.

United Nations Development Fund for Women, suatu badan PBB untuk pemberdayaan wanita, menyatakan bahwa wanita dari segala usia, tingkat pendidikan, dan kelompok sosial, mengalami kekerasan di Kenya.

Hmm… ada yang mau menambahkan?

Related

Umum 8387556578866440059

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item