Negara-negara dengan Pendapatan Per Kapita Terendah

Ilustrasi/kayak.co.id
Pendapatan per kapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan per kapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan per kapita juga merefleksikan PDB per kapita. Pendapatan per kapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara. Semakin besar pendapatan per kapitanya, semakin makmur negara tersebut.

Jika ada negara-negara yang memiliki pendapatan per kapita sangat tinggi, tentu juga ada negara-negara yang memiliki pendapatan per kapita sangat rendah. Biasanya, tinggi atau rendahnya tingkat pendapatan per kapita suatu negara dipengaruhi oleh kekayaan alam negara bersangkutan, kondisi sosial politik, stabilitas pemerintahan, dan lain-lain. Berikut ini adalah negara-negara yang memiliki pendapatan per kapita paling rendah.

Republik Demokratik Kongo

Republik Demokratik Kongo menjadi negara dengan pendapatan per kapita paling rendah di dunia. Pendapatan per kapita di negara ini hanya sebesar US$ 328. Kondisi itu tak bisa dilepaskan dari perang yang terjadi di sana pada 1998, yang menjadi konflik paling menghancurkan. Sebanyak 5,4 juta orang tewas dalam perang tersebut, sementara 45.000 orang meninggal setiap bulan seusai perang, akibat kelaparan.

Republik Demokratik Kongo bahkan menjadi negara kanibal yang masih dikenal di dunia, akibat kelaparan yang melanda di sana. Suku Mbuty Pygmy, salah satu suku di negara tersebut, menyatakan kepada PBB bahwa suku mereka diburu untuk dimakan oleh suku-suku tetangganya. Memakan sesama menjadi satu-satunya cara untuk bertahan dari bencana kelaparan yang menimpa 67 persen populasi masyarakat.

Yang lebih menyedihkan, di tengah suasana yang suram itu kejahatan terjadi di mana-mana, termasuk perkosaan, sementara penyebaran AIDS di sana juga tergolong tinggi.

Zimbabwe

Zimbabwe dilanda bencana inflasi yang menggerus negara itu menjadi bangsa yang sangat miskin. Pendapatan per kapita di negara ini hanya sebesar US$ 395.

Inflasi tinggi yang terjadi sejak 2007 menyebabkan pemerintah Zimbabwe sampai mengeluarkan uang pecahan dalam nilai milyaran bahkan trilyunan dollar, sementara harga-harga barang naik tanpa bisa dikendalikan. Satu butir telur di Zimbabwe bisa seharga 100 milyar dollar, hingga orang-orang di sana sampai membawa uang memakai ember atau gerobak ketika berbelanja ke toko atau swalayan.

Karena tingkat inflasi yang sulit dikendalikan, harga-harga barang di Zimbabwe pun seperti binatang liar. Dalam satu hari, harga sebutir apel bisa naik turun drastis, dari 70 dollar menjadi 1 juta dollar keesokan harinya. Pergantian dan naik turunnya harga itu bahkan sering kali tidak dalam hitungan hari, melainkan detik. Hingga para karyawan toko dan swalayan sering kali harus terus mengganti-ganti label harga demi menyesuaikan tingkat inflasi yang terjadi.

Masalah ekonomi yang sedemikian parah tidak hanya menjadikan rakat negara itu terhimpit kesusahan dan kemiskinan, tapi juga berefek pada kesehatan dan perkiraan angka harapan hidup. Zimbabwe telah menjadi negara dengan angka harapan hidup yang sangat rendah (37 tahun untuk pria, dan 34 tahun untuk wanita). Sementara itu, di tengah-tengah berbagai masalah yang sudah ada, Zimbabwe juga menghadapi penyebaran HIV/AIDS yang menjadi penyebab kematian tertinggi di sana.

Liberia

Liberia adalah salah satu negara di Afrika yang tidak berada di bawah kekuasaan Eropa. Negara itu ditemukan dan dibangun para budak yang datang dari Amerika, lalu mengembangkan negara mereka semirip mungkin dengan Amerika. Pada 1980, presiden Liberia digulingan, dan selama satu periode tersebut terjadi ketidakstabilan serta terjadi konflik warga sipil. Bisa dibilang, hal itulah yang menyebabkan Liberia terjerumus ke dalam masalah ekonomi hingga berlarut-larut.

Setelah ratusan ribu warga terbunuh akibat konflik yang terjadi, Liberia mengalami krisis ekonomi yang sangat parah. Pendapatan per kapita di negara ini hanya sebesar US$ 392, sementara angka statistik menunjukkan masyarakat di sana hidup hanya dengan uang 1,25 dollar per hari. Jumlah pengangguran di Liberia mencapai 85 persen, sementara angka harapan hidup di sana hanya 44 tahun.

Burundi

Burundi adalah negara tempat berbagai masalah terjadi dan berkumpul, menjadikan negara itu terbelit aneka macam krisis berkepanjangan. Perang antar warga sipil terjadi di sana, dan dipercaya sebagai penyebab jatuhnya negara itu ke dalam lingkaran krisis dan kemiskinan. Kemudian, pemerintah Burundi juga terkenal korup, sementara akses pendidikan susah diperoleh, dan HIV/AIDS menggejala di kalangan masyarakat.

Sekitar 80 persen warga Burundi hidup dalam kemiskinan, dan mengandalkan Program Pangan Dunia, sementara sekitar 57 persen anak-anak di bawah 5 tahun mengalami malnutrisi yang parah. Dari sebuah penelitian terhadap 178 negara, Burundi menjadi negara dengan tingkat kepuasan hidup paling rendah. Dalam hal ekonomi, pendapatan per kapita di negara ini hanya sebesar US$ 410

Somalia

Somalia adalah anggota negara-negara Liga Arab. Dibanding negara-negara Afrika lain yang memiliki masalah dengan penyebaran HIV/AIDS yang sangat tinggi, tingkat penyebaran HIV/AIDS di Somalia tergolong paling rendah. Dulu, Somalia pernah menjalin kerjasama dengan Uni Sovet untuk membangun kekuatan militer di Afrika, namun rencana itu kemudian berakhir pada 1991, seiring runtuhnya Uni Soviet.

Sekarang, Somalia menjadi salah satu negara miskin di dunia, dengan pendapatan per kapita hanya sebesar US$ 600. Kemiskinan itulah yang menjadikan warga Somalia mencari cara untuk bertahan hidup dan mencari uang, yang salah satunya menjadi pembajak atau perompak.

Perompak atau bajak laut Somalia saat ini sudah terkenal. Mereka menguasai perairan di sekitar Somalia, dan mengincar kapal-kapal internasional yang melintas di sana. Pembajakan menjadi hal umum di Somalia, hingga banyak remaja laki-laki yang berharap menjadi perompak karena uang yang diperoleh dari “pekerjaan” itu cukup besar. Dengan membajak suatu kapal, mereka bisa menadapatkan jutaan dollar uang tebusan dari negara yang ingin kapal mereka dikembalikan.

Eritrea

Eritrea terletak tidak jauh dari Terusan Suez, dan kondisi itu memberikan keuntungan bagi mereka, yaitu dapat mengontrol lalu lintas di Terusan Suez, yang ujungnya memberikan pendapatan. Namun kenyataan itu pula yang menjadikan negara lain mengincar Eritrea. Satu tahun setelah Terusan Suez dibuka, Italia menyerbu Eritrea dan menjadikan negara itu sebagai koloninya. Penjajahan Italia di sana berakhir pada 1941, ketika Inggris mengalahkan Italia dan mengusirnya dari Eritrea.

Tetapi masalah di Eritrea tampaknya belum berakhir dengan kepergian Italia, karena berbagai masalah lain muncul dan menghadang. Amerika menuduh mereka berhubungan dengan para teroris, dan tuduhan itu—langsung maupun tak langsung—menjadikan negara-negara lain jadi segan untuk berhubungan dengan mereka. Akibatnya, kondisi ekonomi Eritrea sangat memprihatinkan. Pendapatan per kapita di negara ini hanya sebesar US$ 681.

Selain masalah ekonomi, Eritrea juga menghadapi masalah pendidikan. Di negara itu hanya ada 824 sekolah dan 2 universitas—jumlah yang jauh dari memadai untuk belajar bagi warganya.

Republik Afrika Tengah

Sebenarnya, Republik Afrika Tengah memiliki potensi alam yang cukup bagus. Sekitar 40 persen pendapatan impor mereka berasal dari penjualan tambang berlian kepada negara kaya. Selain itu, banyak lahan di Afrika yang menghasilkan aneka tanaman dan pertanian. Yang menjadi masalah, kontrol pemerintah di sana sangat lemah, sehingga bisa dibilang negara itu berjalan tanpa pemerintahan.

Karena tidak adanya kontrol pemerintah yang cukup mengurusi, kehidupan masyarakat negara ini bisa dibilang bergantung sepenuhnya pada bantuan asing dan beberapa organisasi nonprofit. Secara ekonomi, pendapatan per kapita di negara ini hanya sebesar US$ 744.

Seperti negara miskin Afrika lainnya, sebagian masyarakat Republik Afrika Tengah juga menderita malnutrisi dan kelaparan. Hal itu terjadi karena para pemilik lahan pertanian lebih memilih menjual hasil pertaniannya kepada negara asing untuk mendapatkan uang, daripada memberikan kepada masyarakat sekitar dengan harga murah. Akibatnya, tidak sedikit masyarakat di negara ini yang meninggal akibat kelaparan.

Niger


Niger adalah negeri sahara. Sekitar 80 persen wilayah negara itu berupa gurun pasir, dengan beberapa savanna di sekitar sungai Niger. Mereka menjadi negara pengekspor uranium yang tergolong besar, namun hal itu tidak menjadikan Niger dapat keluar dari kemiskinan. Pendapatan per kapita di negara ini hanya sebesar US$ 755.

Selain mengalami masalah ekonomi, masalah pendidikan di Niger juga tidak bisa dibilang lebih baik, khususnya jika dibandingkan dengan negara Afrika lainnya. Dari 4 orang, hanya 1 orang di Niger yang bersekolah.

Sierra Leone


Sierra Leone adalah negara di Afrika yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi di negaranya. Sierra Leone juga menjadi salah satu negara penghasil berlian di dunia. Kedengarannya negara ini baik-baik saja, kalau tidak terjadi masalah berkepenjangan di sana.

Selama sepuluh tahun, dari 1991-2001, terjadi konflik sipil, yang menyebabkan 50.000 orang tewas terbunuh. Karena konflik itu pula, sekitar 500.000 warga Sierra Leone memilih pindah ke negara tetangga, seperti Guinea atau Liberia. Konflik antar masyarakat yang terjadi sampai bertahun-tahun itu menjadikan perekonomian Sierra Leone hancur lebur. Pendapatan per kapita di negara ini hanya sebesar US$ 759.

Pemerintah di sana mengharuskan warga untuk mendapatkan pendidikan. Namun dalam praktiknya hal itu sulit dilakukan akibat tidak adanya biaya. Sekitar 66 persen penduduk dewasa di sana bahkan tidak berpendidikan formal. Sistem kesehatan juga banyak mengalami masalah, sehingga Sierra Leone memiliki tingkat kematian bayi tinggi, dan angka harapan hidup yang sangat rendah.

Afghanistan


Jika negara-negara miskin lain berada di wilayah Afrika, maka Afghanistan menjadi satu-satunya negara miskin yang tidak terletak di wilayah Afrika, karena negara ini terletak di Asia Selatan. Yang menjadi kesamaan, Afghanistan sama-sama miskinnya dan sama-sama memprihatinkannya dengan negara-negara lain di Afrika yang ada dalam daftar ini.

Lebih dari 70 persen rakyat Afghanistan hidup hanya dengan 2 dollar per hari, akibat hancurnya sistem perekonomian di negara tersebut. Pendapatan per kapita di sana hanya sebesar US$ 906.

Untuk mendapatkan uang, banyak dari mereka yang akhirnya bergabung dengan organisasi penjual narkoba. Masalah narkoba terbilang sangat parah di Afghanistan, tidak hanya melibatkan warganya, tapi juga satuan kepolisiannya. Tes yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa sekitar 17 persen polisi di Afganistan pernah menggunakan narkoba, sementara hanya 30 persen dari polisi itu yang bisa baca tulis.

Hmm… ada yang mau menambahkan?

Related

Geografi 2709336870028084638

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item